• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Tindak Tutur dalam Kalimat Imperatif Direktif

Dalam dokumen PROSIDING ILMIAH KEBAHASAAN DAN KESASTRA (Halaman 38-43)

DIRECTIVE IMPERATIVE IN AL QURÂN: SPEECH ACT ANALYSIS

3. Metode Penelitian

4.3 Aspek Tindak Tutur dalam Kalimat Imperatif Direktif

Tidak semua bentuk imperatif dimaksud- kan untuk makna aslinya atau makna lokusi, yaitu menuntut datangnya perbuatan dari la- wan tutur. Perintah tersebut kadang dimaksud- kan untuk makna-makna lain atau makna ilokusi. Makna itu dapat diketahui berdasarkan konteks (siyâq) lahirnya perintah tersebut. Un- sur-unsur konteks antara lain siapa penutur, lawan tutur, dan seting keadaan.

Perhatikan pernyataan Basyuni Abdul Fattah (1998: 287) melalui teks berbahasa Arab berikut ini:

Pada dasarnya, kalimat impertif atau amr

itu adalah menuntut datangnya suatu perbuat- an dari penutur kepada lawan tutur, dan per- buatan itu belum terjadi pada saat tuturan pe- rintah itu disampaikan. Dalam perintah terse- but penuturnya adalah pihak atasan, sedang- kan yang diperintah adalah pihak bawahan. Namun, kadang perintah tersebut keluar dari makna dasarnya dan difungsikan untuk makna atau tujuan lain, sesuai dengan yang ditunjuk oleh konteks yang melatari lahirnya perintah tersebut.

Berikut ini dikemukakan beberapa gaya bahasa imperatif dalam al-Qurân, yang di- fungsikan bukan pada makna aslinya.

4.3.1 Imperatif Tipe 1

Artinya:

Sesungguhnya orang-orang yang meng- ingkari ayat-ayat Kami, mereka tidak ter- sembunyi dari Kami. Maka apakah orang- orang yang dilemparkan ke dalam neraka lebih baik, ataukah orang-orang yang da- tang dengan aman sentosa pada hari

Kiamat? Perbuatlah apa yang kamu kehen-

daki; Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS.Fushshilat: 40)

Pada ayat tersebut terdapat struktur kali-

mat imperatif, yaitu kalimat (Per-

buatlah apa yang kamu kehendaki). Kalimat

tersebut tersebut dinamakan Amr (kalimat

perintah atau kalimat imperatif), yaitu kalimat yang menuntut datangnya suatu perbuatan dari lawan tutur. Penturnya adalah Allah dan lawan tuturnya adalah orang-orang yang mengingkari perintah Allah. Pesan dalam ayat tersebut adalah perintah dari Tuhan (sebagai penutur) kepada orang yang mengingkari ajar- an Islam (sebagai lawan tutur) untuk terus me- lakukan kejelekan, dan perbuatan sesuka hati mereka. Peranti perintah pada ayat tersebut ada-

lah kata kerja perintah atau fi’il amr dari

kata kerja ‘amila, ya’malu yang berarti ber- buatlah sesukamu.

Perintah (Perbuatlah apa

yang kamu kehendaki), oleh penuturnya bu- kanlah dimaksudkan untuk makna yang sebe- narnya (makna lokusi), yaitu menuntut datang- nya berbuatan dari lawan tutur. Oleh penu- turnya, perintah itu difungsikan untuk makna ilokusi, yaitu (tahdîd) atau ancaman. Maksud

ancaman adalah ancaman dari Allah SWT orang yang mengingkari ayat-ayat Allah. Jika mereka masih saja mengingkari tanda-tanda kekuasaan Allah SWT, mereka diancam oleh Allah dengan azab yang pedih.

4.3.2 Imperatif Tipe 2

Orang-orang kafir itu telah menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah supaya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah: “Bersenang-senanglah kamu, karena sesungguhnya tempat kembalimu ialah neraka”.(QS. Ibrahim: 30)

Pada ayat tersebut di atas terdapat kalimat

imperatif, yaitu kalimat (Bersenang-se-

nanglah kamu). Kalam insya’ tersebut dinama- kan Amr (kalimat perintah atau kalimat im- peratif), yaitu kalimat menuntut datangnya perbuatan dari lawan tutur. Penuturnya ada- lah Allah dan lawan tuturnya adalah orang- orang yang musyrik kepada Allah. Pesan dalam ayat tersebut adalah perintah dari Tuhan (seba- gai penutur) kepada orang yang musyrik (seba- gai lawan tutur) untuk terus menikmati hidup di dunia ini, dan melakukan perbuatan sesuka hati mereka. Peranti perintah pada ayat terse- but adalah kata kerja perintah atau fi’il amr

(Bersenang-senanglah kamu), dari kata kerja tamatta’a, yatamatta’u yang berarti berse- nang-senanglah serta berbuatlah sesukamu.

Perintah (Bersenang-senanglah ka-

mu), oleh penuturnya bukan dimaksudkan un- tuk makna yang sebenarnya (makna lokusi), yaitu menuntut datangnya berbuatan dari la- wan tutur, melainkan difungsikan untuk mak- na ilokusi, yaitu tahdîd atau ancaman. Maksud ancaman adalah ancaman dari Allah SWT ke- pada orang yang memusyrikkan Allah, jika me- reka masih saja menjadikan sekutu-sekutu bagi

Allah supaya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Mereka diancam oleh Allah de- ngan azab neraka.

4.3.3 Imperatif Tipe 3

Artinya:

Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan ten- tang Al Quran yang Kami wahyukan ke- pada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. (QS. al-Baqarah: 23)

Pada ayat tersebut terdapat struktur kali-

mat imperatif, yaitu kalimat (buat-

lah satu surat saja yang semisal Alquran itu).

Kalam tersebut dinamakan Amr (kalimat

perintah atau kalimat imperatif), yaitu kalimat yang menuntut datangnya perbuatan dari la- wan tutur. Penuturnya adalah Allah dan lawan tuturnya adalah orang-orang kafir Qurasy. Pesan dalam ayat tersebut adalah perintah dari Tuhan (sebagai penutur) kepada orang-orang kafir qurasy (sebagai lawan tutur) untuk mem- buat satu surat semisal Alquran, dan Allah mempersilakan mereka agar mengajak peno- long-penolong mereka. Peranti perintah pada ayat tersebut adalah kata kerja perintah atau

fi’il amr (buatlah satu surat (saja) yang semisal Alquran itu), dari kata kerja atâ,

ya’tî –bi... yang berarti datangkanlah atau buatlah.

Perintah (buatlah satu surat

(saja) yang semisal Alquran itu), oleh penutur- nya bukanlah dimaksudkan untuk makna yang

sebenarya atau makna lokusi, yaitu menuntut datangnya perbuatan dari lawan tutur, melain- kan oleh penuturnya difungsikan untuk makna ilokusi, yaitu (ta’jîz) atau melemahkan. Maksud melemahkan di sini ialah Allah memastikan bahwa mereka tidak akan dapat membuat semisal satu surat yang ada dalam alquran.

4.3.4 Imperatif Tipe 4

Artinya:

Masuklah kamu ke dalamnya (rasakanlah panas apinya); maka baik kamu bersabar atau tidak, sama saja bagimu; kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan. (QS. at-Thûr: 16)

Pada ayat tersebut terdapat struktur kali-

mat perintah, yaitu kalimat (Masuklah

kamu ke dalamnya). Kalam tersebut dinama-

kan Amr (kalimat perintah atau kalimat impe-

ratif), yaitu kalimat yang menuntut datangnya perbuatan dari lawan tutur. Penuturnya ada- lah Allah dan lawan tuturnya adalah orang- orang kafir. Pesan dalam ayat tersebut adalah perintah dari Tuhan (sebagai penutur) kepada orang-orang kafir (sebagai lawan tutur) untuk masuk ke neraka. Peranti perintah pada ayat tersebut adalah kata kerja perintah atau fi’il amr

(Masuklah kamu ke dalamnya). Baik kamu bersabar atau tidak, sama saja bagimu; kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan

Perintah (Masukklah kamu ke da-

lamnya), oleh penuturnya bukanlah dimaksud- kan untuk makna yang sebenarya (makna lo- kusi), yaitu menuntut datangnya berbuatan dari lawan tutur, melainkan difungsikan untuk makna ilokusi, yaitu (taswiyah) atau menyama- kan. Maksud menyamakan adalah sama saja

apakah mereka bersabar atau tidak ketika berada neraka, mereka diberi balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.

4.3.5 Imperatif Tipe 5

Artinya:

Maka dia tersenyum dengan tertawa kare- na (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ri- dhai; dan masukkanlah aku dengan rah- mat-Mu ke dalam golongan hamba-ham- ba-Mu yang saleh”. (QS. an-Naml: 16)

Pada ayat tersebut terdapat struktur kali-

mat imperatif, yaitu kalimat

(Ya Tuhanku, tunjuki- lah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau).

Kalam tersebut dinamakan Amr (kalimat perin-

tah atau kalimat imperatif), yaitu kalimat yang menuntut datangnya suatu perbuatan dari la- wan tutur. Penuturnya adalah Nabi Sulaiman dan lawan tuturnya adalah Allah SWT. Pesan dalam ayat tersebut adalah perintah dari Nabi Sulaiman (sebagai penutur) kepada Allah SWT (sebagai lawan tutur) untuk menunjukkan ba- gaimana cara mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah kepadanya. Peranti perintah pada ayat tersebut adalah kata kerja perintah

atau fi’il amr (tunjukilah aku untuk

mensyukuri nikmat Engkau).

Perintah (Ya Tu-

hanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nik- mat Engkau), oleh penuturnya bukanlah di- maksudkan untuk makna yang sebenarnya atau makna lokusi, yaitu menuntut datangnya berbuatan dari lawan tutur, melainkan oleh penuturnya difungsikan untuk makna ilokusi,

yaitu (du’â) atau permohonan. Maksud permo-

honan adalah Nabi Sulaiman memohon kira- nya Allah berkenan menunjukkan kepada Nabi Sulaiman bagaimana cara mensyukuri nikmat.

4.3.6 Imperatif Tipe 6

Artinya:

Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebahagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebahagian ta’bir mimpi. (Ya Tuhan) Pen- cipta langit dan bumi. Engkaulah Pelin- dungku di dunia dan di akhirat, wafatkan- lah aku dalam keadaan Islam dan gabung- kanlah aku dengan orang-orang yang sa- leh. (QS. Yusuf: 101)

Pada ayat tersebut terdapat struktur kali-

mat perintah, yaitu kalimat (wa-

fatkanlah aku dalam keadaan Islam), kalam tersebut dinamakan Amr (kalimat perintah atau kalimat imperatif), yaitu kalimat yang me- nuntut datangnya perbuatan dari lawan tutur. Penuturnya adalah Nabi Sulaiman dan lawan tuturnya adalah Allah SWT. Pesan dalam ayat tersebut adalah perintah dari Nabi Sulaiman (sebagai penutur) kepada Allah SWT (sebagai lawan tutur) agar lawan tutur Allah SWT kelak

memasukkan kematiannya ke dalam golongan orang-orang yang beragama Islam atau ber- serah diri kepada-Nya. Peranti perintah pada ayat tersebut adalah kata kerja perintah atau

fi’il amr (wafatkanlah aku).

Imperatif (wafatkanlah aku

dalam keadaan Islam), oleh penuturnya bukan- lah dimaksudkan untuk perintah yang sebenar- nya, yaitu menuntut datangnya berbuatan dari lawan tutur, melainkan difungsikan untuk maksud lain,yaitu (du’â) atau permohonan. Maksud permohonan adalah agar Allah berke- nan menjadikan Nabi Sulaiman masuk ke da- lam golongan-golongan orang-orang yang berislam.

4.3.7 Imperatif Tipe 7

Artinya:

Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan kha- watir, dia berdoa: “Ya Tuhanku, selamat- kanlah aku dari orang-orang yang zalim itu. (QS. al-Qashash: 21)

Pada ayat tersebut terdapat struktur kali- mat imperatif, yaitu kalimat

(selamatkanlah aku dari orang-orang yang za- lim itu). Kalam tersebut dinamakan Amr (kali- mat perintah atau kalimat imperatif), yaitu me- nuntut datangnya suatu perbuatan dari lawan tutur. Penuturnya adalah Nabi Musa dan la-

wan tuturnya adalah Allah SWT. Pesan dalam ayat tersebut adalah perintah dari Nabi Musa (sebagai penutur) kepada Allah SWT (sebagai lawan tutur) agar lawan tutur Allah SWT me- nyelamatkan dirinya dari orang-orang yang berlaku dhalim. Piranti perintah pada ayat ter- sebut adalah kata kerja perintah atau fi’il amr

(selamatkanlah aku).

Imperatif (sela-

matkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu), oleh penuturnya bukanlah dimaksudkan untuk makna perintah yang sebenarnya, yaitu me- nuntut datangnya berbuatan dari lawan tutur, melainkan oleh penuturnya difungsikan untuk tujuan (du’â) atau permohonan. Maksud per- mohonan adalah Nabi Musa memohon kira- nya Allah berkenan menyelamatkan dirinya dari kedhaliman golongan orang -orang yang berbuat dhalim.

4. Kesimpulan

Kalimat imperatif dalam bahasa Arab mempunyai empat peranti. Pertama,

(bentuk perintah), baik dari fi’il tsulasi (kata kerja yang terdiri dari tiga huruf), rubâ’i (kata kerja yang terdiri dari empat huruf), khumâsi (kata kerja yang terdiri dari lima huruf) maupun sudâsi

(kata kerja yang terdiri dari enam huruf). Kedua, (fi’il mudhâri’

yang didahului oleh lam perintah). Ketiga, (isim fi’il amr). Keempat, (bentuk mashdar yang menggantikan bentuk fi’il amr-nya).

Kalimat imperatif, selain difungsikan untuk makna asli atau makna lokusi, juga difungsikan untuk tujuan lain atau makna ilokusi, antara

lain difungsikan untuk tujuan doa ( ); me-

lemahkan ( ); meng ancam ( );

menyamakan ( ); dan angan-angan

Dalam dokumen PROSIDING ILMIAH KEBAHASAAN DAN KESASTRA (Halaman 38-43)