• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nomina Pendamping Berperan Pelaku Alat Penderita

Dalam dokumen PROSIDING ILMIAH KEBAHASAAN DAN KESASTRA (Halaman 52-56)

JAVANESE VERB FORM WITH THREE ARGUMENTS

4. Hasil Pembahasan

4.1 Verba N-/-ake

4.2.2 Nomina Pendamping Berperan Pelaku Alat Penderita

Di dalam bahasa Jawa terdapat verba ben- tuk N-/-i yang berfungsi sebagai predikat. Ke- beradaannya menentukan hadirnya tiga pen- damping sebagai argumennya. Ketiga argu- men itu berperan sebagai pelaku, alat, dan pen- derita. Untuk itu, perhatikan contoh berikut. (7) Angi netesi obat kupingku.

Angi menetesi obat telingaku

‘Angi menetesi telingaku dengan obat.’ (8) Suradi ngleledi elim sikilku.

Suradi menempeli lem kakiku

‘Suradi menempeli kakiku dengan lem.’ (9) Narti nggupaki tlutuh klambiku.

Narti mengenai getah bajuku

‘Narti mengenai bajuku dengan getah.’

Kategori verba netesi pada kalimat (7) di- bentuk dari dasar tetes yang mendapat im- buhan N-/-i. Keberadaannya berfungsi sebagai predikat yang menentukan kehadiran tiga sa- tuan lingual berkategori nomina sebagai argu- mennya. Satu argumen berada di sebelah kiri, berkategori nomina Angi ‘nama wanita’ ber- peran sebagai pelaku. Dua argumen yang lain berposisi pada urutan sebelah kanan, berkate- gori nomina obat ‘obat’ berfungsi sebagai peleng- kap, berperan sebagai alat dan kupingku ber- fungsi sebagai objek, berperan sebagai penderita. Kategori verba ngleledi pada kalimat (8) dibentuk dari dasar leled yang mendapat im- buhan N-/-i. Kehadirannya berfungsi sebagai predikat yang mengisyaratkan hadirnya tiga satuan lingual sebagai argumennya. Satu argu- men berada di sebelah kiri berkategori nomina

Suradi ‘nama orang’ berfungsi sebagai subjek, berperan sebagai pelaku. Dua argumen lain berposisi di sebelah kanan, berkategori nomina

elem ‘lem’ berfungsi sebagai pelengkap, ber-

peran sebagai alat dan sikilku berfungsi sebagai objek berperan sebagai penderita.

Verba nggupaki pada kalimat (9) diturun-

kan dari dasar gupak ‘kena’ yang mendapat imbuhan N-/-i. Kehadirannya berfungsi seba- gai predikat, menuntut tiga konstituen pen- damping sebagai argumennya. Satu konstituen berkategori nomina Narti ‘nama wanita’, ber- ada di sebelah kiri, berfungsi sebagai subjek ber- peran pelaku. Dua yang lain berposisi di sebe- lah kanan, berkategori nomina tlutuh ‘getah’ berfungsi sebagai pelengkap, berperan sebagai alat dan klambiku ‘bajuku’ berfungsi sebagai objek, berperan sebagai penderita. Peran alat pada kalimat tersebut dapat dieksplisitkan de- ngan preposisi nganggo ‘dengan’ sehingga kali- mat (7)—(9) dapat diubah menjadi kalimat berikut ini.

(7a) Angi netesi kupingku nganggo obat.

‘Angi menetesi telingakudengan obat.’ (8a) Suradi ngleledi sikilku nganggo elem.

‘Suradi menempeli kakiku dengan lem.’ (9a) Narti nggupaki klambiku nganggotlutuh.

‘Narti mengenai bajuku dengan getah.’

Kalimat (7)—(9) berjenis aktif dwitransitif. Kalimat tersebut dapat diubah menjadi pasif dengan cara mengubah posisi satuan lingual objek dari kanan ke kiri sehingga menjadi subjek. Unsur yang semula sebagai subjek ber- ubah menjadi objek. Peran yang dinyatakan- nya tetap, yaitu sebagai penderita dan pelaku. Dengan demikian, kalimat (7)—(9) dapat di- ubah menjadi berikut.

(7b) Kupingku ditetesi obatAngi.

‘Telingaku ditetesi obat Angi.’ (8b) Sikilku dileledi elimSuradi.

‘Kakiku dikenai lem Suradi.’ (9b) Klambiku digupaki tlutuhNarti.

‘Bajuku dikenai getah Narti.’

Struktur kalimat (7b)—(9b) lazim ditemu- kan di dalam bahasa Jawa. Atas pengaruh struktur bahasa Indonesia, satuan lingual yang menjadi objek, berperan pelaku cenderung ber-

posisi langsung di sebelah kanan predikat. Un- tuk itu, kalimat pasif (7b)—(9b) dapat diubah menjadi berikut ini.

(7c) Kupingku ditetesi Angi obat.

‘Telingaku ditetesi Angi obat.’ (8c) Sikilku dileledi Suradi elim.

‘Kakiku dikenai Suradi lem.’ (9c) Klambiku digupaki Narti tlutuh.

‘Bajuku dikenai Narti getah.

5. Simpulan

Data menunjukkan bahwa di dalam ba- hasa Jawa terdapat kategori verba yang me- nuntut hadirnya tiga konstituen pendamping berkategori nomina sebagai argumennya. Kate- gori verba tersebut berfungsi sebagai predikat yang berbentuk N-/-i dan N-/-ake. Nomina pen- damping yang berfungsi sebagai subjek ber- peran sebagai pelaku. Nomina yang berfungsi sebagai pelengkap berperan sasaran dan alat. Kategori nomina yang berfungsi sebagai objek dapat berperan sebagai tujuan, penerima, dan penderita.

Untuk mengeksplisitkan makna yang dinyatakannya, digunakan penanda preposisi, antara lain, kanggo ‘buat’ yang menyatakan ‘tu- juan’ atau marang ‘pada’ yang menyatakan ‘pe-

nerima’, serta nganggo ‘untuk’ yang menandai

‘alat’. Selain itu, juga digunakan teknik alih bentuk atau parafrasa.

Semua kategori verba yang berbentuk N-/

-ake dan N-/-i berfungsi sebagai predikat, tergo- long verba aksi. Argumen pada verba N-/-ake

berstruktur pelaku-sasaran-penerima. Argu- men pada verba N-/-i berstruktur pelaku-sa-

saran-penerima dan pelaku-alat-penderita.

6. Daftar Pustaka

Alwi, Hasan dkk. 2008. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai pustaka.

Chafe, W.L. 1970. Meaning and the Structure of Language. Chicago: University of Chicago Press.

Dardjowidjoyo, Soenjono. 1983. Beberapa Aspek

linguistic Indonesia. Jakarta: Penerbit Djambatan.

Herawati, dkk. 1999/2000. Peran Sintaktik

dalam bahasa Jawa. Yogyakarta: Bagian Proyek Pembinaan Bahasa dan sastra Indonesia dan Daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kaswanti Purwo, Bambang. 1989. “Tata Bahasa Kasus dan Valensi Verba” dalam

Pellba 2. Jakarta: Lembaga Bahasa unika Atma Jaya, Jakarta.

Nardiati, Sri. 2005. Struktur Peran Semantis Kali- mat Verbal dalam Bahasa Jawa. Yogyakarta: Balai Bahasa.

Poerwadarminta, W.J.S. 1979. Bahasa Indonesia untuk Karang-Mengarang. Yogyakarta: U.P. Indonesia.

———. 1939. Baoesastra Djawa. Batavia: J.B. Wolters’ Uitgevers Maatschappij N.V. Groningen.

Sukardi Mp. 1995. Struktur Peran Kalimat Tung- gal Berpredikat Kategori Verba dalam Bahasa Jawa. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pe- ngembangan Bahasa.

Sudaryanto. 1983. Predikat-Objek dalam Bahasa Indonesia: Keselarasan Pola Urutan. Jakarta: Penerbit Djambatan.

———. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis

Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebu- dayaan secara Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Tim Redaksi. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: Penerbit PT Grame- dia Pustaka Utama.

Verhaar, John W.M., 1996. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada Univer- sity Press.

Wedhawati, dkk. 2006. Tata Bahasa Jawa Muta-

NOTULA PRESENTASI MAKALAH DISKUSI ILMIAH

(LOKAKARYA HASIL PENELITIAN)

BALAI BAHASA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASA

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

BALAI PENGKAJIAN PENGEMBANGAN KOMUNIKASI DAN

INFORMATIKA (BPPKI) YOGYAKARTA

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK

INDONESIA

Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta, 7 – 9 Oktober 2015

Judul : “Bentuk Verba Berargumen Tiga dalam Bahasa Jawa”

Penyaji : Sri Nardiati

Moderator : Edi setiyanto

Notulis : Nur Romadhoni Setyaningsih

Hari, tanggal : Rabu, 7 Oktober 2016

Waktu : 13.40—15.55

Pertanyaan/saran :

1. Drs. Widada, M.Hum.

Saran: Berkaitan dengan data, perlu adanya data yang sahih. Hal ini terlihat pada data halaman 8 kalimat (4) dan (5). Kalimat tersebut kurang lazim didengar dalam masyarakat Jawa. Perlu adanya catatan kapan dan di mana tuturan tersebut ditemukan. Selain itu, perlu diujikan pada penutur yang lain.

2. Titik Indiyastini

Saran: Untuk kata kunci maksimal 5 kata, dalam makalah Ibu ada tujuh kata.

3. Mardjoko

Mengapa implikasi makna tidak dibahas sekalian?

Jawaban :

1. Data yang digunakan merupakan data ragam umum, baik lisan maupun tulisan. Keabsahan

data mengacu pada apa yang dikatakan oleh Sudaryanto, bahwa data dicek secara umum dan pada diri sendiri.

Berkaitan dengan data (4) dan (5), hal tersebut merupakan kekhasan bahasa Jawa yang ada (yang sebenarnya) yang biasanya digunakan oleh penutur generasi tua.

2. Baik, akan dipilih kata kunci yang tepat.

3. Penulis mengamati peran semantis verba yang menuntut adanya argumen.

Tanggapan Narasumber:

Gloss harus diterangkan. Konsep argumen harus jelas.

-e  perannya apa

-i  perannya apa

-ake  perannya apa

Untuk menerapkan metode, pengujian data harus diparafrasekan, data diperbanyak. Saran judul: Verba, Argumen, dan Struktur Semantik.

ANALISIS WACANA PENGGUNAAN BAHASA PEMBERITAAN

Dalam dokumen PROSIDING ILMIAH KEBAHASAAN DAN KESASTRA (Halaman 52-56)