• Tidak ada hasil yang ditemukan

Definisi

Dalam dokumen Mpkt a Buku Ajar 1 (Halaman 70-73)

BAB III: DASAR-DASAR LOGIKA

3. Term, Definisi dan Divisi

3.2 Definisi

Untuk menyamakan pengertian dan menghindari kesalahan penafsiran terhadap term diperlukan definisi. Di samping itu, definisi juga diperlukan untuk dapat memahami sebuah kalimat secara jelas dan sesuai dengan maksud yang ingin disampaikan. Definisi adalah pernyataan yang menerangkan hakikat suatu hal. Definisi menjawab pertanyaan, “Apakah

50 itu?” Untuk dapat mendefinisikan suatu term kita harus tahu persis tentang hal yang didefinisikan.

Kendala yang sering muncul dalam pembuatan definisi adalah keterbatasan pengetahuan dan keterbatasan term. Keterbatasan pengetahuan sering menghasilkan definisi yang terlalu luas. Keterbatasan term memungkinkan penggunaan term yang sama untuk mewakili hal yang berbeda. Kedua kendala ini menyebabkan sulit dicapai definisi yang 100% menjelaskan hal yang hendak didefinisikan.

3.2.1 Penggolongan definisi

Menurut kesesuaiannya dengan hal atau kenyataan yang diwakilinya ada dua jenis definisi, yakni definisi nominal (definisi sinonim) dan definisi real (definisi analitik). Definisi nominal ialah definisi yang menerangkan makna kata seperti yang dimuat dalam kamus, misalnya introspeksi berarti ‘menilai diri sendiri’, inspeksi ‘memeriksa’, dan kursi ‘tempat duduk’. Definisi real adalah definisi yang menerangkan arti hal itu sendiri. Pembuatannya menuntut dilakukannya analisis terhadap hal yang akan didefinisikan terlebih dahulu. Sebagai contoh, sikap adalah ‘kecenderung memberikan tanggapan secara positif atau negatif terhadap objek tertentu’ dan HP adalah ‘daya gerak yang ada dalam mesin yang dinyatakan dengan daya gerak seekor kuda’.

Definisi real dibedakan atas dua, yakni definisi esensial dan definisi deskriptif. Definisi esensial menerangkan inti (esensi) dari suatu hal dengan menyebutkan genus dan diferentia-nya. Genus adalah kelompok besar atau kelas dari hal yang akan dijelaskan, sedangkan diferentia adalah ciri khas yang hanya ada pada hal yang didefinisikan. Ciri khas inilah yang membedakan suatu hal dengan hal lain dalam genus atau kelompok yang sama. Sebagai contoh, dalam “Manusia adalah makhluk rasional”, makhluk adalah genusnya dan rasional adalah diferentia spesifiknya. Definisi ini adalah definisi yang ideal dan mendekati pengertian hal yang hendak didefinisikan.

Definisi deskriptif mengemukakan segi-segi yang positif tetapi belum tentu esensial mengenai suatu hal. Definisi deskriptif dibedakan atas empat, yakni definisi distingtif, definisi genetik, definisi kausal, dan definisi aksidental. Definisi distingtif menunjukkan properti, misalnya “Oksigen adalah gas yang tak berwarna, tak berbau, tak mempunyai rasa, 1105 kali dari berat udara, dan mencair pada suhu di bawah -115 derajat C”. Definisi genetik menyebutkan asal mula atau proses terjadinya suatu hal, misalnya “Air adalah zat yang terjadi dari gabungan 2 atom Hidrogen dan 1 atom oksigen,” dan “Lingkaran adalah bentuk geometris yang terdiri dari garis-garis lurus yang sama panjang yang terletak pada

51 bidang datar dan berawal dari satu titik pusat”. Definisi kausal menunjukkan penyebab atau akibat dari sesuatu hal, misalnya “Lukisan adalah gambar yang dibuat oleh seorang seniman”, dan “Arloji adalah alat penunjuk waktu”. Definisi aksidental tidak mengandung hal-hal yang esensial dari suatu hal, misalnya “Dijual rumah. Luas tanah 170 m2. Bangunan bertingkat dan pekarangan tertata rapi. Lokasi: Jln. Macan No. 30 Jakarta Pusat. Dilengkapi telepon dan AC. Lingkungan nyaman, aman, dan tentram”.

Definisi real jarang dapat tercapai sepenuhnya karena sering kali ada karakteristik yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Kadang-kadang perumusannya terkendala karena kurangnya pengetahuan si pembuat definisi. Ada term yang tidak dapat didefinisikan karena berhubungan langsung dengan indera, misalnya manis, pahit, dan sakit. Ada juga term yang sulit didefinisikan karena sangat umum, misalnya ada (hanya dapat didefinisikan dengan cara membandingkannya dengan tidak ada yang merupakan term di luar term yang didefinisikan). Contoh lain ialah satu, benda, dan hal.

Di samping definisi yang telah diuraikan di atas, ada juga definisi yang dibuat dengan menggunakan contoh, misalnya “Minuman yang sehat itu, di antaranya ialah air dan hasil perasan buah segar”. Pernyataan seperti ini sebenarnya kurang memadai sebagai definisi karena tidak mencakup keseluruhan ide yang terkandung dalam term atau hal yang didefinisikan.

3.2.2 Aturan membuat definisi

Pembuatan definisi yang memadai untuk digunakan dalam pemikiran logis harus mengikuti aturan-aturan berikut ini. Pertama, definisi harus lebih jelas dari yang didefinisikan; jika tidak, maka definisi akan kehilangan fungsinya. Untuk itu harus diperhatikan catatan-catatan berikut ini. Term-term yang muluk seperti contoh berikut, “Manusia adalah alam semesta yang mengejawantah” dan “Kewibawaan adalah pancaran nurani dan kedigjayaan manusia” harus dihindari. Demikian pula term-term yang sulit dimengerti (tidak lazim), misalnya definisi pemimpin berikut ini yang diberikan kepada orang yang bukan penutur bahasa Jawa, “Pemimpin adalah orang yang bersifat ing ngarso sung tulodo, ing madyo mbangun karso, tut wuri handayani”.

Kedua, definisi tidak boleh mengandung ide atau term dari yang didefinisikan seperti pada contoh “Binatang adalah hewan yang mempunyai indera” dan “Emosi adalah gejolak perasaan”. Definisi semacam ini disebut definisi sirkular (circular definition).

Ketiga, definisi dan yang didefinisikan harus dapat dibolak-balik dengan pas, misalnya “Buku adalah sejumlah kertas yang terjilid”. Kalau dibalik, “Sejumlah kertas yang terjilid

52 adalah buku”. Contoh yang salah ialah “Kecap adalah penyedap masakan”. Jika urutannya dibalik menjadi, “Penyedap masakan adalah kecap” maka pernyataan itu menjadi salah karena penyedap makanan belum tentu kecap.

Keempat, definisi harus dinyatakan dalam kalimat positif. Kalimat ingkar atau negatif seperti “Gembira adalah keadaan tidak sedih” atau “Manusia bukan binatang” tidak memenuhi syarat definisi.

Dalam tulisan jenis sastra ada kekecualian dalam pembuatan definisi karena pendefinisian di situ umumnya bukan dalam rangka menjelaskan hal tertentu secara harafiah, melainkan untuk memberi kesan tertentu. Sastra juga memakai teknik gaya bahasa yang tidak harus mengikuti tata cara pembuatan definisi tersebut di atas. Tulisan-tulisan retorika yang mementingkan makna sense dan pengaruh tulisan terhadap pembaca atau pendengar juga tidak harus mengikuti tata cara pembuatan definisi itu.

Dalam dokumen Mpkt a Buku Ajar 1 (Halaman 70-73)