• Tidak ada hasil yang ditemukan

Demokrasi dan Penegakan Hukum

Dalam dokumen BAGIAN PERTAMA POLITIK, DEMOKRASI DAN HAM (Halaman 28-34)

Suara Karya, 3 Februari 2003

Mempersoalkan demokrasi sebagai suatu sistem politik dalam negara hukum sesungguhnya tidak sekedar terfokus pada dimensi tujuannya saja. Namun penting diperhatikan juga tentang cara berdemokrasi yang benar. Jika kita lihat sekarang masyarakat lebih cenderung mengaktualisasikannya dengan cara yang tidak terpuji. Yang dengan alasan demokrasi semua aturan-aturan hukum bisa dilanggar dengan seenaknya.

Problem utama setelah reformasi bergulir adalah adanya kebebasan tanpa arah sebagai dasar dari demokrasi. Padahal dalam pelaksanaannya sendiri seharusnya dibatasi oleh kebebasan orang lain. Inilah yang disebut dan dikenal dengan prinsip hak dan kewajiban. Yaitu adanya hak oarng lain yang mesti dihargai dan kewajiban kita untuk mematuhi sistem demokrasi dengan benar.

29

Kemerdekaan yang diperoleh melalui perjuangan yang cukup lama dan memakan banyak korban, maka kata demokrasi mempunyai arti penting sebab merupakan salah satu tonggak dari pada penyanggah kemerdekaan yang telah dicapai. Bertolak pada hal diatas maka kemerdekaan yang telah dicapai tersebut haruslah diisi dengan sistem demokrasi yang berkeadilan. Dengan demikian nantinya demokrasi akan jauh lebih bermakna sebab telah terpenuhinya nilai-nilai hak asasi manusia untuk berekspresi dengan segala kebebasan yang positif dan bukan kebebasan yang anarkhis. Oleh sebab itu tahapan demokrasi yang benar dan baik harus dikedepankan sehingga nanti akan dijumpai suatu masyarakat yang hidup dalam suasana yang sejahtera dengan koridor hukum yang berlaku.

Sebagai suatu sistem politik, demokrasi dapat dilihat sekitar lima abad sebelum masehi. Saat itu orang yunani membentuk polis (Negara Kota) dengan menerapkan bagaimana suatu sistem politik harus diorganisasikan sehingga dapat memenuhi kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Pentingnya demokrasi juga dikemukakan oleh Samuel P. Hunngtington yang menulis dalam bukunya

The Third Wave Democratization In The Late Twentieth Century (1991) yang mengatakan bahwa demokrasi telah menjadi kata kunci dalam wacana dan pergerakan politik dunia. Dan tidak ada keragu-raguan untuk itu. Serta proses demokratisasi atau perjuangan untuk menegakkan demokrasi dewasa ini telah ada dan sedang berlangsung diberbagai pelosok dunia. Jadi hampir semua istilah demokrasi selalu memberikan arti penting bagi masyarakat. Karena sebagai dasar hidup berdenegara demokrasi memberikan pengertian bahwa pada tingkat terakhir rakyat merasakan langsung manfaat demokrasi yang dilaksanakan.

30

Dari itu rakyat berhak menikmati demokrasi sebab hanya dengan demikianlah arah kehidupan rakyat dapat diarahkan pada kehidupan yang lebih adil dalam semua aspek kehidupan. Maka dari itu negara demokrasi adalah negara yang berlandaskan kehendak dan kemauan rakyat, karena kedaulatan berada ditangan rakyat. Ketidakadilan dalam mengujudkan fungsi hukum merupakan salah satu bentuk demokrasi tidak berjalan ditengah masyarakat. Lumpuhnya kedaulatan hukum rakyat dan mandulnya lembaga-lembaga hukum menggambarkan keadaan tersebut.

Pemerintah sebagai penguasa yang mengklain dirinya sebagai reformator demokrasi hukum namun malah bersikap acuh tak acuh dalam menegakkan hukum. Hukum tidak berjalan sebagaimana mestinya seolah-olah hukum hanya berlaku bagi golongan masyarakat kecil.Bahwa demokrasi telah tumbuh menjadi alasan reformasi dengan kecendrungan mengabaikan hak-hak asasi manusia memang tidak bisa dipungkiri. Semua sikap demokrasi yang dijalankan selalu membonceng makna reformasi sebebas-bebasnya tanpa mampu membedakan sikap-sikap yang arogan.

Dibidang HAM, maka untuk melindungi HAM tersebut negara harus dibangun atas prinsip negara hukum dan diawasi oleh instrumen yang berwenang. Agar demokrasi dapat berjalan tanpa menginjak hak asasi manusia maka perlulah segera agenda penting diutamakan oleh penguasa dengan memberikan perhatian khusus cara-cara demokrasi yang tidak menyimpang. Sebab mempersoalkan demokrasi sebagai suatu paham dari sistem politik dalam negara hukum pada hakekatnya tidak terpusat pada dimensi aktualitas dan tujuan yang ingin dicapai saja tetapi juga menyangkut hak asasi manusia yang sebenarnya tidak boleh diabaikan. Jika demokrasi hanya dipersoalkan pada tujuan yang ingin dicapai saja maka jelas akan mengandung sejumlah problem terutama yang berdampak pada kelangsungan kehidupan masyarakat. Karena demokrasi tidak berada pada ruang hampa yang kebal dari aturan yang anarkis.

31

Namun sebaliknya bahwa demokrasi tersebut harus tunduk pada ketentuan hukum yang berlaku yang nantinya berdampak pada aktifitas masyarakat. Pertanyaannya? Sudahkah demokrasi berjalan dengan semestinya dinegeri ini atau jika benar demokrasi sudah ditegakkan dimanakah tempat rakyat yang sesungguhnya? Apakah rakyat bisa mendapatkan manfaat dalam proses politik yang didengungkan secara demokratis? Atau dapatkah masyarakat memperoleh persaman dan keadilan dimuka hukum? Menjawab pertanyaan ini penulis teringat dengan apa yang dikatakan Gus Dur dalam tulisannya diharian Kompas edisi 1 September 1998 yang berjudul “Masa Depan Demokrasi di Indonesia”.

Dalam tulisannya Gus Dur mempertanyakan mungkinkah demokrasi dapat ditegakkan pada periode setelah pemilu yang akan datang? (Pemilu pertama setelah tumbangnya kekuasaan orde baru). Dengan enteng Gus Dur

menjawab “tidak”. Walaupun pertanyaan tersebut sempat mengejutkan berbagai pihak sebab dalam kenyataannya telah terjadi perubahan besar dipanggung politik yang memberikan peluang bagi tegaknya demokrasi seperti berdirinya partai-partai politik yang didukung oleh cendikiawan, mahasiswa, media massa, LSM yang semuanya hampir bertujuan menegakkan demokrasi.

Namun disisi lain Gus Dur beralasan bahwa konstelasi politik yang ada belum memungkinkan tumbuhnya demokrasi yang sebenarnya karena masih banyaknya rekayasa dan intrik yang berlaku. Disamping itu masih adanya lembaga negara yang mempertahankan status quo, demikian juga dengan UU pemilu dan sistem politik yang ada masih memungkinkan terjadinya hal itu serta yang lebih penting tradisi kita belum melahirkan budaya politik yang sehat.

32

Dari uraian yang digambarkan oleh Gus Dur diatas dan jika dilihat kondisi peta politik sekarang memang sangatlah tepat. Demokrasi seolah tidak ada arti. Semua serba anarkis. Partai politik saling berkonflik ria. Pejabat dan elite politik saling beragumen semua atas nama rakyat,. Hukum belum berjalan sebagai mana mestinya. Lembaga negara khususnya dibidang hukum masih saja diintervensi. Untuk itu Gus Dur menyarankan bahwa tradisi budaya politik haruslah sejalan dengan perkembangan lembaga-lembaga yang ada. Dan perlu perjuangan melalui serangkaian pemilu sebab dari situlah dimulainya perombakan aturan mengenai mekanisme kerja pemerintah. Hubungan pusat dan daerah serta perumusan kembali peran institusi yang ada agar dapat berjalan secara efektif.

Untuk mengujudkan sistem demokrasi yang baik maka perlu dituangkan didalam kaedah hukum dalam suatu sistem pemerintahan. Demikian juga dengan lembaga-lembaga negara yang ada. Karena secara umum prinsip demokrasi itu mempunyai empat pilar utama yang mempunyai peran signifikan seperti lembaga legislatif atau parlemen sebagai tempat wakil rakyat, lembaga eksekutif sebagai penyelenggara pemerintahan negara, lembaga yudikatif sebagai tempat memberi putusan hukum dan keadilan dalam pelaksanaan UU serta pers sebagai alat kontrol masyarakat. Semua lembaga diatas sangat menentukan sekali dalam proses tegaknya demokrasi. Untuk itu dengan tetap berpegang pada pilar-pilar demokrasi dan konsep-konsep demokrasi hukum serta politik pada umumnya, diharapkan akan terujud penyelenggara negara yang bersih dan baik. Karena apapun alasannya demokrasi tanpa diwadahi dengan hukum yang responsif maka segala bentuk kekacauan dan kecurangan akan selalu datang dan seolah tidak mau pergi menghinggapi masyarakat.

Oleh sebab itu menurut penulis perlu ditumbuhkan kesadaran moral para elite pemerintah dinegeri ini untuk membawa muatan kepentingan memperjuangkan amanat rakyat. Dengan motto yaitu bahwa sekali amanat rakyat yang diemban itu dikhianati dan dijadikan barang komoditi maka saat itu

33

juga kekuasaan telah kehilangan keabsahan. Dari itu, perlu dicamkan bahwa demokrasi akan menjadi prasyarat yang utama bagi pembangunan yang dilaksanakan. Dan nantinya akan memberikan berkah pada rakyatnya. Pemerintah dengan segala sumber daya yang dimilikinya tidak akan dapat tegak tanpa adanya dukungan yang memadai dari rakyat. Kita sepakat bahwa sasaran utama dari gerakan reformasi adalah membangun suatu kehidupan berbangsa dan bernegara dalam kerangka demoktaris. Semua tujuan itu akan tercapai kalau kita telah menjamin suatu kehidupan yang demokratis. Kehidupan yang demokratis itu berlaku dalam semua bidang kehidupan, baik politik, ekonomi, hukum maupun pendidikan. Karena itu yang dimaksud dengan reformasi total adalah membangun demokrasi yang berlandaskan hukum menuju kehidupan yang lebih berdaya guna dalam setiap kesempatan. Dari kontek diatas maka perlu kita membangun demokrasi dengan struktur sosial politik yang baik serta membangun mental dan budaya yang penuh damai. Jika hal ini dapat diujudkan sudah tentu perundangan yang ada memungkinkan dijalankan sesuai dengan kedudukan dan fungsinya sebagai pengikat dan pemberi sanksi. Berkenaan dengan itu maka keberadaan legitimasi kekuasaan yang otoriter jelas tidak dapat dijalankan didalam suatu negara hukum. Dan legitimasi pada keteraturan dalam konteks negara hukum akan memberikan kedaulatan pada rakyat dengan sebesar-sebesarnya.

Dari uraian yang kemukakan diatas maka penulis berkesimpulan bahwa, setidaknya yang harus dikedepankan dalam suatu negara demokrasi yaitu. Adanya persamaan didepan hukum yang berarti negara demokrasi hendaknya mencerminkan ketaatan akan hukum yang ada. Untuk itu Rule Of Law harus dijalankan oleh seluruh warganegara tanpa membedakan latar belakang. Jika hukum dapat dijalankan sesuai dengan kaedah yang benar maka akan tercipta suatu tatanan demokrasi yang baik. Dan kita akan terhindar dari kekacauan yang lebih cenderung mengabaikan hak asasi manusia. Sekali lagi demokrasi saja tanpa hukum akan melahirkan sikap anarkhis dan chaos. Hukum saja tanpa

34

demokrasi akan membuat bangsa ini kembali kepangkuan kediktatoran. Karena hukum bisa dibuat dan dimanipulasi hanya sekedar sebagai alat untuk memberikan legitimasi bagi kekuasaan. Untuk itu jika ingin mengembangkan demokrasi haruslah dengan cara yang demokratis pula. Intinya kesediaan berbeda pendapat, kesediaan mendengar haruslah diiringi dengan ketentuan hukum yang ada. Semoga cita-cita merespon tegaknya demokrasi dalam negara hukum akan terlaksana, sebab kita tidak ingin ada lagi aktifitas demokrasi yang anarkhis dan brutal. ***

BAB KEDUA

Dalam dokumen BAGIAN PERTAMA POLITIK, DEMOKRASI DAN HAM (Halaman 28-34)