• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh Pemahaman dan Telaah Puis

Dalam dokumen sma10bhsind BerbhsIndDgEfektif Erwan (Halaman 125-129)

Lima bab terdahulu memuat bagaimana memahami puisi secara teoretis. Dalam bab ini akan diberikan contoh pemahaman dan pembahasan puisi. Contoh ini meliputi pemahaman puisi lepas (bukan kumpulan puisi), pemahaman kumpulan puisi, dan uraian umum tentang kecenderungan mutakhir puisi Indonesia. Uraian pada bab ini dipandang penting untuk melengkapi gambaran menyeluruh tentang puisi.

Sudah dinyatakan di depan bahwa karya sastra tidak bersifat otonom. Dalam memahami makna karya sastra, kita dapat mengacu ke berbagai hal yang erat berhubungan dengan puisi itu. Dalam pemahaman puisi ini, hal yang dipandang

erat berhubungan dengan puisi itu adalah penyair dan kenyataan sejarah. Puisi-puisi yang relatif sulit ditafsirkan maknanya, biasanya dapat ditafsirkan melalui penge- nalan kita terhadap penyair dan kenyataan sejarah.

A. Langkah-Langkah dalam Memahami Puisi

Langkah-langkah pemahaman sebuah puisi sebenarnya sejalan dengan isi buku ini. Pada Bab I kita diperkenalkan puisi sebagai suatu totalitas atau sebagai sebuah struktur. Dari jaman ke jaman wujud struktur puisi itu berubah-ubah, tetapi tetap sebagai struktur. Majas, versiikasi, dan pengonsentrasian bahasa merupakan

unsur-unsur puisi yang tetap bertahan. Struktur puisi dibangun oleh struktur isik (metode pengucapan makna) dan struktur batin (makna) puisi.

Pada Bab II dibahas faktor genetik dari puisi, yakni pengarang dan ke- nyataan sejarah sebagai faktor yang turut menentukan makna puisi. Dalam setiap pembahasan puisi baik puisi lepas maupun kumpulan puisi, kiranya kita tidak mungkin melupakan penyair dan kenyataan sejarah yang memberikan latar belakang terhadap makna puisi itu secara menyeluruh sebagai suatu totalitas. Aliran, ilsafat, agama, pandangan hidup, latar belakang sosial budaya, dan latar belakang pemikiran atau disiplin ilmu kiranya akan memberi warna kepada puisi yang diciptakan. Demikian juga jaman di saat puisi itu diciptakan juga akan memberi corak puisi yang diciptakan. Puisi yang diciptakan sekitar tahun 1960-an akan dipandang ketinggalan jaman jika memakai prinsip-prinsip soneta atau gurindam. Tetapi puisi tahun 1960-an juga tidak dapat didekati dengan kriteria tahun 70-an.

Pada Bab II tersebut dinyatakan sebagai pembahasan genetik puisi yakni penyair dan kenyataan sejarah. Pembahasan puisi Indonesia dapat lebih terarah pada sasaran yang tepat dengan mempertimbangkan latar belakang penyair dan kenyataan sejarah itu. Bab III membahas unsur-unsur yang membangun struktur isik puisi. Unsur-unsur itu jalin-menjalin memben- tuk kesatuan. Bab IV membahas unsur- unsur struktur batin puisi. Unsur-unsur itu juga jalin-menjalin membentuk kesatuan utuh. Struktur isik dan struktur batin adalah dwitunggal yang terungkap di dalam puisi. Kedua struktur dapat ditelaah unsur- unsurnya, namun tidak dapat saling dipisah- kan. Bercampurnya unsur-unsur itu dalam puisi bagaikan tepung terigu dan telur yang sudah diaduk menjadi adonan roti.

Pada Bab V diberikan macam-macam puisi. Hal tersebut dikemukakan hanya sebagai pelengkap pengetahuan tentang puisi. Dengan empat bab tersebut, kita dapat memahami puisi sebagai suatu struktur dan sebagai suatu kesatuan yang bulat dan utuh.

Langkah-langkah menelaah puisi dapat melalui tahap-tahap sebagai berikut (bandingkan dengan Explication de Texte dalam Andre Hardjana, 1982: 53-58).

1. Struktur Karya Sastra

Pada tahap pertama kita berusaha memahami struktur karya sastra secara umum, Apakah puisi ini berstruktur sebagai puisi lama, baru, Angkatan 45, ataukah puisi kontemporer. Apakah bentuk puisi itu konvensional ataukah nonkonvensional. Penelaah berusaha memahami bait-bait dan lirik-lirik, serta memahami secara global tema apakah yang dikemukakan oleh penyair.

2. Penyair dan Kenyataan Sejarah Untuk melengkapi pemahaman secara global karya yang kita telaah, maka kita bahas siapakah penyairnya, bagaimana aliran ilsafat, corak khas yang menjadi ciri dari jaman penyair itu berkarya, kata-kata dan ungkapan khusus yang berhubungan dengan penyair, aliran, ilsafat, dan jaman saat puisi itu diciptakan. Dengan dilengkapi data tentang penyair dan kenyataan sejarah ini, totalitas puisi akan lebih mudah diinterpretasikan.

3. Telaah Unsur-unsur

Struktur isik dan struktur batin puisi ditelaah unsur-unsurnya. Kedua struktur itu harus mempunyai kepaduan dalam mendukung totalitas puisi. Telaah ini menyangkut telaah unsur-unsur puisi dan berusaha membedah puisi sampai ke unsur-unsur yang sekecil-kecilnya. Ditelaah bagaimana struktur isik digunakan untuk

mengungkapkan struktur batin dan bagaimana struktur batin dikemukakan. Telaah yang demikian menghasilkan pem- bahasan puisi secara lebih mendalam.

a. Struktur isik.

Dalam telaah struktur isik dibahas bagaimana kecakapan/kreatiitas penyair dalam menciptakan puisi. Maka struktur isik disebut pula metode puisi. Ditelaah bagaimana penyair memilih, mengurutkan, dan memberi sugesti kata (diksi); bagaimana penyair menciptakan pengimajian; bagai- mana kata-kata diperkonkret; bagaimana penyair menciptakan lambang dan kiasan (majas); bagaimana versiikasi dalam puisi itu; dan bagaimana penyair menyusun tata wajah puisi. Telaah struktur isik tidak dapat dilepaskan dengan telaah struktur batin. Dapat juga ditelaah hubungan antara struktur isik dengan tuntutan pengucapan batin penyair.

b. Struktur batin.

Semua unsur struktur isik digunakan penyair untuk mengungkapkan tema dan amanat yang hendak disampaikannya. Dengan kata lain, struktur isik dan struktur batin atau struktur tematik dan struktur sintaktik tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kemampuan memahami struktur isik secara mendalam dan canggih memungkinkan pembaca memi- liki kemampuan menghayati makna yang hendak disampaikan oleh penyair karena tema, perasaan, nada, dan amanat disampaikan melalui struktur isik puisi.

Adanya jalinan antara struktur isik dan struktur batin yang begitu kuat, menyebabkan perlunya pembaca memahami kedua struktur ini secara

bersama-sama. Tingkat pemikiran, luapan rasa hati penyair, dan tingkat imajinasi (pengalaman) penyair, diungkapkan dengan metode atau teknik pengucapan khas milik penyair. Nilai artistik sebuah karya sastra terletak dari tepat tidaknya penyair mengungkapkan struktur batinnya ke dalam struktur isik (teknik). Jika takarannya tepat, akan terasa ada keharmonisan antara kedua struktur itu. Keharmonisan antara kedua struktur itu tidak bersifat statis. Pembaca menghendaki sesuatu yang baru. Oleh sebab itu, faktor kreativitas penyair juga ikut berperan dalam menentukan nilai artistik sebuah puisi. Jadi, struktur batin dan gaya pengucapan disampaikan lewat bahasa penyair merupakan dua hal yang saling berhubungan dan saling menentukan.

4. Sintesis dan Interpretasi

Setelah menelaah secara mendalam struktur puisi hingga ke unsur-unsurnya, kemudian kita dapat mensintesiskan telaah kita itu. Sintesis itu dapat berujud jawaban atas pertanyaan sebagai berikut (1) Apakah amanat (pesan) yang hendak disampaikan penyair?; (2) Mengapa penyair meng-gunakan bahasa yang demikian (hubungannya dengan perasaan dan nada); (3) Apakah arti karya tersebut bagi kita (peneliti)?; (4) Bagaimana Anda terhadap apa yang dikemukakan penyair?; (5) Bagaimana penyair menciptakan puisi itu, apakah cukup mahir?

Ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan jika hendak membuat rangkuman atas sebuah teks yang terdapat dalam sebuah buku. hal-hal tersebut di antaranya:

1. membaca naskah atau teks aslinya terlebih dulu. Sebelum merangkum, Anda perlu membaca teks bacaan tersebut untuk mengetahui kesan umum yang hendak disampaikan, terutama maksud dan sudut pandang penulis.

2. Mencatat gagasan utama. Anda bisa mencatat seluruh gagasan utama yang terdapat pada teks yang Anda baca atau cukup dengan menggarisbawahi gagasan utama tersebut.

3. rewrite atau menulis ulang. Anda bisa melakukan penulisan ulang atas gagasan utama yang Anda tulis atau garisbawahi tadi ke dalam beberapa kalimat singkat.

Berikut contoh penulisa gagasan dan rangkuman dari kutipan buku Teori dan Apresiasi Puisi yang telah Anda baca tadi.

Gagasan utama:

1. Langkah-langkah pemahaman puisi terdiri dari empat tahapan. Pertama, struktur karya sastra. Kedua, penyair dan kenyataan sejarah. Ketiga, telaah unsur-unsur. Keempat, sintesis dan interpretasi.

2. Tahap pertama berusaha memahami struktur karya sastra secara umum.

3. Tahap kedua berupa pemahaman penyair dan latar belakangnya.

4. Tahap ketiga berusaha menelaah struktur isik dan struktur batin puisi yang bersangkutan.

5. Tahap kelima berusaha menelaah secara mendalam struktur puisi hingga ke unsur-unsurnya.

Dari gagasan utama yang telah Anda catat itu, Anda dapat membuat rangkuman dengan cara mencatat ulang gagasan tadi menjadi bebrapa kalimat singkat seperti berikut.

Langkah-langkah pemahaman puisi terdiri dari empat tahapan, yaitu memahami struktur karya sastra, penyair dan kenyataan sejarah, telaah unsur-unsur, dan memahami sintesis dan interpretasi.

Dalam tahapan pertama, Anda harus berusaha memahami struktur karya sastra secara umum. Pada tahap kedua, Anda harus bisa memahami penyair dan latar belakangnya. Tahap ketiga , Anda dituntut untuk bisa menelaah struktuf isik dan struktur batin puisi. Sementara itu, pada tahapan terakhir, Anda harus bisa melakukan telaah secara mendalam terhadap struktur puisi hingga ke unsur-unsurnya.

Untuk memperdalam pemahaman Anda, kerjakanlah latihan yang akan diberikan berikut ini. Bacalah bacaan yang disajikan dengan saksama.

1. Sebelum melakukan kegiatan merangkum isi teks bacaan, Bacalah kutipan yang diambil dari buku Tata Bahasa Baku Indonesia halaman 35-39 berikut ini dengan saksama.

Kalimat umumnya berwujud rentetan kata yang disusun sesuai dengan kaidah yang berlaku. Tiap kata dalam kalimat mempunyai tiga klasiikasi, yaitu berdasarkan (1) kategori sintaktis, (2) fungsi sintaktis, dan (3) peran semantisnya.

1. Kategori Sintaktis

Dalam ilmu bahasa, kata dikelompok- kan berdasarkan bentuk serta perilakunya. Kata yang mempunyai bentuk serta perilaku yang sama, atau mirip, dimasukkan ke dalam satu kelompok, sedangkan kata lain yang bentuk dan perilakunya sama atau mirip dengan sesamanya, tetapi berbeda dengan ke- lompok yang pertama, dimasukkan ke dalam kelompok yang lain. Dengan kata lain, kata dapat dibedakan berdasarkan kategori sintaktisnya, Kategori

sintaktis sering pula disebut kategori

atau kelas kata.

Dalam bahasa Indonesia kita memiliki empat kategori sintaktis utama:

(1) verba atau kata kerja, (2) nomina

atau kata benda, (3) adjektiva atau

kata sifat, dan (4) adverbia atau

kata keterangan. Di samping itu, ada

satu kelompok lain yang dinamakan kata tugas yang terdiri atas beberapa

subkelompok yang lebih kecil, misalnya

preposisi atau kata depan, konjungtor

atau kata sambung, dan partikel.

Nomina, verba, dan adjektiva sering dikembangkan dengan tambahan pembatas tertentu. Nomina, misalnya, dapat dikembangkan dengan nomina lain, dengan adjektiva, atau dengan kategori lain (gedung —> gedung sekolah, gedung bagus, gedung yang bagus itu). Verba dapat diperluas, antara lain, dengan adverbia seperti pelan-pelan (makan —> makan pelan-pelan), dan adjektiva dapat diperluas dengan adverbia seperti sangat (manis —> sangat manis). Pada tataran smtaksis, nomina dan perkembangannya disebut

frasa nominal. Hal yang sama berlaku

pada verba yang menjadi frasa verbal

dan pada adjektiva pada frasa adjektival. Preposisi yang diikuti kata atau frasa lain mengha-silkan frasa preposisional.

2. Fungsi Sintaktis

Tiap kata atau frasa dalam kalimat mempunyai fungsi yang mengaitkannya dengan kata atau frasa lain yang ada dalam kalimat tersebut. Fungsi itu bersifat sintaktis, artinya berkaitan dengan urutan kata atau frasa dalam kalimat. Fungsi sintaksis utama dalam bahasa adalah

predikat, subjek, objek, pelengkap,

Latihan Pemahaman

Dalam dokumen sma10bhsind BerbhsIndDgEfektif Erwan (Halaman 125-129)