JAVANESE WOMAN TEACHINGS PROVERB
4. Wujud dan Nilai Makna Ungkapan Bahasa Jawa yang Berisi Ajaran bag
4.2 Nilai Makna Ungkapan yang Berisi Nasihat bagi Wanita
4.2.6 Nilai Makna Pendidikan
Wanita Jawa dulu selalu mendapat we-
jangan ‘nasihat’ secara berulang-ulang dari orang tuanya (ibunya) dalam hal mendidik
anak. Ungkapan yang memuat tentang makna pendidikan itu tertuang melalui ungkapan berikut.
Putra wayah wulangen kautaman, predinen susileng tata, supaya gawe pepadhanging kulawarga”.
‘Anak cucu didiklah ke arah keutamaan, didiklah tata susila, agar dapat menjadi sinar cahaya bagi keluarga.’
Maksudnya, seorang ibu harus selalu me- nanamkan dan mendidik putra-putrinya agar memiliki budi luhur dan kesopansantunan. Dengan pendidikan yang bermuatan tata su- sila, akan dihasilkan anak yang cemerlang bagi keluarganya. Ungkapan itu sering disampai- kan kepada wanita karena wanita dianggap sebagai orang yang diberi tanggung jawab untuk mendidik anak-anak sampai cucu. Di samping itu, nilai makna pendidikan juga
termuat dalam ungkapan berikut. Dadia wanita
kang asipat pamong, asipat guru, lan asipat anak
‘jadilah wanita yang memiliki sifat sebagai pelindung, sebagai guru/pendidik, dan sebagai
anak didik/siswa’. Ungkapan itu mempunyai
penjelasan arti berikut ini.
Dijelaskan oleh Hardjodiningrat (2006: 2- 7) bahwa ketiga ungkapan itu bernilai makna sebagai berikut.
(a) Ungkapan asipat pamong memiliki makna
‘berifat sebagai pengasuh’. Maksudnya, se- orang wanita (ibu) diharapkan memiliki sikap sebagai “pamong”. Seorang pamong itu memiliki sikap yang dalam bahasa Ja-
wanya bisa ngugemi lan ngayomi ’dapat
menaati dan mengayomi’.
(b) Ungkapan asipat guru memiliki makna
‘bersifat sebagai pendidik/guru’. Maksud- nya, seorang wanita (ibu) diharapkan me- miliki sikap sebagai “guru”. Seorang guru harus memiliki sikap yang dalam bahasa Jawanya ialah bisa digugu lan ditiru ’dapat dipercaya dan dianut/ditiru’.
(c) Ungkapan asipat anak memiliki makna
‘bersifat anak didik/siswa’. Maksudnya,
seorang wanita (ibu) diharapkan memiliki sikap sebagai “siswa”. Seorang siswa itu memiliki sikap yang dalam bahasa Jawa- nya, wajib ngerti lan ngajeni ‘wajib tahu dan menghormati’.
5. Penutup
Dari pembahasan di atas, dapat dikemu- kakan simpulan sebagai berikut. Dengan pe- maknaan dan pemahaman ungkapan, istilah, dan kosakata yang berisi nasihat kepada wani- ta melalui tulisan ini, diharapkan kelangsungan budaya dapat dilestarikan dan dapat diman- faatkan kembali dalam melaksanakan pendi- dikan budi pekerti.
Berdasarkan kajian ini ditemukan bebe- rapa nilai makna dari ungkapan yang berisi nasihat bagi wanita. Nasihat itu mencakupi enam aspek, yaitu (i) yang berkaitan dengan sifat tokoh wayang, (ii) rasa kepekaan, (iii) nilai makna rendah hati, (iv) pengatur ekonomi yang baik dalam rumah tangga (v) sikap penu- rut/tunduk, dan (vi) pendidikan.
Daftar Pustaka
Ahimsa-Putra. 2006. “Dari Mytheme ke ceriteme: Pengembangan Konsep dan Metode
Analisis Struktural” dalam Esei-esei
Antropologi: Teori, Metodologi dan Etnografi.
H.S. Ahimsa-Putra (ed.) Yogyakarta: Kepel Press.
Bratawijaya, Thomas Wiyasa. 1997. Mengung-
kap dan Mengenal Budaya Jawa. Jakarta: PT Pradnya Paramita.
Chaer, Abdul. 1995. Sosiolinguistik: Suatu
Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hadiatmaja, Sarjana. 1996. “Pendidikan Budi Pekerti dalam Konteks Budaya Jawa”.
Dalam Seminar Sehari Pendidikan Budi
Pekerti dalam Kurikulum Muatan Lokal, Mata Pelajaran Bahasa Jawa, hlm.100-112. Yogya- karta: FPBS, IKIP Yogyakarta.
Hardjodiningrat, K.R.A.T. Wartoyo. 2006. “Kawruh Kautamaning Urip Digambara-
ke Pewayangan” dalam Mbagun Tuwuh.
Solo: Paguyuban Tridarmo MN Solo. Hartuti, Sri. 2006. Pustaka Ajining Sastra (Muatan
Lokal Wajib, Suplemen GBPP Bahasa Jawa 2000). Yogyakarta: CV Raditya/
Kartamihardjo, Soeseno. 1988. Bahasa Cermin Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Kertanegara. 1993. “Wanita Karir Kudu Akeh
Ninggalake Omah” dalam Kandha Raharja,
Nomor 28 Tahun XVII, 8 Oktober 1993. Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguis-
tik. Jakarta: PT Gramedia Utama.
Mulyana. 2005. Kajian Wacana. Yogyakarta:
Tiara Wacana.
Mulyono, Sri. 1978. Wayang: Asal Usul, Filsafat, dan Masa Depannya. Jakarta: Gunung Agung.
__________. 1983a. Wayang dan Karakter
Manusia. Jakarta: Gunung Agung.
__________. 1983b. Wayang dan Karakter Wanita.
Jakarta: Gunung Agung.
Murbangun, Hardjowirogo. 1983. Manusia Jawa.
Jakarta: Yayasan Idayu.
Padmosoekotjo, S. 1982. Silsilah Wayang Purwa mawa Carita. Surabaya: CV Citra Jaya.
Purtra, Rakasiwi Permana. 2013. “Pengertian
Sosiolinguistik, Dialektologi, dan
Etnolinguistik “. www.jendelasastra.com Diunduh 18 Maret 2015, Pk 12.30/
Riyadi, Slamet. 1991. “Karakter Orang Jawa dalam Manusia Jawa”. Yogyakarta: Balai Penelitian Bahasa.
Sastroamidjojo, A. Seno. 1964. Renungan tentang Pertunjukkan Wajang Kulit. Djakarta: Penerbit Kinta.
Siswosudiro, S. 1959. Retna Ginubah: Dididkan Budi-Pekerti. Djakarta: Dinas Penerbitan Balai Pustaka.
Soedarsono, R.M. dan Gatut Murniatmo. 1986.
Nilai Anak dan Wanita dalam Masyarakat
Jawa. Yogyakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Proyek Penelitian dan Peng- kajian Kebudayaan Nusantara Bagian Jawa.
Sudibyoprono, R.Rio. 1991. Disusun kembali oleh Suwandono, dkk. Ensiklopedi Wayang Purwo. Jakarta: Balai Pustaka.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2008.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Website
h t t p : / / w w w . a l q u r a n - d i g i t a l . c o m , E - mailinfo@alquran-digital.com
NOTULA PRESENTASI MAKALAH DISKUSI ILMIAH
(LOKAKARYA HASIL PENELITIAN)
BALAI BAHASA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASA
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB
FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN PENGEMBANGAN KOMUNIKASI DAN
INFORMATIKA (BPPKI) YOGYAKARTA
KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK
INDONESIA
Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta, 7 – 9 Oktober 2015
Judul : “Beberapa Ungkapan yang Berisi Ajaran bagi Wanita dalam Bahasa Jawa”
Penyaji : Wiwin Erni Siti Nurlina
Moderator : Titik Indiyastini
Notulis : Nanik Sumarsih
Hari, tanggal : Jumat, 9 Oktober 2016
Waktu : 08.00—09.45
Pertanyaan/saran :
1. Widodo Hs:
Apakah yang akan dibahas berkaitan dengan nilai moral apa nilai makna perlu dikaji kembali?
2. Sri Nardiati:
- Nasihat-nasihat itu kenapa wanita itu mengatur gemi, nastiti, dan ati-ati? - Satuan lingual wanita ditujukan pada wanita tetapi ada yang bukan wanita?
3. Murdjoko Idris:
Saya mengusulkan agar judul diganti “Religiusitas dalam Bahasa Jawa” dan pembenaran bahwa Larasati juga anak raja.
Jawaban :
1. Ya nanti akan saya pertimbangkan kembali.
2. Akan mengalami kesulitan kalau tidak dibatasi wanita.
3. Judul akan dipertimbangkan dan tentang pemahaman makna akan ditelusuri lebih jauh.
Catatan Narasumber:
- Tidak jelas apa yang dimaksud ungkapan, ungkapan seperti apa.
- Sifat-sifat wanita dapat diungkapkan dengan kata atau frasa.