• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepemimpinan Nasional Pasca Pemilu 2009

Dalam dokumen BAGIAN PERTAMA POLITIK, DEMOKRASI DAN HAM (Halaman 106-110)

Batak Pos, 31 Desember 2008

Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan sarana demokrasi untuk membentuk kepemimpinan nasional. Melalui pemilu rakyat diberi kesempatan untuk ikut menentukan figure dan arah kepemimpinan nasional dalam periode

107

waktu tertentu. Melalui pemilu, kita menganti pemimpin lama yang tidak dipercaya dengan pemimpin baru yang dapat lebih dipercaya.

Hal ini menjadi penting karena sebuah kepemimpinan yang lama tanpa dibatasi periode tertentu, dapat menjurus pada kepemimpinan yang korup dan sewenang- wenang.

Pertanyaannya apakah pasca pemilu 2009 nanti kita akan mendapatkan pemimpin yang lebih baik, memperhatikan rakyatnya, punya integritas dan anti korupsi? Lalu siapa yang mesti kita pilih? Itulah beberapa pertanyaan yang sekiranya perlu kita carikan jawabannya. Karena jika kita salah, maka arah dan cita-cita bangsa ini akan di bawa kearah yang lebih buruk lagi. Kita jelas tidak menginginkan hal itu terjadi.

Persoalan Mendasar

Sebagaimana kita ketahui bersama, pada tanggal 9 April 2009 nanti, Indonesia akan memasuki sebuah masa yang sangat menentukan perjalanan bangsa ini ke arah yang lebih baik dan memiliki masa depan yang tidak suram. Tepatnya Indonesia akan melaksanakan pemilu yang lebih demokratis untuk kali yang ketiga, sejak era reformasi digulirkan.

Calon-calon pemimpin nasional yang diharapkan bisa membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik sudah banyak bermunculan lewat kampanye, debat dan berbagai pidato di berbagai media cetak dan elektronik. Ada yang muda, tua, muka baru dan muka lama. Calon pemimpin muda sempat menjadi perdebatan dan wacana berbagai kalangan. Meski hemat penulis sebenarnya tidaklah terlalu penting apakah pemimpin itu datang dari kalangan muda atau tua. Karena bagi rakyat yang penting adalah bagaimana capaian dari suksesi kepemimpinan itu diperoleh dengan mekanisme demokratisasi yang adil. Dan juga pemimpin nasional yang dihasilkan mendapatkan dukungan yang luas dari hasil partispasi seluruh rakyat. Artinya rakyat bebas mengekspresikan suara politiknya tanpa

108

intimidasi pihak lain. Atau dengan kata lain, rakyat tidak disubordinasi oleh kepentingan kekuasaan semata.

Kemudian juga yang lebih penting, bagaimana nantinya pemimpin tersebut sanggup membawa bangsa ini kedalam suasana yang lebih sejahtera, damai, aman, tegak hukumnya, jauh dari konflik dan pertikaian. Sehingga kebutuhan hidup riil masyarakat dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Untuk tercapainya semua itu, maka dengan demikian pemimpin masa depan itu harus cakap moralnya, punya kemampuan pemimpin, pengetahuan dan wawasan yang luas serta punya integritas yang tidak diragukan. Semua hal tersebut bisa kita lihat dari track recordnya selama berkarier. Jika semua itu

terpenuhi maka semua “persoalan mendasar” yang dihadapi bangsa akan bisa

teratasi, misalnya, persoalan penegakan hukum, pertumbuhan ekonomi yang baik, persoalan disintegrasi bangsa dan berbagai bentuk persoalan lainnya, seperti masalah kemiskinan, pengangguran dan konflik sosial.

Janji Pemimpin

Dalam kenyataan sudah banyak calon pemimpin nasional yang unjuk gigi tampil didepan publik menyampaikan visi dan misinya menyongsong pemilu 2009. Mereka berjanji kepada rakyat jika terpilih nanti akan menciptakan iklim ekonomi yang lebih baik untuk rakyat, mewujudkan tegaknya hukum dan berbagai janji lainnya. Janji tersebut dapat kita lihat di surat kabar dan televisi. Mereka menyampaikan pesan-pesan manis dan gombal kepada rakyat.

Berjanji manis dalam politik tentu boleh saja. Karena itulah cara untuk mengiklankan diri agar dipilih rakyat. Tapi tentu akan sangat disayangkan jika janji itu hanya manis dimulut saja. Tapi sulit diimplementasikan ditengah rakyat. Kenyataan yang kita lihat selama ini begitu banyak pemimpin negeri ini yang hanya mampu berjanji tapi sulit mengujudkannya ditengah kehidupan rakyat.

Setelah mereka terpilih semua janji yang disampaikan dalam kampanye hilang begitu saja. Para pemimpin yang terpilih sibuk dengan kursi kekuasaan.

109

Bahkan janji menumbuhkan iklim ekonomi kearah yang lebih baik sebagaimana harapan rakyat tidak pernah terujud. Rakyat tetap saja dilanda kesusahan. Pengangguran dan kemiskinan merajalela di bumi ini.

Parahnya mereka juga terlena dengan perbuatan korupsi dengan mengerogoti uang rakyat. Sungguh suatu perbuatan yang tidak terpuji. Tidak salah pada akhirnya rakyat benci dan marah kepada pemimpinnya. Dalam hal ini terjadi krisis kepemimpinan nasional. Krisis ini merupakan satu pangkal dari sekian akar krisis yang mendera bangsa ini selama era reformasi dimulai.

Catatan Penutup

Akhirnya kita sepakat bahwa kepemimpinan nasional yang pro rakyat, punya integritas, punya jiwa kepemimpinan, cakap moralnya dan anti korupsi akan menjadi harapan kita menuju perubahan bangsa kearah yang lebih baik pasca pemilu 2009 nanti.

Untuk terujudnya semua itu, dibutuhkan seorang pemimpin yang punya visi guna memutuskan mau ke mana biduk bangsa ini akan didayung. Visi tersebut juga bagaimana seorang pemimpin mampu mengelola seluruh potensi yang dimiliki bangsa ini, termasuk mengelola kekayaan alam yang kita miliki dan mengelola seluruh keanekaragaman kita sebagai bangsa yang majemuk.

Artinya, kemampuan menata dan mengelola keanekaragaman suku, agama, budaya dan bahasa bangsa ini harus dimiliki pemimpin terpilih pada pemilu 2009 nanti. Ini menjadi penting, karena selama ini begitu mudah keanekaragaman yang kita miliki tersebut menjadi sebuah konflik dan pertikaian. Munculnya gejolak, konflik dan kerusuhan antaretnis di sebagian wilayah Indonesia merupakan sinyal nyata bahwa pemimpin yang pernah kita hasilkan lewat beberapa kali pemilu memang belum sepenuhnya mampu mengendalikan rakyat dari konflik dan permusuhan. Semoga saja pemimpin masa depan yang dihasilkan pasca pemilu 2009 nanti mampu membawa perubahan dalam kehidupan kita kearah yang lebih baik pada masa-masa mendatang. Mampu

110

mengelola bangsa menjadi sebuah bangsa yang memiliki kekuatan untuk terujudnya masyarakat adil, makmur dan sejahtera. Semoga.***

2

Sultan HB X dan Kursi Presiden

Dalam dokumen BAGIAN PERTAMA POLITIK, DEMOKRASI DAN HAM (Halaman 106-110)