• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menganalisis Keterkaitan Unsur Intrinsik Cerpen

Dalam dokumen sma10bhsind BerbhsIndDgEfektif Erwan (Halaman 86-89)

dengan Kehidupan

Pada pelajaran 2 Sub B yang lalu, Anda telah mengenal dan mendiskusikan cerpen. Pembahasan mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah cerpen yang sudah Anda pahami dapat dijadikan bahan untuk menganalisis keterkaitan unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan sehari-hari.

Cerpen adalah cerita yang relatif singkat karena kemungkinan cerita itu dapat selesai dibaca dalam sekali duduk atau satu kali pembacaan. Cerpen merupakan cerita yang disusun secara cermat dan hemat serta terfokus pada satu pokok masalah dalam kehidupan tokoh utamanya.

Gagasan sebuah cerpen dapat diambil dari kehidupan sehari- hari. Gagasan-gagasan itu dapat ditulis ke dalam sebuah cerpen melalui pengembangan unsur-unsur intrinsik berupa tema, alur, latar, penokohan, sudut pandang, dan sebagainya. Oleh karena itu, setiap unsur intrinsik dalam sebuah cerpen akan memiliki keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Tujuan Belajar

Anda diharapkan dapat: menemukan r gagasan utama cerpen; dan menghubungkan r unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan.

C

Benjolan

Cerpen Harry Pratama Sampai lima bulan aku diamkan saja.

Sekarang aku sudah tidak tahan lagi. Benjolan itu semakin terlihat besar dan melebar, dan parahnya semakin mengganggu aktiitas sebagai pejalan kaki. Benjolan itu terasa sangat menyakitkan jika telapak kakiku menyentuh permukaan bumi.

Aku memutuskan berkunjung ke sebuah rumah sakit swasta di hari kedua lebaran bersama bibiku, seorang perawat puskesmas. Kami langsung menuju ke ruang Unit Gawat Darurat.

Pikiranku langsung terlempar dalam kenangan saat aku kelas enam SD waktu mencium bau obat yang menyengat dalam ruangan ini. Suatu hari sepulang sekolah aku langsung menuju ruang Unit Gawat Darurat sebuah rumah sakit umum karena sakit perut yang membuatku tidak bisa berjalan, hanya bisa mengerang.

Semula aku masih bisa menahan rasa takut berada di sekeliling orang yang terbaring di atas kasur tipis beralaskan seprai putih, sampai tiba- tiba segerombolan perawat berpakaian putih mendorong dengan cepat sebuah kasur beroda dan dihentikannya tepat di sebelah kasurku. Di atasnya terbaring pria botak berlumur darah. Dia tidak bergerak sama sekali. Mulutnya menganga, mata terpejam menghadapku. Kata orang yang mengantar, orang di sebelahku ini kecelakaan sepeda motor.

Meskipun hanya dalam hitungan detik tirai pemisah langsung ditutup, aku sudah terlanjur melihat. Darah di sekujur muka dan badan menambah seram ruangan besar yang gelap itu. Aku menyumpah dalam hati tidak akan pernah mau terbaring di kasur rumah sakit lagi. Tapi aku mengkhianatinya.

Aku hanya bisa mempertahankan sumpahku sampai hari ini saja. Resepsionis yang menunggu meja di depan ruang UGD menyambut kami.

"Selamat pagi, bisa kami bantu?"

"Nih, mau ngangkat mata ikan, ujar bibiku sambil menunjuk kakiku."

"Oh, silakan tunggu di sana ya. Ruang tindakannya sedang ada pasien," balas resepsionis mengarah tangannya ke sebuah kasur kosong tidak jauh dari meja yang ditungguinya, lalu jemarinya bergeser menunjuk sebuah ruang yang berada persis di depan kasurku kelak.

Yang membuatku sedikit lebih tenang, ruang ini terasa lebih cerah karena cahaya sepertinya tidak takut untuk masuk ke dalam. Keramik putih, dindingnya bersih, ruangan tidak terlalu besar, hanya ada lima deret kasur tipis, perban, obat- obatan cair, plester dan obat-obatan yang aku tak tahu lagi apa namanya. Pasien di sebelahku pun bukan korban kecelakaan hanya seorang anak kecil. Aku tidak tahu dia sakit apa, tapi yang jelas aku mendengar suara batuknya yang berat dari balik tirai dan sebuah kursi roda disiapkan di samping kasurnya.

Dalam masa penantian eksekusi, dari atas kasur aku melihat pintu ruang tindakan yang terbuat dari kaca warna putih terbuka. Seorang perawat, perempuan, mengenakan sarung tangan karet keluar membawa sebuah botol pispot berisi cairan berwarna kuning- kecoklatan menuju pintu yang aku lewati tadi. Lalu dalam ruangan itu kulihat kakek-kakek, ia jalan tertatih-tatih turun dari tangga kasur menuju kursi roda dituntun oleh pemuda berbadan besar, sepertinya anak si Kakek. Kakek ini semakin tampak tidak berdaya saja karena selang infus menempel di lengan kirinya.

....

Sumber : Pikiran Rakyat 22 Desember 2007

Untuk dapat lebih memahami keterkaitan unsur intrinsik sebuah cerpen dengan kehidupan, bacalah dan pahamilah kutipan penggalan cerpen berikut ini.

Dalam cerpen di atas digambarkan bagaimana perasaan tokoh utama yang penuh dengan ketakutan ketika harus kembali berkunjung ke sebuah rumah sakit swasta untuk menjalani operasi pengangkatan penyakit mata ikan yang terdapat di kedua telapak kakinya. Perasaan takut itu muncul akibat trauma masa kecilnya.

Perhatikan kutipan berikut.

Pikiranku langsung terlempar dalam kenangan saat aku kelas enam SD waktu menciu bau obat yang menyengat dalam ruangan ini. Suatu hari sepulang sekolah aku langsung menuju ruang Unit Gawat Darurat sebuah rumah sakit umum karena sakit perut yang membuatku tidak bisa berjalan, hanya bisa mengerang.

Semula aku masih bisa menahan rasa takkut berada di sekeliling orang yang trebaring di atas kasur tipis beralaskan seprai putih, sampai tiba-tiba segerombolan perawat berpakaian putih mendorong dengan cepat sebuah kasur beroda dan dihentikannya tepat di sebelah kasurku. Di atasnya terbaring pria botak berlumur darah. Dia tidak bergerak sama sekali. Mulutnya menganga, mata terpejam menghadapku. Kata orang yang mengantar, orang disebelahku ini kecelakaan sepeda motor.

Meskipun hanya dalam hitungan detik tirai pemisah langsung ditutup, aku sudah terlanjur melihat. Darah di sekujur muka dan badan menambah seram ruangan besar yang gelap itu. Aku menyumpah dalam hati tidak akan pernah mau terbaring di kasur rumah sakit lagi. Tapi aku menghianatinya.

Seperti halnya kutipan di atas, dalam kehidupan sehari-hari pun, Anda mungkin pernah melihat atau bahkan merasakan sendiri apa yang tengah dialami tokoh utama dalam cerpen tersebut. Rumah sakit seakan menjadi tempat yang sangat menakutkan untuk dikunjungi setiap orang, baik oleh yang menderita penyakit, ataupun oleh orang yang sekadar membesuk pasien.

Selain penokohan, latar rumah sakit yang digambarkan dalam cerpen tersebut benar-benar menyerupai keadaan rumah sakit yang sebenarnya, sehingga Anda seolah-olah berada di sana. Melalui penceritaan yang digambarkan, Anda akan merasa bahwa Andalah yang menjadi tokoh utama dalam cerpen tersebut.

Berdasarkan contoh tadi, Anda dapat merasakan bahwa keterkaitan unsur intrinsik dengan kehidupan sehari-hari sangatlah erat.

1. Bacalah cerpen berikut dengan cermat.

Dalam dokumen sma10bhsind BerbhsIndDgEfektif Erwan (Halaman 86-89)