• Tidak ada hasil yang ditemukan

Masa Depan Partai Golkar Pasca Munas Media Indonesia, 20 Desember 2004

Dalam dokumen BAGIAN PERTAMA POLITIK, DEMOKRASI DAN HAM (Halaman 64-68)

Golongan Karya (Golkar) pada 15 – 20 Desember 2004 lalu telah sukses menyelenggarakan Musyawarah Nasional (Munas) ke VII di Bali. Hasil Munas tersebut tentu saja harus dapat dijadikan momentum untuk melakukan optimalisasi fungsi dan sekaligus mempertajam visi partai dalam menjawab tuntutan reformasi dan demokrasi yang lebih baik. Sehingga kedepan partai Golkar tidak akan kehilangan peran sebagai salah satu organisasi sosial politik yang selalu diperhitungkan di dalam mengisi pembangunan.

Sebagaimana kita ketahui bahwa, Munas ke VII partai Golkar telah berhasil memilih dan menetapkan pemimpin maupun pengurus barunya. Suksesnya penyelenggaraan Munas tersebut tentu saja merupakan langkah awal bagi segenap pemimpin dan pengurus baru partai Golkar untuk menghadapi tuntutan perubahan. Ini menjadi penting. Karena selain partai besar, Golkar juga bisa dijadikan simbol kepartaian di Indonesia.

65

Hal ini tentu saja dengan melihat pengalaman pengabdiannya yang sudah begitu lama. Keberadaannya hampir selalu mewarnai dinamika politik ditanah air. Sebut saja misalnya penyelenggaraan Konvensi dan pembentukan koalisi kebangsaan beberapa waktu belakangan ini. Dua manuver fenomenal tersebut telah menyita perhatian publik diberbagai pelosok tanah air.

Mencermati fenomena tersebut, maka pemimpin dan segenap pengurus baru partai Golkar harus dapat membedah berbagai hal yang ada dalam tubuh Golkar itu sendiri, termasuk membedah kekurangan-kekurangan yang ada. Kekurangan tersebut tentu saja harus diarahkan kepada upaya-upaya perubahan. Esensi-esensi perubahan harus bisa ditangkap secara maksimal. Misalnya membangun dan memperkuat ikatan dengan rakyat, khususnya bagaimana menyakinkan pendukung harus lebih diutamakan.

Dalam kaitannya dengan tuntutan reformasi, maka salah satu tugas berat yang harus dihadapi oleh pimpinan dan pengurus baru adalah konsolidasi Golkar sendiri. Seperti misalnya, para aktifis partai Golkar didaerah-daerah jangan lagi ada saling intrik dan saling serang. Pengurus baru partai Golkar hendaknya tidak mudah untuk hengkang dari kepengurusan, lalu membentuk partai baru sambil mengeluarkan opini-opini yang tidak sehat.

Pemimpin maupun pengurus baru harus mampu membaca keadaan perubahan dengan pikiran dan sikap tenang. Pemimpin maupun pengurus baru harus lebih dengan bijaksana mengeluarkan pernyataan-pernyataan sejuk yang lebih akomodatif, responsif sebagai aset untuk membesarkan organisasi.

Dengan karakter pribadi seorang pemimpin yang akomodasionis dan tidak konfrontatif tersebut, maka secara pelan-pelan partai Golkar akan berhasil membangun citra dan image partai ke arah yang lebih baik.

Dan yang tidak kalah penting, tampilnya partai Golkar sebagai pemenang kedua pemilu 1999 dan peraih suara terbesar pemilu 2004 harus dapat dipertahankan oleh pimpinan dan pengurus yang baru. Kita tahu bahwa Golkar mampu memperoleh suara 24 % pada pemilu 1999.

66

Dengan perolehan suara ini berarti dalam pemilu 1999 Golkar mampu meraih 120 kursi di DPR atau 183 kursi di MPR. Pada pemilu tahun 2004 lalu partai Golkar juga masih bisa unjuk gigi dengan tampil sebagai partai peraih suara terbesar di parleman. Hasil ini sungguh diluar dugaan banyak pihak. Baik dikalangan internal Golkar maupun eksternal Golkar.

Dari kalangan internal, hasil pemilu tersebut tentu sangat mengembirakan. Sebab hal ini sekali lagi membuktikan bahwa partai Golkar tidak habis sama sekali. Meskipun sejak tahun 1998 harus menghadapi ancaman dan tekanan. Sementara kalangan yang memusuhinya tentu saja sangat kecewa.

Perolehan suara Golkar yang cukup signifikan tidak pernah habis dibayangkan apabila melihat keberhasilannya membangun opini penghancuran citra Golkar. Melihat kenyataan diatas, maka kapasitas dan kepiawaian dari sosok pemimpin dan pengurus baru partai Golkar jelas akan ditunggu kiprahnya oleh rakyat terutama oleh para pendukungnya untuk kembali menjadi partai terbesar pada pemilu 2009 nanti.

Agar semua itu dapat diujudkan maka, jabatan yang sudah diamanatkan mesti dilaksanakan dengan baik serta selalu berpegang kepada tatanan dan nilai demokrasi yang sehat dan benar. Pengurus partai Golkar yang baru harus mampu mengawasi dan mengoreksi kebijakan eksekutif yang sangat merugikan rakyat banyak sebagai wujud penciptaan nilai-nilai demokrasi.

Segenap pemimpin dan pengurus partai Golkar harus terbebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Pimpinan dan pengurus partai Golkar harus menempatkan kepentingan rakyat dan bangsa diatas segala-galanya dari pada kepentingan politik sesaat. Sehingga organisasi ini kedepan benar-benar merupakan motor penggerak demokrasi, penyalur aspirasi yang efektif yang peduli terhadap nasib rakyat banyak.

67

Pemimpin dan pengurus baru partai Golkar harus selalu menyediakan ruang-ruang publik untuk berbeda pendapat secara demokratis. Pimpinan dan pengurus partai Golkar harus memberikan tauladan agar dalam berpartai menjadi lebih rasional. Dan bisa dimengerti oleh rakyat.

Para petinggi partai Golkar harus mau menyadari bahwa jabatan yang mereka sandang merupakan salah satu amanah yang harus dilaksanakan dengan program-program yang terukur untuk kepentingan rakyat banyak. Sebab bagaimanapun masa depan partai Golkar akan sangat tergantung pada kemampuan organisasi ini dalam merespon tuntutan rakyat. Tanpa dukungan rakyat partai Golkar tidak akan punya arti apa-apa.

Untuk itu, partai Golkar harus dengan jelas merumuskan program-programnya untuk kesejahteraan rakyat, misalnya menyangkut bidang pendidikan, kesehatan, keamanan dan lain sebagainya. Dengan cara demikianlah partai Golkar akan selalu eksis dalam setiap kesempatan.

Kini ajang pergantian kepemimpinan ditubuh partai Golkar lewat Munas sudah selesai digelar. Figur yang tampil memimpin partai Golkar untuk lima tahun kedepan sudah ditetapkan? Apakah pemimpin dan pengurus baru partai Golkar akan mampu membawa partai Golkar sebagai partai yang menyuarakan aspirasi rakyat? Yang jelas harapan kita, semoga partai Golkar akan selalu tetap setia kepada tuntutan sejarah untuk mengukuhkan persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 45.

Dan ditangan pimpinan maupun pengurus baru-lah “masa depan” partai

Golkar akan dipertaruhkan. Berbagai tantangan harus dapat dijawab. Jika tidak, cacimaki, cercaan, intimidasi bahkan perusakan citra organisasi akan selalu menjadi rutinitas persoalan yang akan terus dihadapi organisasi dan pengurus Golkar. Kita tentu tidak menginginkan hal itu bukan? Semoga.***

68

BAGIAN KETIGA

Dalam dokumen BAGIAN PERTAMA POLITIK, DEMOKRASI DAN HAM (Halaman 64-68)