• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kimia Bahan Baku

Dalam dokumen PROSIDING SEMINAR NASIONAL(Univ. brawijaya) (Halaman 69-75)

bahan bakar cair yang berasal dari tanaman yang tidak dapat dimakan (Franco 2010) Istilah lain yang juga sering

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kimia Bahan Baku

Hasil analisa kimia bahan baku campuran antara limbah baglog jamur tiram dan kotoran kambing pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2. Bahan baku dalam pembuatan kompos tersebut memiliki kadar air dan rasio C/N lebih tinggi dari batas maksimum criteria pupuk kompos SNI. Hal ini yang menjadikan bahan kompos tersebut memerlukan proses pengomposan agar memiliki criteria sesuai SNI. Berbeda halnya dengan kadar P2O5 dan K2O yang telah memenuhi criteria SNI, dimana kandungan hara

ISBN 978-602-74352-0-9 E56

Tabel 2. Data hasil analisa campuran bahan

No Parameter Nilai 1. Kadar air (%) 66,31 2. Rasio C/N 26,11 3. P2O5 (%) 1,37 4. K2O (%) 1,91 Kadar Air

Berdasarkan hasil ANOVA, waktu pembalikan dan konsentrasi penambahan kotoran kambing berpengaruh nyata terhadap persentase kadar air (Tabel 3).

Tabel 3. Rerata kadar air dari berbagai perlakuan Waktu Pembalikan Konsentrasi Penambahan Kotoran

Kambing (%, v/b) Rerata kadar air (%) 3 minggu sekali 0 69,6fg 20 71,6i 40 58,4d 2 minggu sekali 0 68,5f 20 48,6a 40 53,3c 1 minggu sekali 0 69,7gh 20 65,3e 40 50,0b

Keterangan: Notasi yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada α=0,05

Sesuai Tabel 3, seiring dengan konsentrasi penambahan kotoran kambing, kandungan kadar air kompos semakin menurun. Diduga semakin banyak konsentrasi penambahan kotoran kambing kedalam tumpukan kompos membuat ukuran bahan yang akan dikomposkan akan lebih kecil dikarenakan pelarutan oleh kotoran kambing yang memiliki suhu tinggi. Hal ini menyebabkan peningkatan luas permukaan sehingga memudahkan penguapan pada proses pembalikan pupuk kompos. Hal ini sejalan dengan Suriawiria (2002), bentuk bahan yang lebih kecil dan homogen lebih luas permukaannya mempermudah aktivtas mikroorganisme perombak.

Pada Tabel 3 terlihat bahwa terdapat perbedaan antara waktu pembalikan 3 minggu, 2 minggu, dan 1 minggu sekali.Hal ini diduga karena proses penguapan air terjadi saat pembalikan terhadap pupuk kompos. Mundiatun (2013) menyebutkan bahwa dengan adanya proses pembalikan pupuk kompos dapat menurunkan nilai kadar air karena ketika pupuk kompos dilakukan pembalikan akan ada udara yang masuk ke dalam dan mengurangi kandungan air pada pupuk kompos.

Rasio C/N

Berdasarkan hasil ANOVA, waktu pembalikan dan konsentrasi penambahan kotoran kambing berpengaruh nyata terhadap persentase rasio C/N (Tabel 4). Pada Tabel 4, didapatkan bahwa interaksi antara konsentrasi penambahan kotoran kambing dan waktu pembalikan berpengaruh nyata terhadap hasil rerata rasio C/N. Hal tersebut terlihat pada waktu pembalikan dengan rasio C/N paling besar adalah pada waktu pembalikan 3 minggu sekali, mengalami penurunan pada waktu pembalikan 2 minggu sekali dan menurun lagi pada watu pembalikan 1 minggu sekali dengan rasio C/N paling kecil. Pada proses pengomposan ditambahkan juga EM-4, diduga aktivitas mikroba yang terkandung dalam EM-4 dapat menurunkan rasio C/N pada proses pengomposan. Hal ini diduga semakin sering dilakukannya pembalikan, akan ada oksigen yang masuk kedalam tumpukan kompos yang mengakibatkan mikroorganisme yang ada pada EM4 bekerja secara maksimal dalam proses pengomposan sehingga kadar nitrogen akan meningkat. Hal tersebut sejalan dengan Hidayat et al (2014), bahwa konsentrasi EM4 mampu menurunkan nisbah C/N secara signifikan pada semua konsentrasi kotoran kambing. Hal ini menunjukkan bahwa mikroorganisme pada EM4 memberikan aktivitas yang baik pada kompos dari

ISBN 978-602-74352-0-9 E57

campuran limbah jamur dan kotoran kambing. Pada waktu pembalikan 3 minggu sekali terdapat peningkatan rasio C/N karena terdapat penurunan kadar nitrogen yang disebabkan oleh pelarutan nitrogen karena kadar air kompos tinggi.

Tabel 4. Rerata rasio C/N dari berbagai perlakuan Waktu Pembalikan Konsentrasi Penambahan Kotoran

Kambing (%, v/b) Rerata Rasio C/N (%) 3 minggu sekali 0 39,5h 20 33g 40 40h 2 minggu sekali 0 22ef 20 20de 40 20cd 1 minggu sekali 0 11a 20 16,5bc 40 13ab

Keterangan: Notasi yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada α=0.05

Rasio C/N dipengaruhi oleh kadar C-organik dan nitrogen. Waktu pembalikan 1 minggu sekali memiliki kandungan nitrogen yang cukup besar. Menurut Kurniawan (2012), agar bahan pupuk mengalami mineralisasi yang baik, kandungan N suatu bahan harus melebihi 1,2%. Apabila rasio C/N terlalu tinggi dan nilai nitrogen pada bahan dibawah 1,2%, proses pendekomposisian akan berjalan dengan lambat. Semakin tinggi nitrogen sebagai faktor pembanding C-organik, mengakibatkan nilai dari C/N rasio semakin kecil.Menurut Nuryani dkk.(2002), tujuan dari pengomposan adalah menurunkan nilai C/N rasio mendekati nilai C/N rasio tanah yaitu 10-12, agar pupuk dapat bekerja secara optimal.

Kadar P2O5

Berdasarkan hasil ANOVA, waktu pembalikan dan konsentrasi penambahan kotoran kambing berpengaruh nyata terhadap presentase kadar P2O5 (Tabel 5).

Pada waktu pembalikan 3 minggu sekali didapatkan rerata kadar P2O5 yang paling tinggi

dibandingkan dengan yang lainnya yaitu 1,72%. Hal ini diduga karena dengan semakin sedikit dilakukanSnya pembalikan, peranan bakteri yang ada pada EM4 bekerja maksimal dalam meningkatkan kadar P2O5 dalam pupuk kompos. Hal ini sesuai dengan Subagyo dan Setyati (2012) dalam Rahmah et al.

(2015), meningkatnya kandungan P2O5 disebabkan bakteri proteolitik yang terdapat pada EM4 mampu

merombak protein pada bahan baku kompos menjadi asam amino. bakteri proteolitik memiliki kemampuan untuk menghasilkan enzim protease yang disekresikan ke lingkungan. Enzim proteolitik ekstraseluler bekerja menghidrolisis senyawa bersifat protein menjadi oligopeptida, peptida rantai pendek dan asam amino. Hal tersebut menyebabkan fosfat yang terikat dalam rantai panjang akan larut dalam asam organik yang dihasilkan oleh bakteri pelarut fosfor.

Kadar K2O

Berdasarkan hasil ANOVA, waktu pembalikan dan konsentrasi penambahan kotoran kambing berpengaruh nyata terhadap kadar K2O (Tabel 6). Sesuai Tabel 6,pada waktu pembalikan 1 minggu

sekali, rerata K2O semakin tinggi seiring bertambahnya konsentrasi kotoran kambing. Diduga dalam

penambahan kotoran kambing kedalam tumpukan kompos membuat ukuran bahan yang akan dikomposkan akan lebih kecil, sehingga luas permukaannya lebih besar yang memaksimalkan aktivitas mikroba pada proses pengomposan. Hal ini sejalan dengan Suriawiria (2002), bentuk bahan yang lebih kecil dan homogen lebih luas permukaannya mempermudah aktivtas mikroorganisme perombak. Amanilah (2011) dalam Rahmah et al. (2015), kalium merupakan senyawa yang dihasilkan oleh metabolisme bakteri, dimana bakteri menggunakan ion-ion K+ bebas yang ada pada bahan pembuat

pupuk untuk keperluan metabolisme, sehingga kalium akan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah bakteri yang ada pada pupuk.

ISBN 978-602-74352-0-9 E58

Tabel 5. Rerata kadar P2O5 dari berbagai perlakuan

Waktu Pembalikan Konsentrasi Penambahan Kotoran

Kambing (%, v/b) Rerata P2O5(%) 3 minggu sekali 0 1,08bc 20 1,72g 40 1,33de 2 minggu sekali 0 0,85a 20 1,40ef 40 1,61fg 1 minggu sekali 0 0,99ab 20 1,03ab 40 1,47fg

Keterangan: Notasi yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada α=0,05

Tabel 6. Rerata kadar K2O dari berbagai perlakuan

Waktu Pembalikan Konsentrasi Penambahan Kotoran

Kambing (%,v/b) Rerata K2O (%) 3 minggu sekali 0 1,83cd 20 2,30de 40 2,28de 2 minggu sekali 0 1,06ab 20 1,93de 40 2,34de 1 minggu sekali 0 0,40a 20 1,25bc 40 2,34e

Keterangan: Notasi yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada α=0,05

Tabel 7. Karakteristik dari pupuk kompos pada perlakuan terbaik Parameter

Konsentrasi Penambahan Kotoran Kambing

(% v/b)

Waktu Pembalikan

3 minggu sekali 2 minggu sekali 1 minggu sekali Kadar Air (%) 0 69,6 68,5 69,7 20 71,6 48,6* 65,3 40 58,4 53,3 50,0* Rasio C/N 0 39,5 22 11* 20 33 20* 16,5* 40 40 20* 13* Kadar P2O5(%) 0 1,08* 0,85* 0,99* 20 1,72* 1,40* 1,03* 40 1,33* 1,61* 1,47* Kadar K2O (%) 0 1,83* 1,06* 0,40* 20 2,30* 1,93* 1,25* 40 2,28* 2,34* 2,34*

Keterangan: * parameter yang sesuai dengan SNI

Pada proses pengomposan baik itu waktu pembalikan 3 minggu, 2 minggu dan 1 minggu sekali mengalami peningkatan kadar K2O dibandingkan dengan kadar K2O bahan. Diduga pembalikan pada

ISBN 978-602-74352-0-9 E59

bekerja secara maksimal. Menurut Amanah (2012) dalam Rahmah et al (2015), pembalikan dilakukan untuk memberikan suplai udara bagi aktifitas mikroorganisme dalam menguraikan bahan organik yang juga berfungsi dalam pengaturan temperatur dan kelembaban.

Pemilihan Perlakuan Terbaik

Pemilihan perlakuan terbaik dilakukan dengan cara pemilihan secara langsung dengan melihat nilai dari parameter pada Tabel 7. Hasil pengujian yang terbaik adalah kombinasi konsentrasi penambahan kotoran kambing 40% dan waktu pembalikan 1 minggu sekali (A3C3). Pada perlakuan ini diperoleh nilai kadar air

50%; rasio C/N 13; kadar P2O5 1,47%; dan kadar K2O sebesar 2,34%. Kandungan kimia pupuk kompos

yang dihasilkan dalam penelitian ini dinilai cukup baik karena sudah memenuhi standar kualitas pupuk kompos sesuai SNI 19-7030-2004.

SIMPULAN

Konsentrasi penambahan kotoran kambing dan waktu pembalikan yang memenuhi standar kualitas sesuai SNI adalah perlakuan dengan konsentrasi penambahan kotoran kambing 40% dan waktu pembalikan 1 minggu sekali (A3C3) yaitu dengan nilai kadar air 50%; rasio C/N 13; kadar P2O5 1,47%; dan

kadar K2O 2,34%.

DAFTAR PUSTAKA

Amanah F. 2012. Pengaruh Pengadukan dan Komposisi Bahan Kompos Terhadap Kualitas Kompos Campuran Tinja. Skripsi. Program Studi Teknik Lingkungan. Fakultas Teknik. Universitas Indonesia. Depok.

Amanillah Z. 2011. Pengaruh Konsentrasi EM4 pada Fermentasi Urin Sapi Terhadap Konsentrasi N, P, dan K. Skripsi. Jurusan Kimia. Fakultas MIPA. Universitas Brawijaya. Malang.

Balai Peneltian Ternak. 2004. Kotoran Kambing-Domba pun Bisa Bernilai Ekonomis. Bogor. Dilihat 20 Desember 2013.

Bintang A. 2010.Pemanfaatan Limbah Media Tanam Jamur Tiram (Pleurotus sp) Sebagai Kompos Cair. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.

Cahyana YA, Muchroji dan Bakrum M. 2002. Jamur Tiram: Pembibitan Pembudidayaan, Analisis Usaha. Penerbit Penebar Swadaya Cetakan ke-7. Jakarta.

Hidayat N, Rahmah NL, dan Anggarini S. 2014. Pengaruh Penambahan Kotoran Kambing dan EM4 Terhadap C/N Kompos dari Limbah Baglog Jamur Tiram.Prosiding.Seminar Nasional Panga Pakan Dan Energi Terbarukan. Yogyakarta.

Kurniawan D. Kumalaningsih S., Sunyoto NMS. 2013. Pengaruh volume penambahan Effective Microorganism 4 (EM4) dan lama fermentasi terhadap kualitas pupuk bokashi dari kotoran kelinci dan limbah nangka. Industria 2(1): 57-66.

Lingga P. 2006. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Depok.

Mundiatun. 2013. Faktor Penentu Kualitas Kompos, Widyaiswara Departemen PLH PPPPTK BOE Malang. Dilihat 14 Juni 2014 <http://www.vedcmalang.com//artikel-coba-2/plh/565-peduli- kesehatan-ii>.

ISBN 978-602-74352-0-9 E60

Nuryani S. 2002. Penentuan Konsentrasi Starter EM4 dan Lama Waktu Pengomposan pada Pembuatan Kompos dari Kulit Kedelai. Skripsi. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Uiversitas Brawijaya. Malang.

Rahayu DP, Sholihah AM, Yogi AD, dan Hapsari RC.2012. Pemanfaatan Limbah Baglog Jamur Tiram dengan Penambahan Arang Sekam pada Hidroponik Substrat Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Baby Kailan (Brassica oleraceae var. alboglabra). Dilihat 13 Juni 2014 UNS <ksi.fp.uns.ac.id/box/.../PKM%20P%20%20Devi%20Puji%20Rahayu.pdf>.

Rahmah NL, RahmadWW, dan Hidayat N. 2015. Pemanfaatan Limbah Baglog Jamur Tiram dan Kotoran Kambing sebagai Bahan Pembuatan Pupuk Kompos Berdasarkan Kajian Konsentrasi EM4 dan Jumlah Pembalikan. Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015.

Setyorini D. 2005. Pupuk Organik Tingkatkan Produksi Pertanian. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 27(6): 13-15.

Subagiyo dan Setyati. 2012. Isolasi dan seleksi bakteri penghasil enzim ekstraseluler (proteolitik, amilolitik, lipolitik dan selulolitik) yang berasal dari sedimen kawasan mangrove. Jurnal Ilmu Kelautan, 17 (3): 164-168.

Supriyanto, A. 2001. Aplikasi Waste Water Sludge untuk Proses Pengomposan Serbuk Gergaji.System Bioteknologi untuk Indonesia Abad 21. PPI. Tokyo Institute of Technology. Tokyo.

ISBN 978-602-74352-0-9 E61 PEMANFAATAN REAKTOR BIOKOMPOS Hi UNTUK MENGHASILKAN PUPUK ORGANIK CAIR

Dalam dokumen PROSIDING SEMINAR NASIONAL(Univ. brawijaya) (Halaman 69-75)