• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tujuan dari wawancara pada langkah menyelesaikan masalah sesuai perencanaan ini antara lain:

1) Untuk menggali proses berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah sesuai perencanaan, apakah siswa dapat menyelesaikan masalah yang ada sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat atau tidak.

2) Untuk menggali proses berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah sesuai perencanaan, apakah siswa melakukan proses berpikir secara akomodasi ataukah siswa melakukan proses berpikir secara asimilasi.

Transkrip hasil wawancara pada siswa AM dalam menyelesaikan masalah sesuai perencanaan akan dijelaskan sebagai berikut.

1) Hasil Wawancara Pertama a) Masalah Pertama

Pada wawancara pertama untuk masalah yang pertama tidak terjadi wawancara antara peneliti dengan siswa AM pada langkah menyelesaikan masalah sesuai perencanaan. Pada langkah menyusun rencana penyelesaian, siswa tidak dapat menentukan cara atau langkah apa yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah. Karena siswa tidak dapat menyusun rencana penyelesaian dari masalah pertama, maka siswa tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut. Hal inilah yang menyebabkan tidak adanya transkrip wawancara antara peneliti dan siswa AM pada langkah menyelesaikan masalah sesuai perencanaan untuk masalah pertama.

b) Masalah Kedua

Pada wawancara pertama untuk masalah yang kedua tidak terjadi wawancara antara peneliti dengan siswa AM pada langkah menyelesaikan masalah sesuai perencanaan. Pada langkah menyusun rencana penyelesaian, siswa tidak dapat menentukan cara atau langkah apa yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah. Karena siswa tidak dapat menyusun rencana penyelesaian dari masalah kedua, maka siswa tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut. Hal inilah yang menyebabkan tidak adanya transkrip

commit to user

wawancara antara peneliti dan siswa AM pada langkah menyelesaikan masalah sesuai perencanaan untuk masalah kedua.

2) Hasil Wawancara Kedua a) Masalah Pertama

Pada wawancara kedua untuk masalah yang pertama tidak terjadi wawancara antara peneliti dengan siswa AM pada langkah menyelesaikan masalah sesuai perencanaan. Pada langkah menyusun rencana penyelesaian, siswa tidak dapat menentukan cara atau langkah apa yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah. Karena siswa tidak dapat menyusun rencana penyelesaian dari masalah pertama, maka siswa tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut. Hal inilah yang menyebabkan tidak adanya transkrip wawancara antara peneliti dan siswa AM pada langkah menyelesaikan masalah sesuai perencanaan untuk masalah pertama.

b) Masalah Kedua

Pada wawancara kedua untuk masalah yang kedua tidak terjadi wawancara antara peneliti dengan siswa AM pada langkah menyelesaikan masalah sesuai perencanaan. Pada langkah menyusun rencana penyelesaian, siswa tidak dapat menentukan cara atau langkah apa yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah. Karena siswa tidak dapat menyusun rencana penyelesaian dari masalah kedua, maka siswa tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut. Hal inilah yang menyebabkan tidak adanya transkrip wawancara antara peneliti dan siswa AM pada langkah menyelesaikan masalah sesuai perencanaan untuk masalah kedua.

3) Triangulasi Data

Setelah diperoleh paparan data di atas dengan siswa AM, selanjutnya akan dilakukan perbandingan antara hasil wawancara pertama dan kedua yang dilaksanakan pada hari yang berbeda. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui valid atau tidaknya data yang telah diperoleh. Hasil wawancara pertama dan kedua pada siswa AM dalam menyelesaikan masalah sesuai perencanaan disajikan pada tabel berikut.

commit to user

Tabel 4.15 Hasil Wawancara Pertama dan Kedua pada Siswa AM dalam Menyelesaikan Masalah Sesuai Perencanaan

Masalah Wawancara Pertama Wawancara Kedua

Pertama

Siswa AM tidak melakukan proses untuk menyelesaikan masalah yang ada sesuai dengan perencanaan.

Siswa AM tidak melakukan proses untuk menyelesaikan masalah yang ada sesuai dengan perencanaan.

Kedua

Siswa AM tidak melakukan proses untuk menyelesaikan masalah yang ada sesuai dengan perencanaan.

Siswa AM tidak melakukan proses untuk menyelesaikan masalah yang ada sesuai dengan perencanaan.

Berdasarkan Tabel 4.15 dapat diketahui bahwa untuk masalah pertama pada wawancara pertama, siswa AM tidak melakukan proses untuk menyelesaikan masalah yang ada sesuai dengan perencanaan. Untuk masalah pertama pada wawancara kedua, siswa AM tidak melakukan proses untuk menyelesaikan masalah yang ada sesuai dengan perencanaan. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa data yang ada pada wawancara pertama dan wawancara kedua sama, sehingga dapat dikatakan bahwa data untuk masalah pertama pada kedua wawancara tersebut valid pada langkah menyelesaikan masalah sesuai perencanaan.

Berdasarkan Tabel 4.15 dapat diketahui bahwa untuk masalah kedua pada wawancara pertama, siswa AM tidak melakukan proses untuk menyelesaikan masalah yang ada sesuai dengan perencanaan. Untuk masalah kedua pada wawancara kedua, siswa AM tidak melakukan proses untuk menyelesaikan masalah yang ada sesuai dengan perencanaan. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa data yang ada pada wawancara pertama dan wawancara kedua sama, sehingga dapat dikatakan bahwa data untuk masalah pertama pada kedua wawancara tersebut valid pada langkah menyelesaikan masalah sesuai perencanaan.

commit to user

4) Analisis Data

a) Masalah Pertama

Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa pada masalah pertama, siswa AM tidak bisa menyelesaikan masalah. Ini disebabkan pada langkah sebelumnya, yaitu pada langkah menyusun rencana penyelesaian, siswa tidak dapat menentukan cara atau langkah apa yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah pertama. Siswa tidak dapat mengetahui langkah awal apa yang akan dilakukan untuk bisa menyelesaikan masalah tersebut. Hal inilah yang membuat siswa tidak bisa menyelesaikan masalah pertama.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa siswa AM tidak melakukan proses berpikir asimilasi maupun akomodasi untuk menyelesaikan masalah pada masalah pertama sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.

b) Masalah Kedua

Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa pada masalah kedua, siswa AM tidak bisa menyelesaikan masalah. Ini disebabkan pada langkah sebelumnya, yaitu pada langkah menyusun rencana penyelesaian, siswa tidak dapat menentukan cara atau langkah apa yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah kedua. Siswa tidak dapat mengetahui langkah awal apa yang akan dilakukan untuk bisa menyelesaikan masalah tersebut. Hal inilah yang membuat siswa tidak bisa menyelesaikan masalah kedua.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa siswa AM tidak melakukan proses berpikir asimilasi maupun akomodasi untuk menyelesaikan masalah pada masalah kedua sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.

Berdasarkan hasil analisis data pada masalah pertama dapat diketahui bahwa siswa AM tidak melakukan proses berpikir asimilasi maupun akomodasi dalam menyelesaikan masalah sesuai perencanaan. Berdasarkan hasil analisis data pada masalah kedua dapat diketahui bahwa siswa AM tidak melakukan proses berpikir asimilasi maupun akomodasi dalam menyelesaikan masalah sesuai perencanaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswa

commit to user

AM tidak melakukan proses berpikir asimilasi maupun akomodasi dalam menyelesaikan masalah sesuai perencanaan.

d. Memeriksa Kembali Hasil yang Diperoleh

Tujuan dari wawancara pada langkah memeriksa kembali hasil yang diperoleh ini antara lain:

1) Untuk menggali proses berpikir siswa dalam memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh, apakah siswa dapat menyebutkan cara atau langkah apa yang akan digunakan untuk dapat memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh atau tidak.

2) Untuk menggali proses berpikir siswa dalam memeriksa kembali hasil yang diperoleh, apakah siswa melakukan proses berpikir secara akomodasi ataukah siswa melakukan proses berpikir secara asimilasi.

Transkrip hasil wawancara pada siswa AM dalam memeriksa kembali hasil yang diperoleh akan dijelaskan sebagai berikut.

1) Hasil Wawancara Pertama a) Masalah Pertama

Pada wawancara pertama untuk masalah yang pertama tidak terjadi wawancara antara peneliti dengan siswa AM pada langkah memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh. Hal ini disebabkan siswa tidak dapat menyusun rencana penyelesaian dari masalah yang ada pada langkah sebelumnya, sehingga siswa tidak bisa menyelesaikan masalah tersebut. Akibatnya tidak ada hasil dari siswa yang harus diperiksa kebenarannya. Hal inilah yang menyebabkan tidak adanya transkrip wawancara antara peneliti dan siswa AM pada langkah memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh untuk masalah pertama.

b) Masalah Kedua

Pada wawancara pertama untuk masalah yang kedua tidak terjadi wawancara antara peneliti dengan siswa AM pada langkah memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh. Hal ini disebabkan siswa tidak dapat menyusun rencana penyelesaian dari masalah yang ada pada langkah

commit to user

sebelumnya, sehingga siswa tidak bisa menyelesaikan masalah tersebut. Akibatnya tidak ada hasil dari siswa yang harus diperiksa kebenarannya. Hal inilah yang menyebabkan tidak adanya transkrip wawancara antara peneliti dan siswa AM pada langkah memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh untuk masalah kedua.

2) Hasil Wawancara Tes Kedua a) Masalah Pertama

Pada wawancara kedua untuk masalah yang pertama tidak terjadi wawancara antara peneliti dengan siswa AM pada langkah memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh. Hal ini disebabkan siswa tidak dapat menyusun rencana penyelesaian dari masalah yang ada pada langkah sebelumnya, sehingga siswa tidak bisa menyelesaikan masalah tersebut. Akibatnya tidak ada hasil dari siswa yang harus diperiksa kebenarannya. Hal inilah yang menyebabkan tidak adanya transkrip wawancara antara peneliti dan siswa AM pada langkah memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh untuk masalah pertama.

b) Masalah Kedua

Pada wawancara kedua untuk masalah yang kedua tidak terjadi wawancara antara peneliti dengan siswa AM pada langkah memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh. Hal ini disebabkan siswa tidak dapat menyusun rencana penyelesaian dari masalah yang ada pada langkah sebelumnya, sehingga siswa tidak bisa menyelesaikan masalah tersebut. Akibatnya tidak hasil dari siswa yang harus diperiksa kebenarannya. Hal inilah yang menyebabkan tidak adanya transkrip wawancara antara peneliti dan siswa AM pada langkah memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh untuk masalah kedua.

3) Triangulasi Data

Setelah diperoleh paparan data di atas dengan siswa AM, selanjutnya akan dilakukan perbandingan antara hasil wawancara pertama dan kedua yang dilaksanakan pada hari yang berbeda. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui

commit to user

valid atau tidaknya data yang telah diperoleh. Hasil wawancara pertama dan kedua pada siswa AM dalam memeriksa kembali hasil yang diperoleh disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.16 Hasil Wawancara Pertama dan Kedua pada Siswa AM dalam Memeriksa Kembali Hasil yang Diperoleh

Masalah Wawancara Pertama Wawancara Kedua

Pertama

Siswa AM tidak melakukan proses untuk memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh.

Siswa AM tidak melakukan proses untuk memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh.

Kedua

Siswa AM tidak melakukan proses untuk memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh.

Siswa AM tidak melakukan proses untuk memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh.

Berdasarkan Tabel 4.16 dapat diketahui bahwa untuk masalah pertama pada wawancara pertama, siswa AM tidak melakukan proses untuk memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh. Untuk masalah pertama pada wawancara kedua, siswa AM tidak melakukan proses untuk memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa data yang ada pada wawancara pertama dan wawancara kedua sama, sehingga dapat dikatakan bahwa data untuk masalah pertama pada kedua wawancara tersebut valid pada langkah memeriksa kembali hasil yang diperoleh.

Berdasarkan Tabel 4.16 dapat diketahui bahwa untuk masalah kedua pada tes pertama, siswa AM tidak melakukan proses untuk memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh. Untuk masalah kedua pada tes kedua, siswa AM tidak melakukan proses untuk memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa data yang ada pada wawancara pertama dan wawancara kedua sama, sehingga dapat dikatakan bahwa data untuk masalah pertama pada kedua wawancara tersebut valid pada langkah memeriksa kembali hasil yang diperoleh.

commit to user

4) Analisis Data

a) Masalah Pertama

Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa pada masalah pertama, siswa AM tidak dapat menentukan cara atau langkah apa yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah. Alasan inilah yang menyebabkan siswa tidak dapat menyelesaikan masalah pertama sesuai dengan perencanaan yang telah dibuatnya. Karena siswa tidak dapat menyelesaikan masalah yang ada, akibatnya siswa juga tidak dapat melakukan proses untuk memeriksa kembali hasil yang telah diperolehnya.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa siswa AM tidak melakukan proses berpikir asimilasi maupun akomodasi untuk memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh pada masalah pertama.

b) Masalah Kedua

Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa pada masalah kedua, siswa AM tidak dapat menentukan cara atau langkah apa yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah. Alasan inilah yang menyebabkan siswa tidak dapat menyelesaikan masalah kedua sesuai dengan perencanaan yang telah dibuatnya. Karena siswa tidak dapat menyelesaikan masalah yang ada, akibatnya siswa juga tidak dapat melakukan proses untuk memeriksa kembali hasil yang telah diperolehnya dan tidak ada hasil yang harus diyakini kebenarannya.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa siswa AM tidak melakukan proses berpikir asimilasi maupun akomodasi untuk memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh pada masalah kedua.

Berdasarkan hasil analisis data pada masalah pertama dapat diketahui bahwa siswa AM tidak melakukan proses berpikir asimilasi maupun akomodasi dalam memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh. Berdasarkan hasil analisis data pada masalah kedua dapat diketahui bahwa siswa AM tidak melakukan proses berpikir asimilasi maupun akomodasi dalam memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

commit to user

siswa AM tidak melakukan proses berpikir asimilasi maupun akomodasi dalam memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh.

D. Pembahasan

1. Proses Berpikir Siswa Climber (Siswa AM) dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Berdasarkan Langkah Polya

Analisis proses berpikir yang dilakukan pada siswa RA dalam memecahkan masalah matematika mengacu pada langkah-langkah Polya, dimulai dari proses berpikir siswa dalam memahami masalah, menyusun rencana penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai perencanaan, sampai memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh.

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil bahwa siswa RA melakukan proses berpikir asimilasi dalam memahami masalah, baik pada masalah pertama maupun masalah kedua. Dalam memahami masalah, siswa dapat secara langsung mengidentifikasi hal-hal yang diketahui dan hal yang ditanya pada masalah dengan lancar dan benar, baik pada masalah pertama maupun pada masalah kedua. Siswa tidak memerlukan informasi lain untuk bisa menyelesaikan masalah selain hal yang diketahui pada masalah dan siswa menggunakan semua hal yang diketahui untuk bisa menyelesaikan masalah tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswa RA melakukan proses berpikir asimilasi dalam memahami masalah.

Hasil analisis data berikutnya adalah siswa RA melakukan proses berpikir asimilasi dalam menyusun rencana penyelesaian, baik pada masalah pertama maupun masalah kedua. Dalam menyusun rencana penyelesaian, siswa dapat menentukan dengan lancar dan benar langkah apa saja yang akan digunakan untuk bisa menyelesaikan masalah, baik pada masalah pertama maupun masalah kedua. Siswa dapat menentukan langkah untuk menyelesaikan masalah tersebut secara sistematis, diawali dengan membuat model matematika dari masalah yang ada dan menyelesaikan masalah tersebut menggunakan gabungan metode eliminasi dan

commit to user

substitusi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswa RA melakukan proses berpikir asimilasi dalam menyusun rencana penyelesaian.

Dalam menyelesaikan masalah sesuai dengan perencanaan, siswa RA melakukan proses berpikir asimilasi, baik pada masalah pertama maupun masalah kedua. Siswa dapat menyelesaikan masalah yang ada dengan lancar dan algoritma perhitungan yang dilakukan siswa juga benar, baik pada masalah pertama maupun masalah kedua. Siswa dapat menyelesaikan masalah sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat pada langkah sebelumnya, yaitu dengan metode eliminasi dan substitusi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswa RA melakukan proses berpikir asimilasi dalam menyelesaikan masalah sesuai dengan perencanaan.

Dalam memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh, siswa RA melakukan proses berpikir asimilasi, baik pada masalah pertama maupun masalah kedua. Siswa dapat meyakini kebenaran dari hasil yang telah diperolehnya, baik pada masalah pertama maupun masalah kedua. Siswa dapat menentukan dengan lancar dan benar cara untuk memeriksa kembali hasil yang telah diperolehnya, yaitu dengan melihat kesesuaian antara hasil yang telah diperoleh dengan hal yang diketahui pada masalah dan melalui persamaan yang telah dibuat sebelumnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswa RA melakukan proses berpikir asimilasi dalam memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh.

Dari hasil wawancara terlihat bahwa selama siswa menyelesaikan masalah, siswa tidak pernah mengeluh terhadap masalah yang diberikan. Jika siswa mengalami keraguan dalam menyelesaikan masalah, siswa tidak pernah putus asa dan selalu berusaha untuk bisa menyelesaikan masalah tersebut sehingga mendapatkan hasil yang terbaik. Siswa tidak begitu saja meyakini kebenaran dari hasil yang telah diperolehnya sebelum siswa melakukan pemeriksaan kembali terhadap hasilnya tersebut. Hal ini sesuai dengan teori dari Stoltz (2000) yang mengatakan bahwa orang dengan tipe climber adalah tipe orang yang selalu berusaha mencapai puncak kesuksesan, siap menghadapi rintangan yang ada, dan selalu membangkitkan dirinya pada kesuksesan. Pendapat yang serupa juga dikemukakan oleh Yansen Marpaung (2005) yang mengatakan bahwa orang dengan tipe climber memiliki sikap dan motivasi yang tinggi dalam belajar.

commit to user

Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sudarman (2009). Penelitian ini menggunakan siswa SMP kelas VII di Palu sebagai subjek penelitian dengan materi persamaan linear satu variabel. Berdasarkan hasil penelitiannya diperoleh kesimpulan bahwa siswa climber melakukan proses berpikir asimilasi baik dalam memahami masalah, menyusun rencana penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai perencanaan, maupun dalam memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh. Ternyata hasil penelitian yang diperoleh Sudarman juga berlaku pada penelitian ini, meskipun dilakukan pada subjek dan materi penelitian yang berbeda.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Siti Nureini (2011). Pada hipotesis awalnya disebutkan bahwa prestasi belajar matematika siswa climber lebih baik daripada siswa camper dan quitter. Berdasarkan hasil penelitiannya diperoleh kesimpulan bahwa siswa tipe climber memiliki prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa tipe camper dan tipe quitter. Dengan proses berpikir yang dilakukan oleh siswa RA dalam menyelesaikan masalah matematika tentunya akan membawa dampak positif bagi prestasi belajar matematikanya. Dalam menyelesaikan masalah matematika, siswa RA melakukan proses berpikir yang baik, yaitu siswa dapat menyusun rencana penyelesaiannya secara sistematis, serta siswa dapat menyelesaikan masalah yang ada dengan lancar dan teliti. Dengan proses berpikir yang demikian tentunya akan membuat prestasi belajar siswa climber menjadi lebih baik jika dibandingkan dengan siswa camper dan quitter.

2. Proses Berpikir Siswa Camper (Siswa EG) dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Berdasarkan Langkah Polya

Analisis proses berpikir yang dilakukan pada siswa EG dalam memecahkan masalah matematika mengacu pada langkah-langkah Polya, dimulai dari proses berpikir siswa dalam memahami masalah, menyusun rencana penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai perencanaan, sampai memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh.

commit to user

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil bahwa siswa EG melakukan proses berpikir asimilasi dalam memahami masalah, baik pada masalah pertama maupun masalah kedua. Dalam memahami masalah, siswa dapat secara langsung mengidentifikasi hal-hal yang diketahui dan hal yang ditanya pada masalah dengan lancar dan benar, baik pada masalah pertama maupun pada masalah kedua. Siswa dapat menuliskan hal yang diketahui dan yang ditanyakan pada masalah dengan menggunakan kalimatnya sendiri dengan kalimat yang lebih sederhana. Hal ini mungkin disebabkan pada saat siswa menemukan soal cerita, siswa terbiasa untuk menuliskan terlebih dahulu hal-hal apa saja yang diketahui dan yang ditanyakan pada soal sebelum siswa menyelesaikan soal tersebut. Selain itu, siswa tidak memerlukan informasi lain untuk bisa menyelesaikan masalah selain hal yang diketahui pada masalah dan siswa menggunakan semua hal yang diketahui untuk bisa menyelesaikan masalah tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswa EG melakukan proses berpikir asimilasi dalam memahami masalah.

Hasil analisis data berikutnya diperoleh hasil bahwa siswa EG melakukan proses berpikir asimilasi dan akomodasi dalam menyusun rencana penyelesaian, baik pada masalah pertama maupun masalah kedua. Proses berpikir asimilasi ini terjadi pada saat siswa dapat menyebutkan langkah apa saja yang akan dilakukan untuk bisa menyelesaikan masalah, yaitu dengan membuat model matematika dari masalah yang ada dan menyelesaikan masalah tersebut dengan menggunakan gabungan metode eliminasi dan substitusi. Proses akomodasi terjadi pada saat siswa membuat model matematika. perlu memodifikasi skema yang ada dipikirannya dengan informasi yang ada pada masalah untuk bisa membuat model matematika. Pada saat siswa akan membuat model matematika dari masalah yang ada, siswa mengalami kesulitan untuk bisa membuat persamaan yang sesuai dengan hal yang diketahui dan siswa memulai membuat persamaan tersebut