• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sesat Pikir Formal

Dalam dokumen Mpkt a Buku Ajar 1 (Halaman 122-125)

BAB III: DASAR-DASAR LOGIKA

8. Sesat Pikir

8.2 Sesat Pikir Formal

A. Dalam Deduksi

Dalam deduksi, penalaran ditentukan oleh bentuknya. Jika sebuah penalaran bentuknya tidak sesuai dengan bentuk deduksi yang baku, maka penalaran itu tidak sahih dan tergolong sesat pikir.

1. Empat Term (Four Terms)

Seperti namanya, sesat pikir jenis empat term terjadi jika ada empat term yang diikutsertakan dalam silogisme padahal silogisme yang sahih hanya mempunyai tiga term. Contoh berikut ini mengandung kesalahan empat term.

Rumah mempunyai halaman. Buku mempunyai halaman. Jadi: Buku adalah rumah.

Kesalahan terletak pada kata halaman yang mempunyai makna ganda sehingga ada tambahan term. Halaman rumah dan halaman buku berbeda maknanya karena merujuk kepada dua ide yang berbeda. Jadi, terdapat empat term dalam silogisme di atas, yang seharusnya hanya tiga.

2. Term tengah yang tidak terdistribusikan (undistributed middle terms)

Pengertian dari term tengah yang tidak terdistribusikan adalah silogisme kategoris yang term tengahnya tidak memadai menghubungkan term mayor dan term minor, misalnya

Kucing makan daging. Anto makan daging. Jadi: Anto adalah kucing.

3. Proses Ilisit (Illicit process)

Proses ilisit adalah perubahan tidak sahih dari term mayor atau term minor seperti pada contoh berikut.

102 Banyak orang Indonesia pemalas.

Pemalas tidak bisa maju.

Jadi: Orang Indonesia tidak bisa maju.

Kesalahan silogisme ini terletak pada peralihan dari banyak orang Indonesia yang merujuk kepada sebagian orang Indonesia (partikular) ke orang Indonesia yang merujuk kepada semua orang Indonesia (universal).

4. Premis-premis afirmatif tetapi kesimpulannya negatif

Sesat pikir ini terjadi jika dalam premis digunakan proposisi afirmatif (pernyataan yang menyatakan sesuatu secara positif) tetapi dalam kesimpulan digunakan proposisi negatif (pernyataan yang menegasi sesuatu). Perhatikanlah contoh berikut.

Semua orang Indonesia adalah manusia. Sebagian orang Indonesia adalah ahli logika. Jadi: Sebagian orang Indonesia bukan ahli logika.

Meskipun diketahui bahwa sebagian orang Indonesia adalah ahli logika, tidak ada informasi yang menyebutkan sebagian lagi bukan ahli logika. Kesimpulan “Sebagian orang Indonesia bukan ahli logika” tidak dapat diturun dari dua premis dalam silogisme ini. Kesimpulan yang dapat dibuat adalah “Sebagian ahli logika adalah manusia”. Dalam deduksi, yang dijadikan dasar penilaian sahih atau tidaknya argumen adalah bentuknya. Bentuk yang benar harus benar untuk semua argumen, apa pun isi materialnya. Memang dalam silogisme di atas terkesan argumennya tetapi jika kita gunakan untuk silogisme berikut, maka dapat diketahui bahwa bentuk itu tidak sahih.

Semua orang Indonesia adalah manusia. Sebagian orang Indonesia bernafas. Jadi: Sebagian orang Indonesia tidak bernafas.

5. Premis negatif dan kesimpulan afirmatif

Sesat pikir ini terjadi jika dalam premis digunakan proposisi negatif tetapi dalam kesimpulan digunakan proposisi afirmatif, misalnya

Tiada hewan yang berkaki tiga.

Semua hewan peka terhadap rangsang.

103 6. Dua premis negatif

Sesat pikir dua premis negatif terjadi jika dalam silogisme kedua premis yang digunakan adalah proposisi negatif. Perhatikanlah contoh-contoh berikut.

(1) Tiada hewan yang berkaki tiga. Tiada hewan dapat membuat alat.

Jadi: Semua yang dapat membuat alat bukan hewan.

Meskipun terkesan benar, silogisme ini tidak sahih karena tidak ada kesimpulan yang dapat diturunkan dari dua proposisi negatif. Kesimpulan dalam silogisme ini tidak memberi tambahan pengetahuan baru. Berikut ini dua contoh lain sesat pikir berbentuk dua premis negatif.

(2) Tiada hewan yang berpikir.

Semua hewan tidak dapat membuat alat. Jadi: Semua yang dapat membuat alat berpikir. (3) Tiada buku Jono yang mudah dibaca.

Tiada buku yang mudah dibaca bermutu. Jadi: Semua buku Jono bermutu.

7. Mengafirmasi konsekuensi

Sesat pikir mengafirmasi konsekuensi adalah pembuatan kesimpulan yang diturunkan dari pernyataan yang hubungan antara anteseden dan konsekuensinya tidak niscaya tetapi diperlakukan seolah-olah hubungan itu suatu keniscayaan. Perhatikan contoh berikut.

Kalau lampu menyala, perabot-perabot di rumah saya nampak. Perabot-perabot di rumah saya nampak.

Jadi: Lampu menyala.

Bentuk penalaran ini salah sebab perabot-perabot rumah saya nampak bukan hanya karena diterangi oleh cahaya lampu, melainkan dapat juga karena hal lain, misalnya diterangi oleh sinar matahari. Jadi dapat saja terjadi perabot-perabot di rumah saya nampak tetapi lampu tak menyala, misalnya pada siang hari.

8. Menolak anteseden

Sesat pikir menolak anteseden juga merupakan pembuatan kesimpulan yang diturunkan dari pernyataan yang hubungan antara anteseden dan konsekuensinya tidak niscaya tetapi diperlakukan seolah-olah hubungan itu suatu keniscayaan. Tetapi dalam bentuk ini yang ditolak adalah antesedennya. Perhatikan contoh berikut.

104 Murid tidak pandai.

Jadi: Guru tidak pandai.

Murid tidak pandai bisa saja karena tidak cerdas atau tidak pernah masuk kelas. Hubungan antara guru pandai dan murid pandai berlaku dalam situasi dengan kondisi-kondisi tertentu. Jika kondisi itu tidak dipenuhi maka hubungan itu tidak berlangsung. Jadi murid tidak pandai belum tentu karena guru tidak pandai.

9. Mengiyakan suatu pilihan dalam suatu susunan argumentasi disjungsi subkontrer (atau) Sesat pikir ini terjadi jika hubungan atau di antara dua hal diperlakukan sebagai pengingkaran oleh hal yang satu terhadap hal yang lain. Atau belum tentu menunjukkan suatu pengingkaran. Perhatikan contoh berikut.

Hari hujan atau panas. Hari hujan.

Jadi: Hari tidak panas.

Hari hujan belum tentu tidak panas karena hari hujan dan panas tidak saling mengingkari.

10. Mengingkari suatu pilihan dalam suatu disjungsi yang kontrer (dan)

Bentuk sesat pikir ini terjadi jika dua hal yang dihubungkan dengan kata dan diperlakukan seolah-olah nilai kebenaran (benar atau tidak benar) dari gabungan keduanya sama dengan nilai kebenaran dari setiap hal yang digabungkan, atau nilai tidak benar dari gabungan dari dua hal itu seolah-olah disebabkan oleh salah satunya. Perhatikan contoh berikut.

Nativisme dan empirisme tidak benar. Nativisme benar.

Empirisme tidak benar.

Jika tidak digabungkan, baik nativisme maupun empirisme bisa saja sama-sama benar. Yang membuat tidak benar adalah penggabungan keduanya.

8.3. Sesat Pikir Nonformal

Dalam dokumen Mpkt a Buku Ajar 1 (Halaman 122-125)