Objek Penelitian Lamanya aktifitas pekerjaan
THE EVALUATION OF PERFORMANCE FOR QUALITY DEVELOPMENT TO APPLE BEVERAGES IN BATU CITY
(CASES STUDY IN CV SEGAR BUAH HUTAMA, BATU CITY, EAST JAVA)
Siti Asmaul M*, Sucipto, Endah Rahayu L, dan Himamy AS
Jurusan Teknologi Industri Pertanian - Fak. Teknologi Pertanian - Universitas Brawijaya Penulis Korespondensi: email [email protected]
ABSTRAK
Kota Batu merupakan sentra produksi apel di Jawa Timur, dimana sejak 2002 mulai berkembang industri pengolahan apel, seperti minuman sari apel, kripik apel, cuka apel, jenang apel, tonik apel dan
cuka apel. CV Segar Buah Hutama adalah salah satu usaha produksi minuman sari buah “Dewata”.
Penilaian pengendalian mutu minuman sari apel Dewata belum ada acuan pasti yaitu perkiraan yang bersifat subjektif, sehingga menyebabkan inkonsistensi mutu. Persaingan timbul di tengah banyaknya merk dan harga jual yang lebih rendah, sehingga perusahaan dituntut bersaing dengan produk lain. Tujuan penelitian ini adalah evaluasi kinerja mutu dengan menentukan keterkaitan kinerja mutu terhadap penerimaan konsumen dan loyalitas konsumen. Metode yang digunakan adalah GSCA (Generalized Structured Component Analysis) dengan 30 orang responden konsumen minuman sari apel “Dewata”.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja mutu intrinsik (warna, rasa, dan aroma) terbukti tidak berpengaruh nyata terhadap penerimaan konsumen.. Kinerja mutu ekstrinsik (merek, kemasan, dan kemudahan mendapatkan) berpengaruh nyata terhadap penerimaan konsumen. Mutu ekstrinsik tidak memiliki pengaruh terhadap loyalitas konsumen. Penerimaan konsumen berupa feeling, receiving dan
reading tidak memiliki pengaruh terhadap loyalitas konsumen.
Kata Kunci: GSCA, kinerja mutu
ABSTRACT
Batu City is the center of apple production in East Java, which since 2002 began to develop the apple processing industry, such as apple beverages, apple crackers, apple vinegar, apple porridge, apples cider and apple tonic. CV Segar Buah Hutama is the one of apple beverage production enterprises wirh brand "Dewata". The quality control of apple beverages of the “Dewata” has been no standarization which are subjective, causing inconsistencies quality.The high competition of the many brands and low of selling prices, must to competitveness. The goal of this study is to determine the performance evaluation of the quality of the relationship quality performance against customer acceptance and customer loyalty. The method by GSCA (Generalized Structured Component Analysis) with 30 respondents consumers drink apple beverages "Dewata". The results showed that performance for intrinsic quality (color, flavor, and odor) proved to be significantly affected consumer acceptance. The extrinsic quality performance (brand, packaging, and convenience) significantly affected consumer acceptance. The extrinsic quality has no effect on customer loyalty and the consumer acceptance of such feeling, receiving and reading no effect on customer loyalty.
Keywords: GSCA, quality perfomance
PENDAHULUAN
Saat ini tingkat konsumsi masyarakat terhadap buah-buahan setiap tahun cenderung meningkat sebesar 2,1% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal tersebut didorong oleh keinginan masyarakat untuk menjalani pola hidup sehat dengan mengkonsumsi buah-buahan. Salah satu komoditas hortikultura jenis buah yang potensial dan memiliki peluang untuk dikembangkan menjadi produk olahan
ISBN 978-602-74352-0-9 ED41
lebih lanjut adalah apel. Produksi buah apel secara nasional tahun 2008 sebesar 160.794 ton naik menjadi 313.727 ton pada tahun 2012. Hal tersebut berdampak pada tingkat pertumbuhan produksi sebesar 56%, serta memberikan kontribusi terhadap devisa negara dengan nilai ekspor tahun 2012 sebesar 68.092 (US$) (Ditjen Hortikultura, 2013). Menurut Azizah (2010) menegaskan bahwa sasaran produksi apel tahun 2010 – 2014 di area Jawa Timur berkisar 168.621- 194.450 ton, untuk bisa memenuhi konsumsi masyarakat dan untuk perdagangan nasional maupun internasional.
Apel merupakan salah satu komoditas yang menjadi ciri khas wilayah Malang Raya. Kota Batu merupakan salah satu kota sebagai penghasil buah apel yang sangat tinggi. Dinas Pertanian dan Peternakan menyatakan, produktivitas apel dikatakan tinggi apabila jumlah produksi apel suatu kota
melebihi 15,2 ton/hektar/tahun (Sa’adah, 2014). Menurut data yang diperoleh dari Dinas Pertanian Kota
Batu tahun 2010, jumlah tanaman apel yang tumbuh produktif di Kota Batu pada tahun 2009 sebanyak 2,39 juta pohon yang dapat menghasilkan 81.415 ton apel dengan produktivitas 17,05 kg/pohon. Produktivitas yang tinggi akan menjamin ketersediaan bahan baku buah apel, sehingga masyarakat Kota Batu melakukan diversifikasi produk seperti minuman sari apel, keripik apel, pai apel, kurma apel, dan lain sebagainya.
CV. Segar Buah Hutama adalah salah satu usaha produksi minuman sari buah bermerk Dewata, kapasitas produksi ±20.000 dus/bulan @24 cup/dus. Minuman sari apel Dewata dipasarkan di outlet oleh- oleh khas daerah terutama di Kota Batu dan kerjasama dengan distributor. Segmen pasar minuman sari apel Dewata adalah anak-anak hingga orang dewasa dari segala kalangan. Omset penjualan saat ini hanya diperoleh dari konsumen yang datang ke Malang. Pesaing produk minuman sari apel Dewata adalah minuman sari apel bermerk Siiplah dan Brosem.
Persaingan yang tidak sehat dapat menghilangkan inovasi dan pengembangan produk yang berdampak negatif pada produksi, sehingga perlu adanya standar teknis dan atau kebijakan strategis yang bisa menguntungkan semua pihak (Soemardi, 2013). Persaingan yang sehat diharapkan dapat mewujudkan pangsa pasar yang ekonomis dan efisien bagi UMK sekaligus mendorong untuk perbaikan produktivitas, sehingga dapat menghasilkan produk dengan harga lebih murah, kualitas lebih baik dan pilihan lebih luas bagi konsumen (Tambunan dan Dedie, 2009). Untuk itu perlu adanya evaluasi terhadap kinerja mutu produk yang dihasilkan oleh UMKM serta perencanaan strategi untuk pengembangan pemasaran produk sehingga bisa lebih berdayasaing untuk memenuhi kepuasan baik pada produsen (pelaku UMKM) maupun konsumen. Selama ini CV. Segar Buah Hutama belum ada model untuk evaluasi penilaian kinerja mutu yang dapat berdampak pada penerimaan konsumen. Oleh karena itu, dilakukan pengujian terhadap hubungan dan pengaruh variabel kinerja mutu terhadap penerimaan konsumen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode Generalized Structured Component Analysis
(GSCA).Tujuan penelitian yang akan dicapai adalah Menentukan keterkaitan (pengaruh dan hubungan) kinerja mutu intrinsik dan ekstrinsik dengan penerimaan dan loyalitas konsumen
METODE
Penelitian ini disajikan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan manajemen mutu dan manajemen pemasaran. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menggambarkan proses produksi sampai pemasaran produk agar bisa diidentifikasi dan diketahui kondisi muatu, pelayanan kepada konsumen serta faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam pemasaran yang dihadapi perusahaan sehingga dapat ditentukan alternatif strategi. Sedangkan analisis kuantitatif menggunakan GSCA untuk mengevaluasi kinerja mutu terhadap penerimaan dan loyalitas konsumen. Objek penelitian ini adalah UMKM minuman sari apel, sedangkan unit analisis dan unit sampel adalah merk minuman sari apel. Populasi target penelitian ini adalah UMKM minuman sari apel di Indonesia, sedangkan populasi akses adalah CV Segar Buah Hutama, produsen minuman sari apel di Kota Batu.
Responden untuk evaluasi kinerja mutu minuman sari apel terhadap penerimaan dan loyalitas konsumen adalah konsumen yang pernah membeli dan mengkonsumsi produk sari apel Dewata dalam 1 bulan terakhir minimal tiga kali pembelian dengan teknik purposive sampling. Jumlah responden yang diambil sebanyak 30 responden. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
ISBN 978-602-74352-0-9 ED42
1. Kinerja mutu intrinsik berpengaruh positif terhadap penerimaan konsumen. 2. Kinerja mutu ekstrinsik berpengaruh positif terhadap penerimaan konsumen. 3. Kinerja mutu ekstrinsik berpengaruh positif terhadap loyalitas konsumen. 4. Penerimaan konsumen berpengaruh positif terhadap loyalitas konsumen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Produk utama dari CV. Segar Buah Hutama adalah sari apel dan sari jambu dengan kapasitas produksi ±20.000 dus / bulan. Sistem pemasaran yang dilakukan oleh CV. Segar Buah Hutama dilakukan secara langsung ke toko-toko sebelum adanya outlet oleh-oleh khas seperti sekarang ini dengan sistem pembayaran konsinyasi, selain bekerja sama dengan distributor. Strategi yang dilakukan untuk meningkatkan pelayanan dalam menumbuhkan kepercayaan konsumen terhadap produk-produk yang dikeluarkan maka CV. Segar Buah Hutama menjamin 100% terhadap barang yang rusak atau kadaluarsa. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel Measurement of Fit Measurement Model terdapat empat variabel yaitu variabel mutu intrinsik (X1), variabel mutu ekstrinsik (X2), variabel penerimaan konsumen (Y1), variabel loyalitas konsumen (Y2) yang bisa dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.Measurement of fit measurement model
Variable Weight Mean
Estimate SE CR X1 AVE = 0.000, Alpha =0.728 x111 0.806* 0.581 1.39 4,03 x121 0.001 0.486 0.0 4,23 x122 0.203 0.769 0.26 3,77 x131 0.215 0.614 0.35 3,87 X2 AVE = 0.000, Alpha = 0.633 x211 0.309 0.314 0.99 3,17 x212 0.195 0.430 0.45 4,17 x213 0.625* 0.629 0.99 4,07 x223 0.211 0.308 0.69 3,80 x231 0.623 0.850 0.73 3,87 x232 -0.343 0.731 0.47 4,00 Y1 AVE = 0.000, Alpha = 0.648 y111 0.557* 0.480 1.16 4,13 y112 0.346 0.416 0.83 4,00 y113 0.371 0.384 0.97 3,87 Y2 AVE = 0.000, Alpha = 0.732 y221 0.693* 0.821 0.84 4,0 y222 0.327 0.675 0.48 4,0 y224 0.140 0.744 0.19 4,1
CR* = significant at .05 level. Sumber : Output GSCA, diolah 2015 * = nilai estimate tertinggi setiap variabel
Variabel mutu intrinsik terdapat 3 indikator yang mempengaruhi terbentuknya variabel yaitu warna (X111), rasa (X121 dan X122), dan aroma (X131). Jika dilihat dari nilai estimate pada weight yang diperoleh untuk setiap indikator, indikator warna mencapai nilai estimate yang paling tinggi yaitu 0,806 dengan CR1,39, menunjukkan bahwa berpengaruh positif dan perlu dipertahankan. Kondisi di lapang, nilai mean pada indikator warna 4,03, menunjukkan bahwa indikator warna dinilai penting dan mendapat tanggapan baik dari responden. Produk sari apel Dewata berwarna coklat bening. Menurut responden sari apel Dewata, warna sari apel Dewata menarik perhatian dan dapat menggugah selera untuk mengkonsumsinya. Menurut Jansen (2012), warna adalah salah satu unsur yang menghasilkan daya tarik visual, dan kenyataannya warna lebih berdaya tarik pada emosi daripada akal, serta membantu
ISBN 978-602-74352-0-9 ED43
mengurangi hambatan penjualan. Indikator warna dianggap penting karena warna dapat mempengaruhi bagaimana cara orang berpikir, bertindak, bereaksi, meningkatkan tekanan darah bahkan dapat mempengaruhi nafsu makan. Warna menjadi faktor penentu dalam hal diterima atau tidaknya suatu produk oleh konsumen.
Variabel mutu ekstrinsik terdapat 3 indikator yang mempengaruhi terbentuknya variabel yaitu merek (X211, X212, X213), kemasan (X223), dan kemudahan mendapatkan (X231 dan x232). Jika dilihat dari nilai estimate pada weight yang diperoleh untuk setiap indikator, indikator merek mencapai nilai
estimate yang paling tinggi yaitu 0,625 dengan CR 0,99, menunjukkan bahwa berpengaruh positif sehingga perlu dipertahankan. Hasil tersebut sesuai dengan kondisi lapang yang menunjukkan bahwa hasil distribusi frekuensi responden pada variabel mutu ekstrinsik indikator merek memiliki nilai mean
tertinggi (4,17). Oleh karena itu merek dianggap penting dan memiliki tanggapan yang baik dari responden. Menurut Tjiptono (2005), sebagian besar pelanggan menggunakan merek sebagai petunjuk dalam membuat keputusan pembelian. Merek merupakan jalan pintas bagi pelanggan untuk membimbing dalam mengambil keputusan pembelian yang penting. Merek harus unik secara visual dan disesuaikan dengan produk yang dikemasnya sehingga utuh dalam mewakili kepribadian dari produk, mudah diingat, mudah dikenal dan memberikan citra yang positif kepada produk.
Pada variabel penerimaan konsumen, indikator reading (Y113) memiliki nilai mean 3,87 < 4, artinya pada kondisi di lapang responden belum bersedia membaca informasi produk yang ada dalam kemasan sari apel Dewata sehingga dianggap tidak penting. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan pada indikator reading supaya responden bersedia membaca informasi produk yang ada dalam kemasan sari apel Dewata. Perbaikan pada indikator reading memberikan pesan-pesan yang dapat menginspirasi dan memotivasi agar konsumen bersedia membaca informasi dalam kemasan untuk kepentingan konsumen sendiri karena dalam kemasan tersebut terdapat informasi mengenai komposisi produk, tanggal produksi dan lain sebagainya yang dapat membantu konsumen untuk mengetahui lebih detail tentang produk yang dikonsumsi apakah sudah layak konsumsi atau tidak. Menurut Rini (2009), reading
termasuk dalam act experience (pengalaman tindakan) yaitu pengalaman terkait dengan keseluruhan individu (pikiran dan tubuh) untuk meningkatkan hidup dan gaya hidup. Menurut Kustini (2007), ada tiga indikator tujuan dari reading yaitu pengalaman fisik atau tubuh, pola perilaku dan gaya hidup dan pola interaksi sosial.
Variabel loyalitas konsumen terdapat 3 indikator yang mempengaruhi terbentuknya variabel yaitu pembelian kembali produk (Y221), pengajakan keluarga / teman / rekan untuk membeli produk (Y222), dan mengatakan hal posititf mengenai produk (Y224). Jika dilihat dari nilai estimate pada weight yang diperoleh untuk setiap indikator, indikator mengajak keluarga / teman / rekan untuk membeli produk mencapai nilai estimate yang paling tinggi yaitu 0,693 dengan CR0,84 menunjukkan bahwa berpengaruh positif sehingga perlu dipertahankan. Hasil tersebut tidak sesuai dengan hasil distribusi frekuensi responden pada variabel loyalits konsumen yang menunjukkan bahwa indikator mengatakan hal positif mengenai produk memiliki nilai mean tertinggi (4,1). Pada variabel loyalitas, nilai mean pada setiap indikator telah menunjukkan nilai lebih dari 4 sehingga tidak perlu ada perbaikan pada masing-masing indikator karena konsumen telah mengangap indikator secara keseluruhan penting. Menurut Santigarini (2010), loyalitas pelanggan diukur melalui mengulangi pembelian, mempertimbangkan sebagai pilihan utama, membicarakan hal-hal positif, merekomendasikan kepada orang lain. Menurut Ishak (2011), loyalitas konsumen merupakan kesediaan konsumen untuk melanjutkan pembelian pada produk atau pelayanan secara berulang, serta merekomendasikan kepada teman-teman dan perusahaan lain secara sukarela. Loyalitas konsumen akan terjadi ketika ada pembelian berulang yang sama dan kesediaan mereka merekomendasikan produk kepada konsumen lain tanpa manfaat langsung. Model struktural yang terbentuk bisa dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 1.
Nilai koefisien jalur dari mutu intrinsik ke penerimaan konsumen sebesar 0,299 menunjukkan bahwa mutu intrinsik tidak berpengaruh positif terhadap penerimaan konsumen. Pengaruhnya tidak signifikan (nilai critical ratio 0,61 < 1,96, dikatakan signifikan pada α = 0,05 jika nilai t statistik/critical ratio
> 1,96 atau nilai critical ratio < -1,96). Dengan demikian hipotesis 1 penelitian ini ditolak. Hal ini berarti, konsumen beranggapan bahwa meningkat atau tidaknya mutu intrinsik dari produk sari apel Dewata tidak mempengaruhi penerimaan konsumen. Mutu intrinsik belum dikenali dengan baik oleh responden sebagai bahan evaluasi dalam penerimaan konsumen karena banyaknya produk sejenis yang memiliki
ISBN 978-602-74352-0-9 ED44
karakteristik rasa, warna, dan aroma yang hampir sama sehingga responden tidak dapat membedakan secara detail dari segi mutu intrinsik produk. Mutu intrinsik terdiri dari 3 indikator yaitu warna, rasa dan aroma. Ketiga indikator tersebut tidak berpengaruh positif terhadap penerimaan konsumen. Hipotesis ini sesuai pendapat (Grunert, 1996), mutu pangan lebih berkaitan dengan konsep penerimaan, akan tetapi tidak menjelaskan faktor-faktor penentu penerimaan konsumen itu. Dengan demikian, persepsi lebih menyerupai penilaian konsumen sebelum konfirmasi, sedangkan penerimaan lebih menyerupai penilaian sesudah konsumsi.
Tabel 2.Measures of fit structural model
Path Coefficients
Keterangan
Estimate SE CR
X1->Y1 0.299 0.493 0.61 Tidak Signifikan (ts)
X2->Y1 0.713 0.846 7.19* Signifikan (s)
X2->Y2 0.468 1.837 0.26 Tidak Signifikan (ts)
Y1->Y2 0.014 1.900 0.01 Tidak Signifikan (ts)
CR* = significant at .05 level. Sumber : Ouput GSCA 2015
y2 x1 y1 x2 0,299 (ts) 0,713 (s) 0,468 (ts) 0,014 (ts)
Gambar 1.Nilai koefisien jalur model struktural
Pada mutu ekstrinsik ke penerimaan konsumen sebesar 0,713 menunjukkan bahwa mutu ekstrinsik berpengaruh positif terhadap penerimaan konsumen dan pengaruhnya signifikan (nilai critical ratio 7,19 > 1,96, dikatakan signifikan pada α = 0,05 jika nilai t statistik/critical ratio > 1,96 atau nilai critical ratio < -1,96). Dengan demikian hipotesis 2 dari penelitian ini diterima. Hasil penelitian ini, mutu ekstrinsik memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan konsumen. Hal ini mengindikasikan bahwa konsumen menjadikan indikator dalam mutu ekstrinsik mempengaruhi penerimaan suatu produk. Selain itu, konsumen beranggapan bahwa semakin baik mutu ekstrinsik dari produk sari apel Dewata dapat mempengaruhi penerimaan konsumen terhadap produk yang dikonsumsi secara signifikan. Pengaruh mutu intrinsik terhadap penerimaan konsumen tidak siginfikan, sedangkan pengaruh mutu ekstrinsik terhadap penerimaan konsumen menunjukkan hasil yang signifikan. Sesuai dengan hasil uji hipotesis 1 yang menunjukkan bahwa mutu intrinsik belum dapat dianalisa oleh responden sebagai bahan evaluasi dalam penerimaan konsumen. Responden lebih mudah menganalisa mutu ekstrinsik yang terdiri dari indikator merek, kemasan dan kemudahan mendapatkan sebagai evaluasi penerimaan konsumen. Hal ini dikarenakan, mutu ekstrinsik dari produk sejenis dapat dibedakan secara jelas oleh responden sehingga responden dapat mudah dalam melakukan penilaian. Mutu ekstrinsik penting untuk ditonjolkan sehingga dapat memperkuat penerimaan konsumen sari apel Dewata. Menurut Caswell (2002), mutu ekstrinsik dapat digunakan sebagai faktor untuk meningkatkan mutu produk secara keseluruhan ketika mutu intrinsik suatu produk tidak dapat ditingkatkan lebih lanjut.
ISBN 978-602-74352-0-9 ED45
Mutu ekstrinsik ke loyalitas konsumen sebesar 0,468 menunjukkan bahwa mutu ekstrinsik tidak berpengaruh positif terhadap loyalitas konsumen. Pengaruhnya tidak signifikan (nilai critical ratio 0,26 < 1,96, dikatakan signifikan pada α = 0,05 jika nilai t statistik/critical ratio > 1,96 atau nilai critical ratio < - 1,96). Dengan demikian hipotesis 3 dari penelitian ini ditolak. Hal ini berarti konsumen beranggapan bahwa mutu ekstrinsik dari produk sari apel Dewata tidak dapat mempengaruhi loyalitas konsumen. Mutu ekstrinsik yang terdiri dari tiga indikator yaitu merek, kemasan dan kemudahan mendapatkan tidak memiliki pengaruh yang positif terhadap loyalitas konsumen. Belum banyak responden yang mengenal merek sari apel Dewata sehingga tingkat keloyalan konsumen terhadap sari apel Dewata masih kurang. Toko oleh-oleh khas daerah yang menjual sari apel Dewata hanya terdapat pada toko-toko tertentu tidak seluruh pusat oleh-oleh di kota Batu yang menjual produk sari apel Dewata sehingga terdapat beberapa responden yang merasa kesulitan dalam mendapatkan produk sari apel Dewata. Penilaian terhadap kemasan sari apel Dewata tidak dapat mempengaruhi loyalitas konsumen karena mayoritas produk sari apel memiliki jenis dan ukuran kemasan yang sama. Menurut Kotler (2006), kepuasan merupakan tingkat perasaan dimana seseorang menyatakan hasil perbandingan atas kinerja produk yang diterima dan yang diharapkan. Sepuluh faktor penentu kepuasan yang mempengaruhi perilaku kepuasan konsumen, salah satunya adalah kualitas produk. Menurut Tjiptono (2012), konsumen yang terpuaskan akan dengan senang hati menyampaikan kabar positif tentang perusahaan tanpa diminta, namun konsumen yang kecewa akan menjadi pembawa kabar negatif. Kualitas produk yang baik akan menimbulkan keinginan konsumen atau pelanggan untuk melakukan pembelian ulang.
Dalam penerimaan konsumen ke loyalitas konsumen sebesar 0,014 menunjukkan bahwa penerimaan konsumen tidak berpengaruh positif terhadap loyalitas konsumen. Pengaruhnya tidak signifikan (nilai critical ratio 0,01 < 1,96, dikatakan signifikan pada α = 0,05 jika nilai t statistik/critical ratio
> 1,96 atau nilai critical ratio < -1,96). Dengan demikian hipotesis 4 penelitian ini ditolak. Hal ini berarti konsumen beranggapan bahwa indikator yang ada dalam penerimaan konsumen berupa feeling, receiving
dan reading tidak mempengaruhi loyalitas konsumen. Respon positif terhadap produk sari apel Dewata, kesediaan menerima produk sari apel Dewata, dan kesediaan membaca informasi produk pada kemasan sari apel Dewata tidak menentukan loyalitas konsumen sebelum dapat mewakili keseluruhan dari konstruk loyalitas konsumen. Apabila pelanggan puas terhadap barang atau kualitas layanan yang diberikan, maka akan menimbulkan kesetiaan pelanggan sehingga minat beli pelanggan meningkat dan membuat pelanggan loyal terhadap produk perusahaan. Penurunan jumlah pelanggan kemungkinan terjadi berkaitan dengan beralihnya pelanggan ke perusahaan pesaing disebabkan oleh ketidakpuasan pelanggan (Anderson, 1994). Apabila pelanggan puas terhadap barang atau pelayanan yang diberikan, maka akan menimbulkan peningkatan kesetiaan pelanggan. Sugiharto (2009), menyatakan kepuasan pelanggan berhubungan erat dengan loyalitas pelanggan, dimana pelanggan yang terpuaskan akan menjadi pelanggan yang loyal. Kemudian pelanggan yang loyal tersebut akan menjadi tenaga pemasaran yang baik bagi perusahaan dengan memberikan rekomendasi dan informasi positif kepada calon pelanggan lain. Kepuasan pelanggan akan tercapai apabila harapan sesuai dengan kenyataan yang diterima. Fornel (1994) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan tinggi apabila nilai yang dirasakan melebihi harapan pelanggan. Penerimaan produk dengan kualitas yang lebih tinggi akan berdampak pada tingkat kepuasan. Oleh karena itu telah sesuai bahwa penerimaan konsumen tidak memiliki pengaruh terhadap loyalitas konsumen.
SIMPULAN
Evaluasi Kinerja Mutu Minuman Sari Apel Terhadap Penerimaan Konsumen (Studi Kasus di CV. Segar Buah Hutama, Batu) dapat dijelaskan dalam model:
Y2 = 0,299 X1 + 0,468 X2 + 0,014 Y1 dengan nilai FIT 27,2%.
Kinerja mutu intrinsik (warna, rasa, dan aroma) terbukti tidak berpengaruh nyata terhadap penerimaan konsumen. Konsumen beranggapan bahwa meningkat atau tidaknya mutu intrinsik produk sari apel Dewata tidak mempengaruhi penerimaan konsumen terhadap produk sari apel Dewata yang dikonsumsi.
ISBN 978-602-74352-0-9 ED46
Kinerja mutu ekstrinsik (merek, kemasan, dan kemudahan mendapatkan) berpengaruh nyata terhadap penerimaan konsumen. Konsumen beranggapan bahwa semakin baik mutu ekstrinsik produk sari apel Dewata mempengaruhi penerimaan konsumen.
Mutu ekstrinsik tidak memiliki pengaruh terhadap loyalitas konsumen. konsumen beranggapan bahwa mutu ekstrinsik dari produk sari apel Dewata tidak dapat mempengaruhi loyalitas konsumen.
Penerimaan konsumen tidak memiliki pengaruh t rhadap loyalitas konsumen. Konsumen beranggapan bahwa indikator yang ada dalam penerimaan konsumen berupa feeling, receiving dan
reading tidak mempengaruhi loyalitas konsumen
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada BP3M Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya yang telah mendanai pelaksanaan kegiatan penelitian untuk mensupport percepatan masa studi bagi mahasiswa Jurusan Teknologi Industri Pertanian. CV Segar Buah Hutama yang telah bekerjasama dalam pelaksanaan penelitian sehingga bisa memberikan manfaat untuk perbaikan kinerja
UMKM Produksi Sari Apel “Dewata” dan pengembangan keilmuan terkait dengan manajemen mutu
produk agroindustri.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson TW. 1994. Satisfaction, loyalty and reputation as indicators of customer orientation in the public sector. International Journal of Public Sector Management. 7(2):16-34.
Azizah N. 2010. Rencana strategis Direktorat Jenderal Hortikultura tahun 2010 – 2014. Kementerian Pertanian Dirjen Hortikultura. Jakarta.
Caswell J A et al. 2002. Unifying Two Frameworks for Analyzing Quality and Quality Assurance for Food Products. Kluwer Academic Plenum Publishers, New York.
Ditjen Hortikultura.2013. Data Produksi Dan Nilai Impor Ekspor Tanaman Buah Di Indonesia Periode 2011
– 2013. Ditjen Hortikultura. Departemen Pertanian, Jakarta.
Fornell C and Bookstein F. 1982. Two structural equation models: LISREL and PLS applied to consumer exit voice theory. Journal of Marketing Research. 19: 440-452.
Grunert K et al. 1996. Market Orientation in Food Agriculture. Kluwer Academic Publishers, Boston Ishak A dan Zhafiri L. 2011. Pengaruh kepuasan dan kepercayaan konsumen terhadap loyalitas: studi
tentang peran mediasi switching costs. Jurnal Siasat Bisnis.15(1): 56-66.
Jansen A. 2012. Pengaruh Atribut Mutu Produk terhadap Minat Beli Ulang Keripik Maicih. Universitas