• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk Pemarkah Tindak Tutur Direktif berupa Pemarkah Zero

Dalam dokumen PROSIDING ILMIAH KEBAHASAAN DAN KESASTRA (Halaman 80-84)

MARKER FORM OF JAVANESE DIRECTIVE SPEECH ACT

4. Hasil Analisis dan Pembahasan

4.3 Bentuk Pemarkah Tindak Tutur Direktif berupa Pemarkah Zero

Tindak tutur direktif yang berisi permin- taan dalam bahasa Jawa itu tidak selamanya ditandai oleh adanya pemakaian bentuk-ben- tuk pemarkah yang berupa bentuk-bentuk sa- tuan lingual, tetapi terdapat pula bentuk pe- markahnya yang berupa informasi atau mak- na. Jenis tindak tutur yang tanpa pemarkah sa- tuan lingual itu disebut tindak tutur tidak lang-

sung dengan pemarkah zero satuan lingual. Hasil analisis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tuturan yang menyata- kan suatu permintaan atau permohonan itu da- pat berupa kalimat berita yang informasinya mengandung suatu perintah.Untuk jelasnya perhatikan penggunaan pemarkah permintaan pada bentuk wacana berikut ini.

Wacana (9):

Kakang: (1) Dadi wong tuwa iku pancen ora gampang. (2) Apa maneh menawa lagi ne- dheng-nedhenge ragat sekolah anak. (3) Sing kuliah njaluk dhuwit kanggo biaya pratikum, sing SMK nembung arep studi tur, lan sing cilik dhewe njaluk kanggo les bahasa Inggris. (4) Padahal kowe dhewe ngerti yen kakangmu iki bayare ming pas- pasan kanggo urip pendhak sasine.

‘Sebagai orang tua itu tidak mudah. Apa lagi jika sedang membiayai anak-anak- nya sekolah. Anak yang kuliah minta untuk biaya pratikum, yang SMK minta untuk studi tour, dan yang paling kecil minta uang untuk les bahasa Inggris. Padahal kamu mengetahui jika kakakmu ini gajinya hanya cukup untuk hidup tiap bulan saja.’

Adhi: (5) Menawa kakang butuh dhuwit tenan aku bisa nggolekake, nanging ora saiki. ya kira-kira minggu ngarep aku bisa nyedhiani ning ya mung sethithik.

‘Seandainya kakak benar-benar mem- butuhkan uang saya bisa mencarikan , tetapi tidak sekarang, ya kira-kira ming- gu depan saya bisa menyediakan tetapi hanya sedikit.’

(MS, Nomor 02: 18)

Wacana (9) di atas terdiri dari dua bagian, yaitu bagian pertama terdiri atas kalimat (1)— (4) dan bagian kedua berupa klimat (5). Sebagai bagian pertama, kalimat (1)—(4) berisi suatu informasi yang mendeskripsikan keadaan pe- nutur (O-1) yang sedang membutuhkan uang untuk biaya sekolah anak-anaknya. Walaupun tuturan penutur itu hanya berupa suatu per- nyataan tetapi bagi mitra tutur yang peka ter- hadap situasi dan perasaan penutur akan me-

nafsirkan bahwa tuturan tersebut sebagai suatu permintaan atau perintah. Oleh karena itu, mitra tutur (O-2) merespon bahwa ia dimintai untuk dapat membantu mengatasi kesulitan keuangan kakaknya seperti yang tersurat pada kalimat (5). Permintaan itu tidak ditandai dengan bentuk pemarkah satuan lingual tetapi hanya dapat dengan penafsiran bahwa wa- cana (9) sebagai tuturan berita sebagai bentuk tuturan direktif. Dengan demikian, wacana (9) tersebut dapat dikelompokkan sebagai tindak tutur direktif yang berisi suatu permintaan atau perintah halus.

Wacana (9) di atas jika dianalisis berda- sarkan komponen tuturnya akan mendapatkan uraian sebagai berikut. Bentuk tuturan perintah yang berupa tuturan pernyataan atau pemberi- taan merupakan suatu bentuk tuturan yang di- pengaruhi oleh beberapa faktor luar bahasa, yaitu komponen tutur. Komponen tutur itu be- rupa:

penutur : lebih tua dibandingkan dengan mitra tutur,

hubungan : hubungan antara penutur dan mitra tutur akrab,

situasi : dalam situasi yang nonformal,

tujuan : maksud tuturan adalah permintaan/ pengharapan,

ragam : bahasa yang digunakan ragam ngoko.

5 Simpulan

Berdasarkan uraian pada hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut.

5.1 Jenis-jenis pemarkah yang menandai tindak tutur direktif dalam bahasa Jawa terdapat tiga macam yaitu pemarkah yang berbentuk morfem terikat/afiks, pemarkah yang berbentuk kata atau frasa, dan ber- bentuk zero.

5.2 Jenis-jenis pemarkah wacana direktif tersebut meliputi:

a. pemarkah instruksi berupa afiks {-a},

{-en}, {-ana}, dan {-na},

b. pemarkah permintaan berupa frasa

tak jaluk ‘saya minta’, tak arep-arep

‘saya harapkan’, dan tak aturi ‘saya minta’.

c. pemarkah tantangan berupa bentuk

mula .. -a, yen ...’sekiranya ... lah, jika ...’ dan mula .. yen, ... -a‘maka ... jika, ...lah’,

d. pemarkah perintah berbentuk zero.

5.3 Penutur yang menggunakan bahasa Jawa dalam berkomunikasi akan menggunakan jenis-jenis wacana direktif secara selektif yang disesuaikan dengan faktor-faktor komponen tutur. Adapun komponen yang digunakan dalam wacana direktif secara dominan adalah: (1) penutur, (2) hubungan, (3) situasi, (4) tujuan, dan (5) ragam.

6. Daftar Pustaka

Austin. J.I. 1962. Instruction to Research in Education. Holt. Renehart and Winston. Crystal, David. 1972. The Cambridge Encyclo-

pedea of Language. Cambridge: Cambriedg University Press.

Gunarwan. 1997. “Tindak Tutur Melarang di Dalam Bahasa Indonesia di Kalangan Pe-

nutur Jati Bahasa Jawa”. Dalam Linguistik

Indonesia Th 15, Nomor 1 dan 2 MLI. Hymes, Dell. 1972. “On Communicative Com-

petence”. Dalam Sociolinguistics Pridge dan Holmes (Editor). Harmondswarth: Penguin. Ibrahim, Abd. Syukur. 1990. Kajian Variasi Ba- hasa : Problema, Prinsip dan Model Deskripsi. Malang: Pusat Studi Linguistik dan Linguistik Terapan.

Levinson, Stephen C. 1983. Pragmatics. Cam- bridge University Press.

Pranawa. 1997. “Fungsi Komunikatif Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia dalam Konteks Kedwibahasaan”. Malang: Desertasi IKIP Malang.

Rustono. 1999. Pokok-Pokok Pragmatik. Sema- rang: CV IKIP Semarang Press.

Samarin, William J. 1988. Ilmu Bahasa Lapangan: Yogyakarta: Kanisius.

Searle. J.R. 1969. Speech Acts: An Eassey in the Philosiphy of Language. Cambridge: Cam- bridge University Press.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik

Analisis Bahasa. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Suwito. 1987. Berbahasa dalam Situasi Diglosik. Jakarta: Pusat Bahasa.

NOTULA PRESENTASI MAKALAH DISKUSI ILMIAH

(LOKAKARYA HASIL PENELITIAN)

BALAI BAHASA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASA

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

BALAI PENGKAJIAN PENGEMBANGAN KOMUNIKASI DAN

INFORMATIKA (BPPKI) YOGYAKARTA

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK

INDONESIA

Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta, 7 – 9 Oktober 2015

Judul : “Bentuk Pemarkah Tindak Tutur Direktif dalam Bahasa Jawa”

Penyaji : Widada Hs.

Moderator : Edi Setiyanto

Notulis : Sigit Arba’i

Hari, tanggal : Jumat, 9 Oktober 2015

Waktu : 13.15—15.30

Pertanyaan/saran :

1. Mohon komponen tutur dimanfaatkan untuk memperkuat analisis. Harap teliti dalam

mengutip data. Terjemahan kurang begitu baik. (Sri Nardiati, Balai Bahasa Provinsi DIY)

2. Ayo dan monggo apakah dapat dikatakan sebagai pemarkah direktif? (Herawati, Balai Bahasa Provinsi DIY)

Jawaban :

1. Data diperoleh dari majalah Penjebar Semangat. Terjemahan dalam bahasa Indonesia nanti

akan saya koreksi. Masalah komponen tutur akan saya pertimbangkan.

Dalam dokumen PROSIDING ILMIAH KEBAHASAAN DAN KESASTRA (Halaman 80-84)