• Tidak ada hasil yang ditemukan

Memilih Pemimpin Nasional Harian Merdeka, 4 April 2004

Dalam dokumen BAGIAN PERTAMA POLITIK, DEMOKRASI DAN HAM (Halaman 133-139)

134

Wacana tentang pemimpin nasional terus saja menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Apalagi menjelang diadakannya pemilu pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Lalu apakah pemilu Presiden dan Wakil Presiden nanti akan dapat menghadirkan figur pimpinan nasional masa depan yang lebih baik? Dan seperti apakah nasib Indonesia dimasa depan setelah tampilnya pemimpin nasional melalui pemilu tersebut? Apakah akan sama dengan keadaan yang sudah-sudah? Atau apakah akan ada perubahan yang lebih baik? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, jelas tidak mudah. Semuanya masih serba teka-teki. Sebab selama ini sudah banyak kegagalan-kegagalan yang dipertontontan oleh para pemimpin nasional negeri ini. Mereka hanya bisa berjanji sebelum terpilih. Tapi setelah terpilih janji tinggal janji. Persoalan-persoalan besar negara ini belum juga terpecahkan.

Sebagaimana kita ketahui pelaksanaan pemilu legislatif sudah kita jalankan dengan aman dan jauh dari kekerasan. Dan jika tidak ada aral melintang pada tanggal 5 Juli nanti kita akan melakukan pemilu Presiden dan Wakil Presiden (putaran pertama) secara langsung untuk memilih pemimpin nasional. Pembicaraan tentang siapa-siapa figur yang layak untuk menduduki posisi tersebut sudah diusung oleh partai politik. Bahkan tokoh-tokoh yang diusung tersebut sudah sering di bicarakan dan di diskusikan, baik melalui seminar, jajak pendapat dan poling-poling yang diadakan oleh elemen-elemen yang ada dalam masyarakat, misalnya LSM, media masa dan lain sebagainya.

135

Berbicara tentang pemimpin jelas berbicara tentang masyarakat. Pemimpin tanpa masyarakat tidak akan mempunyai arti apa-apa. Kedudukan seorang pemimpin dalam suatu negara sangat signifikan sekali untuk menciptakan keteraturan dalam tatanan kehidupan masyarakat. Indonesia untuk keluar dari krisis yang berkepanjangan ini, jelas membutuhkan pemimpin yang cakap dan tegas. Meskipun di tengah krisis multidimensi bangsa yang berlarut-larut saat ini tidak gampang mencari sosok yang ideal sebagai pemimpin nasional.

Dikarenakan tugas-tugas pemimpin nasional yang akan datang tidaklah ringan. Maka dari itu, pemimpin nasional yang akan datang jelas mempunyai

“peran yang sangat strategis” dalam mempertahankan citra Indonesia agar tidak

semakin terpuruk. Peran-peran tersebut misalnya, Pemimpin nasional harus mampu menjaga kemajemukan masyarakat agar tidak terjadi perpecahan. Pemimpin nasional harus mampu memainkan peranannya dalam mensejahterakan masyarakat.

Pemimpin nasional masa depan juga harus berkarakter terpuji, memiliki integritas iman dan akhlak yang bersih, berilmu tinggi dan berwawasan luas, mempunyai pemikiran yang cemerlang agar mampu mengangkat derajat bangsa ini kepada kondisi yang lebih baik, harus berani dan tegas, tidak serakah, tidak suka mengumbar retrorika dengan janji-janji omong kosong, mampu untuk tidak melakukan perbuatan tercela, memahami kehidupan masyarakatnya, terutama masyarakat golongan menengah kebawah yang semakin hari semakin terlilit oleh beban kehidupan yang sulit.

136

Pemimpin nasional harus berdiri sebagai panutan masyarakat, pemimpin nasional harus mampu mengatasi gerakan separatisme yang mengakibatkan Indonesia mengalami bahaya disintegrasi. Konflik-konflik yang berbau SARA harus dapat dihentikan oleh pemimpin nasional. Masalah pelanggaran HAM harus dengan sungguh-sungguh diperhatikan oleh pemimpin nasional. Dan luka-luka pelanggaran HAM yang masih tersisa harus diselesaikan dengan sistem hukum yang berlaku. Ini penting untuk memberikan penghormatan terhadap hak asasi manusia dari segala macam intimidasi, kekerasan dan tindakan sewenang-wenang. Karena bagaimanapun hak asasi adalah hak tertinggi masnusia yang harus dilindungi dari segala macam ancaman yang membahayakan.

Disamping itu, peminpin nasional harus selalu berupaya menegakkan demokrasi seiring dan sejalan dengan penegakan hukum. Hukum yang diberlakukan jangan hanya untuk melegitimasi kekuasaan pemimpin yang berkuasa. Hukum yang ada harus berpihak kepada kepentingan umum. Untuk itu, reformasi hukum harus dilakukan dengan sepenuh hati. Jangan lagi reformasi hukum dibenturkan oleh kepentingan politis. Dari itu, sistem hukum yang ada haruslah sistem hukum yang responsif sebagaimana yang dicita-citakan oleh tuntutan reformasi. Dan bukan sistem hukum yang represif.

Mengingat beratnya syarat-syarat yang harus di penuhi oleh pemimpin masa depan diatas. Maka sudah saatnya pemimpin nasional menyadari arti kepemimpinan yang mereka pikul.

Mereka harus sadar bahwa jabatan pemimpin yang disandangnya adalah amanah (kepercayaan) yang harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa secara vertical. Dan kepada masyarakat yang dipimpinnya secara horisontal. Jika seorang pemimpin sudah melaksanakan amanah yang diembannya dan dapat dipertanggungjawabkan. Maka ia akan menjadi manusia yang mulia dimata Sang Pencipta dan dihormati oleh masyarakatnya.

137

Dan jika ketentuan-ketentuan diatas tidak dihiraukan sudah pasti kondisi stabilitas nasional negeri ini baik dibidang politik, ekonomi dan hukum akan terus hancur berantakan. Dari itu jika pemimpin nasional masa depan masih sibuk bermain dengan retrorika dan janji omong kosong terus. Sudah pasti kondisi bangsa ini dimasa-masa mendatang masih akan diwarnai oleh kesedihan yang berkepanjangan.

Catatan Penting

Untuk itu, semua komponen bangsa ini hendaknya bertekad secara arif dan bijaksana untuk memilih pemimpinnya dengan baik. Kita harus mendapatkan pemimpin nasional yang benar-benar mengabdi buat kepentingan masyarakat, bangsa dan negara agar arah pembangunan bangsa selaras dengan prinsip good governance.

Marilah kita bersikap jujur dan hati-hati dalam memilih pemimpin. Jauhilah segala kecurangan-kecurangan atau pengaruh-pengaruh pihak lain. Sebab itu hanya akan merugikan masyarakat banyak. Kalau kita gagal lagi dalam memilih pemimpin nasional yang lebih baik. Maka jangan harap akan ada perubahan yang berarti dimasa yang akan datang. Dan kalau itu terjadi sudah pasti beban penderitaan rakyat akan semakin bertambah. Dan jangan salahkan, jika dalam masyarakat akan selalu muncul gerakan-gerakan yang bisa mengacaukan nilai persatuan dan kesatuan. Apapun alasannya pemimpin masa depan harus lebih baik dari yang sebelumnya.

138

Sebentar lagi kita akan memilih pemimpin nasional (Presiden dan Wakil Presiden) negeri ini. Dan pemilihan tersebut akan dilakukan secara langsung, terbuka dan demokratis. Inilah kesempatan kita masyarakat untuk memilih pemimpinnya dengan secermat dan seteliti mungkin, kita tidak boleh salah pilih. Sehingga akhirnya apa yang kita harapkan dan cita-citakan yaitu keadaan bangsa yang lebih baik dapat terujud. Tentunya dengan kehadiran seorang pemimpin yang berakhlak baik, amanah dan bertanggungjawab.

Mudah-mudahan semua tokoh yang mempunyai ambisi untuk menjadi pemimpin nasional dengan segala janji-janji dan program kerjanya benar-benar akan membawa perubahan yang berarti bagi bangsa ini. Sejatinya, pimpinan nasional yang dihasilkan nanti semoga mampu menciptakan Indonesia baru dalam bingkai negara kesatuan Republik Indonesia. Dan bukan janji-janji manis dimulut saja tanpa ada tindak lanjut sesudah terpilih. Akhirnya kita sepakat, seorang pemimpin harus menyadari bahwa faktor kepemimpinannya merupakan fenomena kemasyarakatan yang berpengaruh terhadap perkembangan corak dan arah kehidupan masyarakat. Semoga.***

139

9

Megawati dan Kepemimpinan Nasional

Dalam dokumen BAGIAN PERTAMA POLITIK, DEMOKRASI DAN HAM (Halaman 133-139)