• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dita Aulia Firdiana

Dalam dokumen e book LMC SD MI 2012 (Halaman 110-118)

Kebakaran... kebakaran...” teriak penghuni hutan ketika melihat asap hitam mengepul di udara. Keadaan yang semula sunyi senyap kini berubah menjadi sorak-sorai. Para penghuni hutan segera menyelamatkan diri. Mereka berlarian menuju daerah yang lebih aman dengan membawa beberapa buah makanan. Terdengar suara tangisan beberapa pohon ketika melihat atap tempat tinggalnya telah hangus terbakar. Yang tersisa hanyalah serbuk abu dan tanah yang hampa. Terlihat di sebelah barat suara pohon Benalu yang tampaknya gelisah. Banyak pohon yang tak mempedulikannya karena sifat ia yang licik dan suka membuat ulah.

Keesokan harinya, seluruh pepohonan mengadakan konferensi yang diadakan di aula hutan. Mereka membicarakan tentang usaha pelestarian hutan. Pohon-pohon itu berdebat cukup lama, dan akhirnya si cerdas Bunga Tulip mengajukan sebuah usul.

“Bagaimana jika kita adakan sebuah lomba, yaitu lomba reboisasi? Caranya, setiap pohon harus menanam satu jenis tanaman. Siapa yang terbanyak menanam satu jenis tanaman, maka dia itulah pemenangnya. Misalnya Pak Pohon Jati, si tinggi besar yang tangguh dan adil, ingin menanam bunga melati. Kemudian ia berhasil menanam lebih dari 20 tanaman melati. Maka ialah pemenangnya. Dengan begitu kita mendapat keuntungan lebih. Selain untuk usaha penghijauan, kita juga bisa menumbuhkan sifat cinta lingkungan pada masing-masing pohon.” jelas Bunga Tulip panjang lebar.

Mendengar usul Bunga Tulip, para pohon tersenyum yakin, bahwa usaha itu dapat mengembalikan keadaan hutan yang dulu. Pak Pohon Jati yang tadinya tersenyum puas atas ide cemerlang si Tulip pun balik bertanya.

“Kapan kita akan laksanakan lomba itu? Sebaiknya secepatnya saja. Karena seluruh pohon sudah tak betah lagi tinggal di tumpukan abu hitam yang kotor itu.” Pak Pohon Jati menampakkan kepeduliannya kepada pohon lain.

“Bagaimana jika mulai besok saja sampai akhir Juli nanti. Waktu yang sangat lama ini perlu kalian manfaatkan sebaik mungkin,” Bunga Mawar sebagai wakil konferensi memberikan saran.

Akhirnya konferensi pun dibubarkan. Di perjalanan pulang para pohon memikirkan apa yang akan ditanamnya nanti. Terlihat di padang rumput yang kering bunga anggrek dan bunga teratai yang saling bertukar cerita mengenai pengalamannya masing-masing. Dan seperti biasa, tak ada jeranya Benalu si parasit menjahili setiap pohon yang ditemuinya entah dengan cara apapun. Kali ini Benalu menjahili mereka dengan menaruh seekor katak hijau tua di atas kepala Anggrek. Tak ada yang tak tahu bahwa Anggrek si rupawan itu sangat benci dengan hewan yang terlihat aneh dimatanya. Anggrek pun berteriak sekencang gong yang ditabuh. Dengan sabar, Teratai mengambil katak itu, lalu membuangnya. Masalah pun terselesaikan ketika Bunga Sepatu melerai mereka.

Keesokan harinya, Bunga Tulip berkeliling melihat satu persatu tanaman yang ditanam para pohon. Ada Bu Tomat yang sedang menanam pohon durian. Adapula si pohon Mangga yang sedang menyiapkan tanah untuk menanam pohon rambutan. Bunga Tulip segera memberi laporan mengenai hasil tanaman para pohon.

Sebulan kemudian….

Tanaman-tanaman yang ditanam para pohon sudah tumbuh dengan lebat, tinggi, berakar kokoh karena mereka berhasil merawat dan memelihara dengan baik. Setelah cukup lama menilai, Bunga Mawar dan Pak Pohon Jati mengumumkan hasilnya.

Tak disangka pemenangnya adalah Bunga Anggrek, dengan hasil tanamannya yaitu Pohon Cemara sebanyak 45 buah. Semua pohon yang hadir mengucapkan selamat. Bunga Tulip menghadiahkan sebuah alunan lagu kepada Bunga Anggrek. Ajaib! Nyanyian merdu Bunga Tulip membawa keajaiban yang tak pernah ditemukan di dunia nyata. Pohon-pohon yang awalnya tidak berbunga, mendadak tumbuh bunga dengan nyanyiannya yang indah itu. Kini semua tanaman terlihat lebih asri karena bunga ajaib dari nyanyian Tulip.

Keesokan harinya, para penghuni hutan disibukkan dengan kegiatan berkebun di lingkungannya. Sekejap, hutan itu berubah total. Kini hutan itu seolah-olah berubah menjadi hutan rimbun. Aneka satwa dan lora dapat tinggal kembali disini.

Seiring perkembangan zaman, hutan itu mendirikan sebuah sekolah yang bernama Sekolah Hutan. Sekolah itu mengajarkan pada para pohon untuk memiliki budi pekerti yang mulia. Sekolah itu juga akan mengajarkan cara melestarikan hutan. Hanya perlu beberapa minggu, sekolah itu selesai dibangun. Berbagai macam pohon berebut untuk bisa menyekolahkan anaknya di sana.

Bunga Mawar mengumumkan hari pertama masuk sekolah.

“Anak-anak penghuni hutan rimbun, bagi kalian yang ingin bersekolah di Sekolah Hutan, besok adalah hari pertama kalian sekolah. Pelajaran kalian besok adalah menanam jenis pohon buah-buahan,” jelas Bunga Mawar, yang secara aklamasi diangkat sebagai kepala sekolah.

Keesokan harinya.

“Wah… di sini nanti kita akan diajari bernyanyi. Pelajaran yang paling kusukai itu,” kata Tulip sambil menggendong tas birunya.

“Iya… kita juga akan diajak berkeliling hutan pada setiap akhir bulan,” kata Anggrek sambil mengikat tali sepatunya.

Sebulan berlalu. Seluruh murid pohon yang bersekolah di sana sangat menikmati masa-masa seru dan bahagia. Hingga pada suatu siang, Bu Ralesia selaku ketua pariwisata Sekolah Hutan, mengumumkan sesuatu.

“Anak-anak Sekolah Hutan, Ibu akan mengumumkan sesuatu yang amat penting. Untuk memperingati satu bulan berdirinya Sekolah Hutan, kita akan membuat kelompok paduan suara, karena sekolah akan mengadakan traveling mengelilingi hutan. Nah, disamping itu, kita juga akan berkemah,” kata Bu Ralesia mengawali pengumuman.

“Yeee…,” serentak anak-anak berteriak menyambut gembira. “Ibu akan sebutkan siapa-siapa yang ikut dalam kelompok paduan suara. Pertama Bunga Tulip, kedua Bunga Anggrek, ketiga Bunga Sepatu, keempat Antorium, dan kelima Bunga Kamboja,” jelas Bu Ralesia.

Keesokan harinya, anak-anak Sekolah Hutan mendengarkan kelima anggota kelompok paduan suara yang bernyanyi dengan indah di aula hutan. Alunan lagunya menggema merdu sekali.

Di antara seluruh penghuni hutan, hanya Benalu yang diam- diam menyimpan rasa benci. Benalu memang sudah lama iri dengan Bunga Tulip, dan selalu mencari cara untuk menyingkirkan Bunga Tulip. Mendengar Bunga Tulip bernyanyi paling merdu, maka bertambahlah iri hati Benalu. Ia sibuk memikirkan cara yang tepat untuk menghancurkan bunga itu.

Akhirnya Benalu menemukan jalan keluarnya.

Sore itu, Benalu pergi ke apotik Nenek Kaktus. Nenek Kaktus adalah seorang nenek tua yang berjualan obat-obatan berbahaya. Benalu membeli obat yang menyebabkan suara menjadi parau, serak, dan habis. “Inilah obat yang paling cocok untuk menghancurkan suara Bunga Tulip dengan cepat,” pikir Benalu.

Keesokan harinya, Benalu mulai melakukan aksinya. Ia mencampurkan obat serbuk itu ke dalam minuman jeruk yang dibuat Bibi Melati. Ketika waktunya istirahat, Bunga Tulip segera meminum sirup jeruk itu.

“Ah…, alangkah segarnya,” kata Bunga Tulip dalam hati. Tapi beberapa jam kemudian, ia merasa ada yang aneh. Bunga Tulip merasakan sakit sekali tenggorokannya. Suaranya tiba-tiba menjadi parau dan tercekik. Sungguh berbahaya jika tidak segera diobati. Ia sadar bahwa telah meminum racun.

Akhirnya, Bunga Tulip meminta tolong pada Bibi Kenanga. Bibi Kenanga adalah musuh bebuyutan Nenek Kaktus. Bibi Kenanga memang sudah lama dikenal pandai membuat obat-obatan dari ramuan tanaman toga. Ia juga sosok yang sabar dan pantang menyerah.

Melihat penderitaan Bunga Tulip, Bibi Kenanga sungguh teramat sedih. Maka ia bekerja keras sebelum semuanya terlambat. Sebab jika terlambat, maka suara Bunga Tulip akan rusak dan tak akan bisa disembuhkan. Lewat kerja keras Bibi Kenanga, akhirnya ditemukanlah obat yang bisa membuat suara Bunga Tulip merdu kembali. Betapa sangat berterimakasih atas jasa Bibi Kenanga.

“Terima kasih banyak, Bibi. Tanpa Bibi Kenanga, bagaimana nasibku?”

melanjutkan membuat obat demam pesanan Nona Anggrek.” “Baiklah, sampai jumpa, Bibi. Sekali lagi, terima kasih.”

Sepulang dari gubuk Bibi Kenanga, Bunga Tulip mendapat informasi dari Ibu Ralesia, bahwa besok adalah hari pertama wisata berkeliling hutan. Semua menyambut gembira.

Sepulang sekolah murid-murid kembali ke asrama. Mereka sibuk mempersiapkan barang bawaan besok. Mereka sudah tidak sabar lagi menantikan hari esok tiba.

Keesokan harinya, suasana ramai sangat terlihat di tengah hutan. Murid-murid Sekolah Hutan semuanya berbaris rapi. Bunga Tulip sebaris dengan Anggrek, Kamboja dan Sepatu. Mereka berempat sangat menikmati suasana seperti ini. Mereka mengiringi kegiatan travelling dengan bernyanyi sepanjang perjalanan.

Sesampainya di tengah hutan, semua tanaman menyebar. Berbagai kegiatan terjadi di sana. Ada Tulip yang sedang memetik daun Cemara, Kamboja yang sedang mendirikan tenda, dan lain sebagainya. Sedangkan di ujung sana terlihat Anggrek dan Teratai sedang berkeliling hutan. Dan lagi-lagi, tukang parasit Sekolah Hutan membuat ulah dengan tingkahnya yang sangat mengganggu suasana. Siapa lagi, kalau bukan si Benalu?

Ia bersama Kaktus membangunkan kucing hitam yang sedang tidur. Akibatnya, kucing itu marah dan mencakar kaki Bunga Sepatu yang sedang menyiapkan makanan. Bunga Sepatu pun berusaha menahan amarah dengan menenangkan dirinya. Sementara di sebelah barat, tampak Bunga Tulip yang sedang asyik bernyanyi. Suaranya benar-benar menentramkan suasana. Kucing hitam yang tadinya mencakar Anggrek, kini menjauh. Burung-burung yang tadinya hanya tinggal diam, kini bernyanyi mengiringi Tulip. Semua benar-benar ajaib. Setelah itu, Tulip menghampiri Benalu.

“Sebetulnya aku sudah tahu siapa yang menaruh racun di minumanku. Bibi Kenanga telah mengatakannya padaku, bahwa minuman yang merusak suara itu hanya bisa dibuat oleh Bibi Kaktus,” ucap Bunga Tulip sambil tersenyum. “Tapi aku sudah memaafkannya. Aku mengharap engkau segera berubah.”

Mendengar itu, Benalu sungguh merasa malu.

“Ketahuilah, perbuatanmu yang tadi sangat merugikan Anggrek. Berbuat jahat kepada orang lain itu tidak ada gunanya, melainkan akan merugikan diri sendiri. Segeralah minta maaf pada Angrek, sebelum engkau mendapat akibat ,” kata Tulip kembali sambil tetap tersenyum.

“Baiklah. Aku minta maaf. Aku sungguh menyesal, dan berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatan jahat,” jawab Benalu. Semua yang menyaksikan bersorak. Mereka menyalami Benalu, sehingga bertambahlah rasa sesal Benalu. Ia sadar bahwa semua tanaman ternyata berhati baik.

Sejak peristiwa itu, Tulip dijuluki sebagai Malaikat Sekolah Hutan. Selain itu, karena budinya baik dan cintanya terhadap lingkungan, maka Bunga Tulip dijadikan Duta Lingkungan Sekolah Hutan.

Ia yang akan selalu menjaga kelestarian hutan. [*]

Mengenal Lebih Dekat

Dita Aulia Firdiana

Perkenalkan nama saya Dita Aulia Firdiana, biasa dipanggil Dita. Saya lahir di Bojonegoro, 29 Juli 2001. Sekarang tinggal di sebuah rumah yang sejuk, dinaungi banyak pepohonan. Para tamu yang mengunjungi rumah saya, sudah disambut terlebih dahulu dengan sebuah pohon mangga yang tinggi dan kokoh. Pohon itulah yang membantu lingkungan rumah saya yang awalnya panas menjadi sejuk. Di pintu masuk, ada beragam tanaman di dalam pot. Saya bersama ibu selalu memperhatikan tanaman-tanaman itu.

Lingkungan sekolah saya juga tak kalah hijaunya dengan tempat tinggal saya. Ada beragam pohon besar yang tumbuh di sana. Selain dua buah taman, juga ada rumah rumah kaca yang berfungsi sebagai tempat menyimpan tanaman. Para siswa seringkali memanfaatkan

rumah kaca tersebut, sebagai tempat istirahat dan sekaligus menjadi tempat penelitian jenis-jenis tanaman. Di setiap ujung maupun depan kelas, terdapat berbagai tanaman hias yang bermacam-macam jenisnya. Lingkungan sekolah saya yang hijau ini, mendapat penghargaan pertama pada lomba Go Green and Clean tingkat kabupaten.

Saya memiliki banyak teman di sekolah, dan juga di rumah. Teman yang baik adalah tempat berbagi yang paling menyenangkan. Jika hari libur tiba, ada banyak teman yang suka datang ke rumah untuk berkumpul, bermain, dan berdiskusi.

Jika hari biasa, kegiatan saya cenderung lebih padat. Ayah biasanya bangun pagi untuk mengantarkan saya ke sekolah. Selesai itu, ayah kembali ke rumah untuk mengantar adik. Namun jika kami sedang dalam kondisi dikejar waktu, saya dan adik biasanya berangkat bersama diantar ayah. Sedangkan ibu, lebih banyak mengerjakan hal-hal rutin keseharian.

Di rumah ada banyak buku. Kebiasaan membaca telah dipupuk sejak kecil. Saya telah membaca sekitar 200 judul buku, dari mulai majalah, buku cerita, dan lain sebagainya. Dari kebiasaan membaca itulah, saya kemudian suka menulis.

Dalam dokumen e book LMC SD MI 2012 (Halaman 110-118)