• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keira A Sutantio

Dalam dokumen e book LMC SD MI 2012 (Halaman 89-100)

Saya tinggal di komplek mandiri, Kelapa Gading, yang terletak di Jakarta Utara. Komplek ini cukup besar bagi saya, malah nyaris terlalu besar untuk disebut sebagai komplek perumahan. Menurut saya, Kelapa Gading sudah seperti kota. Apa saja ada di Kelapa Gading, mulai dari sekolah, pasar, rumah makan, rumah sakit sampai mall, bahkan mall-nya saja ada 5.

Kelapa Gading dulunya adalah sebuah rawa raksasa, yang oleh perusahaan Summarecon ditimbun dengan pasir, sehingga menjadi seperti sekarang. Jujur, ketika ibu saya menceritakan saya tentang sejarah Kelapa Gading, saya kaget, karena di Jakarta sempat ada rawa yang luar biasa besar.Sekarang Kelapa Gading sudah maju, dan sama sekali tidak ada tanda bekas rawa lagi di Kelapa Gading. Mungkin karena sudah tidak ada rawa lagi, kalau musim hujan Jakarta jadi sering banjir.

Kelapa Gading dibagi-bagi lagi menjadi cluster-cluster yang lebih kecil. Saya tinggal di Janur Asri, cluster terkecil yang ada di Kelapa Gading.Walaupun Janur Asri adalah cluster yang terkecil, saya tetap merasa cluster saya memang paling ‘asri’ sesuai namanya. Jalan-jalan di Janur Asri memang cenderung kecil, tetapi mulus. Di sepanjang jalan juga terdapat cukup banyak pohon rindang yang memayungi para pejalan kaki.Saya benar-benar diberkati karena didepan rumah saya ada pohon mahoni.Rumah saya terasa lebih sejuk, tetapi juga menjadi tempat favorit anjing-anjing liar untuk mampir membuang sisa eskresi mereka.

Di Janur Asri juga terdapat taman RW yang dibangun dari uang sumbangan warga. Taman itu bisa dibilang cukup bersih dan terawat. Disana terdapat sebuah ayunan, dan sebuah perosotan.Ada lapangan basket yang terbatas, namun banyak remaja laki-laki yang senang bermain basket atau futsal disana. Di taman juga terdapat jogging track dan jalan setapak. Ada kolam ikan juga.Taman ini juga digunakan untuk kegiatan senam pagi tiap hari Sabtu. Sejak kecil, saya sudah sering bermain di taman tersebut, maka itu biar kecil, saya senang dengan kehadiran taman itu.

Di RW saya juga sering diadakan kegiatan bersama tiap ada hari besar. Ambil contoh, saat HUT RI yang ke-66 tahun lalu (tahun ini tidak dirayakan karena berbarengan dengan libur lebaran), RW kami menggelar perlombaan yang bernuansa 17 Agustus-an di taman. Ada macam-macam lomba, seperti makan kerupuk, bakiak, lompat karung, dan panjat pinang. Tidak hanya anak-anak yang bisa mengikuti lomba, ada juga lomba untuk orang-orang dewasa. Para ayah ditantang untuk memasak bersama anak mereka, dan para ibu bekerja sama untuk memasak jamuan malam.

Tidak hanya saat HUT RI saja, saat tahun baru, kita bersama- sama memasang kembang api besar ditaman. Hasilnya, wuah, warna- warni menyembur di langit malam dengan indahnya! Saat Natal, kami mengadakan acara Christmas Carol, dan kebaktian bersama.

Walaupun Janur Asri berada diantara hiruk-pikuk kota Jakarta, kebersamaan masih terjaga dengan baik. Kami mengenal tetangga masing-masing dan melakukan berbagai hal bersama. Kepedulian antar tetangga juga masih terjaga, contohnya, saat salah satu rumah

tetangga mengalami kebakaran, secara spontan, tetangga yang lain menyumbang untuk pembangunan rumah yang terbakar tersebut. Jadi, menurut saya, cluster kecil tempat saya tinggal ini memang sangat spesial. Walaupun kecil dan sederhana, saya rasa tempat ini paling asri dan hangat di seluruh Kelapa Gading.

Saya bersekolah di SDK 6 Penabur.Sekolah saya terletak di Komplek Perumahan Kelapa Gading, tak jauh dari rumah saya.Saya hanya perlu berjalan kaki sekitar 10 menit, kemudian menyebrangi jalan dan tibalah saya di halaman sekolah.

Menurut saya, sekolah saya relatif kecil, diakibatkan oleh sempitnya lahan di Jakarta.Sekolah saya dibagi menjadi 3 bagian, SD, TK, dan SMP/SMA.Walaupun kecil, sekolah saya masih mempunyai fasilitas yang memadai.Setiap jenjang memiliki lapangan untuk berolahraga, dan terdapat aula di TK yang digunakkan bersama untuk berbagai keperluan.

Gedung SD terletak di sebelah kiri areal sekolah dan merupakan gedung terkecil dibandingkan dengan gedung TK dan gedung SMP/ SMA.Di depan gedung SD terdapat lapangan basket yang sering digunakan untuk pelajaran olahraga atau untuk perlombaan basket. Gedung SD terdiri atas 3 lantai, dan bagian tengah atap dibuat terbuka supaya ventilasi udara lebih lancar.

Ditengah gedung terdapat taman yang menjadi paru-paru gedung. Macam-macam tanaman sumbangan siswa ditaruh dalam pot-pot bunga dan dijejerkan rapi di sekitar podium.Podium ini digunakan saat ada keperluan tertentu, seperti lomba atau memamerkan hasil karya siswa saat open school.

Lantai pertama adalah tempat siswa kelas 1 dan 2 melakukan kegiatan belajar.Di lantai pertama juga ada ruang guru, ruang kepala sekolah, UKS, ruang BK, dan ruang tari. Di sisi dekat lobi, terdapat wastafel untuk siswa-siswi kelas 1 dan 2 mencuci tangan dan menyikat gigi. Lantai kedua adalah tempat siswa kelas 3,4, dan 5 melaksanakan kegiatan belajar. Di lantai kedua ini juga terdapat perpustakaan. Perpustakaan adalah salah satu tempat favorit saya di sekolah. Di dalam perpustakaan terdapat macam-macam buku. Ada iksi, non iksi, bahkan buku-buku luar negeri juga tersedia di sana.

Memang paling capek saat menjadi siswa kelas 4/5/6, karena naiknya paling jauh. Di lantai terakhir ini, ada ruang multimedia. Di dalam ruang ini tersimpan koleksi angklung milik sekolah yang lengkap, juga alat marching band dan ensemble. Di lantai ketiga juga terdapat ruang laboratorium, tempat kami melaksanakan praktikum IPA. Di dekat tangga pertama ada jembatan yang menghubungkan kantin dan gedung SD. Semua gedung di areal sekolah terhubung dengan adanya jembatan tersebut. Jembatan tersebut sangat berguna bagi kami untuk mencapai laboratorium komputer yang berada di gedung TK.

Di dekat jembatan terdapat ruang multimedia yang kedap suara. Ruangan itu jauh lebih besar daripada ruang-ruang kelas lainnya di SD. Karena terbatasnya ruang kedap suara, kami harus berbagi dengan jenjang-jenjang yang lain dalam menggunakan ruang multimedia ini.

Sekolah saya memang tidak memiliki lapangan luas, jalan setapak, atau taman bermain yang besar, tetapi saya rasa sekolah saya asri, terawat, dan nyaman. Ada banyak tumbuhan di sepanjang balkon dan semuanya tumbuh dengan baik dan sehat.Saya merasa sekolah saya adalah rumah kedua bagi saya.Saya senang bersekolah di SDK 6.

Sejak kecil, saya memang tidak suka mingle atau bergaul dengan teman-teman terlalu sering, karena saya merasa saya bukan tipe orang yang suka luntang-lantung di mall bersama teman-teman. Saya lebih senang melakukan kegiatan sendiri, dan saya merasa saya adalah orang yang introvert, tetapi tentu saja saya memiliki beberapa teman.

Saya memiliki beberapa teman baik dengan beragam karakter dan kesukaan masing-masing. Pertama-tama, saya akan bercerita tentang teman saya, Adesya. Adesya adalah tetangga saya, jadi sejak kecil kami sudah kenal satu sama lain. Kami juga sudah sekelas sejak kelas 1 SD. Adesya adalah siswi yang atletis dan tak jarang nilai olahraganya mengungguli seluruh siswi di kelas saya.Tak hanya jago olahraga, Adesya juga pandai menari. Kalau ia membawakan tarian, pasti orang yang melihat dia akan berdecak kagum. Keluwesan dan kelincahanya membawakan tarian membuat orang yang melihatnya merasa enaken.

Saya juga ingin bercerita tentang Alexandra. Lain dari Adesya, Alexandra tidak begitu suka olahraga dan lebih suka tinggal di rumah membaca buku atau main komputer, sama seperti saya. Alexandra adalah siswi yang berprestasi. Nilai-nilainya selalu baik dan diatas rata-

rata, tetapi dia cenderung apatis dan tidak suka mencoba hal baru. Saya dan Alexandra sama-sama suka membaca buku dan menonton kartun Jepang yang disebut anime.Kita bisa menghabiskan berjam-jam di rental komik untuk meminjam dan membaca komik. Kalau sedang mengobrol tentang anime yang kami tonton, bisa 2 jam-an lebih kami duduk manis tidak bergerak.

Selain Alexandra, saya juga berteman baik dengan Sisilia, atau biasa saya panggil Sisil. Sisil suka bermain basket, dan ia juga suka membaca buku dan menonton anime. Sisil juga lumayan senang menari. Kami berdua senang menggambar dan sering membicarakan anime yang sedang diputar di televisi. Kami juga senang mengobrol tentang menari atau hal-hal lainnya.

Ada juga teman saya yang bernama Samuel. Dia memiliki kepribadian yang percaya diri dan narsis. Ia suka menjuluki dirinya sendiri ganteng/cakep, dan tidak jarang menyuarakan celetukan- celetukan lucu tentang dirinya sendiri. Contohnya, ia pernah disuruh membuat kalimat dengan kata tanya, dan secara spontan, ia membuat kalimat: “Siapa yang paling ganteng di kelas?” Kontan, seluruh kelas tertawa terbahak-bahak. Dengan adanya orang-orang seperti dia, kelas menjadi semakin menyenangkan dan tidak membosankan.

Ada lagi teman saya yang bernama Axel. Dia bisa bermain drum dan pintar main basket. Teman saya yang lain bernama Dewi. Dewi adalah tetangga saya, dan kami juga sudah sekelas sejak kelas 1. Dewi memiliki suara yang merdu, dan ia senang menyanyi. Banyak prestasi yang sudah diraihnya dalam bidang ini.

Saat akhir tahun ajaran, diadakan acara perpisahan di sekolah. Kelas kami, 6A berniat untuk menampilkan tarian yang diiringi musik langsung oleh band. Idenya adalah band memainkan lagu Laskar Pelangi mengiringi para penari yang melambangkan 7 warna pelangi. Saya dan Adesya bertugas untuk mengurusi tarian, sedangkan Samuel, Axel dan Dewi mengurusi band. Saya dan Adesya membuat koreograi tari, dan mengajak 5 teman kami yang lain untuk menggenapi jumlah penari. Kami pun berlatih di sekolah 3 kali seminggu. Sementara itu, band beranggotakan 5 orang, jadi Samuel, Axel, dan Dewi meminta bantuan 2 orang teman yang lain. Mereka berlatih di rumah Axel, yang letaknya di belakang sekolah. Meskipun latihan ini sangat melelahkan,

tetapi kami sangat senang karena sambil bercanda dan bermain, bahkan sehabis latihan, sering diselenggarakan acara masak bersama di rumah Axel.

Walaupun Alex dan Sisil tidak tergabung dalam pementasan, tetapi mereka sangat suportif. Alex dan Sisil sering menonton latihan kami dan memberikan dukungan bagi kami. Mereka juga sering memberi masukan untuk meningkatkan penampilan kami. Karena bantuan semua teman-teman, akhirnya pementasan berlangsung dengan baik dan menerima tepuk tangan riuh dari penonton.Wah, saya dan teman- teman sangat puas atas hasil jerih payah kami.

Acara ini adalah kenangan yang sangat berharga bagi saya dan teman-teman, karena selepas kelulusan kami dari SD, kami semua akan pisah sekolah. Nanti saat SMP, saya hanya akan satu gedung dengan Adesya. Maka itu, setelah acara selesai, saat liburan kami sering ke mall untuk jalan bersama atau menonton ilm di bioskop. Pernah satu hari kami pergi ke photobox, atau mesin foto stiker.Wah, itu benar-benar pengalaman yang tidak terlupakan. Gaya-gaya gila dan narsis teman- teman saya keluar semua! Sementara itu dengan Alex, saya pergi ke rental komik, karena kami mempunyai hobi yang sama.

Saya rasa teman-teman saya mempunyai keunikan dan keistimewaan masing-masing, tetapi dengan perbedaan yang begitu kontras ini, tidak membuat kami saling bermusuhan atau menjauhkan diri satu sama lain. Tetapi perbedaan ini membuat kami saling melengkapi. Meskipun ada teman-teman tertentu yang memiliki kebutuhan khusus, kami selaku teman-temanya menerima dia dalam lingkungan dan tidak membedakanya dengan teman-teman yang lain.

Sebagai seorang murid kelas 6 biasa, saya memulai pagi saya dengan mematikan wekker. Ya, seperti yang orang pada umunya lakukan, lalu dengan semangat yang kadarnya pas-pasan, saya menyeret badan saya ke kamar mandi yang ada tepat di depan kamar saya. Setelah menyalakan shower, air yang terkadang tersendat-sendat mengalirnya akan membuat saya akhirnya “sadar” lalu menaikkan kadar semangat saya ke level yang lebih tinggi.

Sesudah mandi, saya akan berpakaian seragam lalu berjuang mati-matian untuk membangunkan adik saya. Sungguh saya tidak habis berpikir, telinganya itu pangsit atau benar-benar bisa mendengar,

karena wekker saya luar biasa berisik. Kira-kira setelah beberapa kali berteriak dan mengguncang-guncang badannya, saya berlari turun untuk menyantap sarapan, yang juga sangat sederhana. Biskuit atau roti dengan susu. Terkadang saya belajar sambil menyantap sarapan saya, atau hanya makan saja.

Setelah piring dan gelas kosong, saya menggosok gigi saya, lalu mengecek tas (yang merupakan kebiasaan buruk) lagi sebelum pergi ke sekolah. Saya pamit kepada ayah dan ibu. Setelah itu, saya mengambil tas makan saya, lalu menuju teras untuk memakai sepatu. Puas karena kedua kaki berkaoskaki saya masuk dengan pas ke sepatu, saya menyusul adik dan mbak saya yang sudah menunggu di luar pagar.

Saya, adik saya, dan mbak saya berjalan kaki menuju sekolah. Biasanya hanya butuh 5-10 menit untuk sampai ke sekolah. Saya mengucapkan sampai jumpa ke adik dan mbak saya lalu berjalan cepat menuju gedung SD, yang terletak di sisi kiri gerbang utama.Gerbang SD mulai tampak, dan saya mempercepat langkah saya dengan semangat yang akhirnya penuh levelnya.

Saya menjabat tangan guru piket lalu melanjutkan perjalanan saya. Semangat saya akhirnya sampai menembus meteran level sebegitu saya sampai ke depan tangga. Bagian kelas 6 berada di lantai 3, dan ini berarti saya harus menempuh jalan paling panjang daripada para adik kelas. Saya melangkah naik, dan alhasil, tepat sebelum anak tangga terakhir, semangat saya turun sampai ke level tadi saat baru bangun.

Dengan kelelahan yang tampak jelas sekali di wajah, dan kaki, saya menaruh tas saya ke meja yang terletak di bagian paling kanan kelas, tepat dibawah jendela ketiga. Saya menghempaskan diri ke kursi, dan menunggu bel berbunyi.

Sesudah bel yang menulikan itu berbunyi, wali kelas saya memasuki ruang kelas.Salah satu teman saya yang bertugas untuk membaca renungan segera maju kedepan dan mengajak teman-teman bernyanyi.Saya mengeluarkan buku renungan harian yang diberikan secara cuma-cuma dari sekolah, lalu mengikuti renungan pagi yang berlangsung selama 10 menit itu.Setelah renungan pagi selesai, jam efektif belajar mengajar pun dimulai.

Pukul 13.40 adalah saat yang sangat menggembirakan.Sekolah akhirnya usai, dan saya dengan semangat yang menerobos level HIGH

bermaraton melewati tangga.Kali ini, tak ada sedikit pun jejak rasa pegal dan lelah, melainkan seutas senyum lebar yang panjangnya dari telinga kanan ke telinga kiri.Sesampainya saya di lobi, saya melihat adik saya dan mbak saya sudah menunggu di luar pagar gerbang SD. Saya mengikuti mereka dan berjalan pulang.

Sepulang sekolah, rumah rasanya seindah surga. Lepas semua penat dan bosan, bahkan sakit kepala pun hilang saat kaki saya menginjak ubin putih 30x30 yang kinclong itu. Saya biasanya akan makan cemilan bersama adik saya, lalu setelah istirahat sebentar, saya akan bersiap-siap untuk pergi ke les. Walaupun sekolah makin lama makin sulit, saya masih mengusahakan sampai sekarang untuk tidak ikut bimbel. Jadi, semua les yang saya ikuti tidak berhubungan dengan pelajaran, kecuali Mandarin.

Saya biasanya pergi naik sepeda, atau diantar ibu ke tempat les. Biasanya, sekitar jam 7 malam, saya akan ada di rumah lagi, dan biasanya, adik saya sudah mendahului saya makan malam, sambil menonton sinetron kesukaanya di televisi. Saya dan ibu saya bergabung dengan adik (dan terkadang) ayah saya untuk makan di meja makan bersama.

Setelah perut kenyang, saya mandi sore, dilanjutkan dengan menggosok gigi. Merasa bersih, saya naik menuju kamar saya.Apabila ada ulangan besok, saya belajar, dan apabila tidak ada, saya biasanya menggambar atau membaca buku. Tak jarang, kami sekeluarga berkumpul di kamar bersama untuk membaca buku atau sekadar menonton televisi.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pk 22.00, saya pergi ke WC untuk buang air kecil, lalu menyalakan lampu belakang. Saya memeriksa alarm di telepon genggam dua kali lagi, karena terkadang alarm itu suka tidak bunyi, lalu berpamitan kepada ayah dan ibu. Saya kembali ke kamar saya, mematikan lampu dan bersiap untuk tidur.Tapi tidak langsung tidur. Biasanya adik saya suka curhat dulu atau saya yang bercerita panjang lebar tentang anime (kartun Jepang) yang sedang saya tonton. Kira-kira 15 menit-setengah jam kemudian, saya dan adik saya tidur (benar-benar tidur).

Biasanya saat Jumat malam, saya tidur lebih malam, bahkan terkadang bisa tidur saat besok paginya untuk mengarang, atau menggambar, atau sekadar membaca karangan iksi orang lain dan

komik secara online. Hari Sabtu, biasanya saya akan tinggal di rumah untuk mengerjakan PR dan bersantai. Lalu sorenya, saya ada kelas Wushu. Hari Minggu, saya dan keluarga saya pergi ke gereja, dan sepulang dari gereja, kami makan di restoran dan terkadang pergi ke mall. Sekali-kali, kami juga berkunjung ke rumah nenek di Bogor.

Keluarga saya adalah keluarga kecil yang terdiri atas 4 orang, yaitu ayah, ibu, adik saya, dan tentu saja saya sendiri. Ayah saya bernama Wijaya Sutantio, ibu saya bernama Ellia Wiradarma, adik saya bernama Kenisha Arvianetta Sutantio, dan saya, Keira. Saya sekeluarga tinggal di rumah minimalis (dalam arti sebenarnya) seluas 6x17m bersama 1 orang pembantu rumah tangga untuk membantu ibu melakukan pekerjaan rumah tangga sehari-hari.

Ayah saya sekarang berusia 43 tahun dan bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan teknologi informasi. Ayah saya memiliki jam kerja dan tempat kerja yang leksibel. Ayah saya hanya perlu pergi keluar rumah apabila ada meeting dengan client atau pertemuan dengan timnya. Hari-hari lainnya, ayah saya bekerja di rumah dengan komputernya.

Ayah saya adalah orang yang serius dan tegas. Ayah saya memiliki kedisiplinan yang tinggi, khususnya mengenai waktu. Ayah saya tidak pernah terlambat dalam acara apa pun. Kebiasaan ayah saya ini ditularkan kepada kami anak-anaknya. Akhirnya, kami pun terbiasa menjadi orang yang tepat waktu.

Kebiasaan lainya adalah pola makan yang sehat, pagi hari ia sarapan oat meal. Siangnya, ia makan siang selayaknya orang pada umumnya, dan malam hari, ia hanya makan sayur dan jus pepaya. Pola makan sehat ini dilakukan untuk menjaga kestabilan berat badan. Selain dengan pola makan yang sehat, ayah saya juga menjaga berat badan dengan cara berolahraga. Setiap pagi, ia naik sepeda statis selama satu jam.

Ibu saya berusia 42 tahun. Sehari-hari ia melakukan transaksi saham secara online dari rumah. Kebiasaan ibu saya yang saya paling saya ingat adalah menanyakan keadaan saya setiap saya pulang sekolah. Lucunya, kalimatnya tidak pernah berubah, selalu diawali dengan kalimat: “Bagaimana hari ini di sekolah?” Terkadang saya memang suka sebal karena tidak pernah bervariasi, tapi sebenarnya kalimat ini adalah

wujud kepedulian ibu saya terhadap saya. Setelah itu ibu saya akan mendengarkan cerita saya dengan seksama.

Kebiasaan ibu yang lain adalah membaca. Kebiasaan yang sudah ia pupuk sejak kecil. Ia bersama ayah pun menurunkan kebiasaan membaca ini kepada anak-anaknya. Kebiasaan ibu yang lain adalah menonton serial drama Korea. Kalau sedang menonton, pasti penuh penghayatan, sampai bisa menangis saat melihat adegan yang mengharukan. Padahal, menurut saya adegan itu tidak cukup mengharukan untuk membuat seseorang meneteskan air mata. Begitulah, ibu saya adalah orang yang sangat perasa dan melankolis sehingga mudah sekali terharu.

Adik saya berusia 10 tahun dan sekarang duduk di bangku kelas 4 SDK 6 Penabur.Secara isik dan karakter, adik saya dan saya sangat berbeda, sehingga tidak ada yang menyangka kami adalah kakak beradik. Adik saya sangat lincah dan ekspresif. Tingkahnya sangat lucu dan menggemaskan. Ia juga mempunyai segudang gaya dan ide yang tak terpikirkan oleh saya.

Kebiasaan adik saya yang saya sukai adalah kesantaian dan keacuhanya. Ia cenderung berpikir santai dalam menghadapi masalah, sehingga saya rasa ia menjalani hidup dengan santai dan easy going, seperti angin berlalu.

Anggota keluarga saya memang unik dan berbeda satu sama lain, tetapi perbedaan ini yang melengkapi keluarga, sehingga masing- masing anggota menambal kekurangan anggota yang lain. Keluarga saya unik, dan saya menyayangi keluarga saya.Saya bangga dan senang

Dalam dokumen e book LMC SD MI 2012 (Halaman 89-100)