Objek Penelitian Lamanya aktifitas pekerjaan
SUBDISTRICT, KEDIRI REGENCY)
Martina Purwaning Diah
Jurusan Administrasi Publik-Fakultas Ilmu Administrasi - Universitas Brawijaya, Jl. Veteran - Malang 65145
Penulis korespondensi: email [email protected] ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk melihat sinergitas stakeholders(acedemic, business, government, community) dalam pembangunan berkelanjutan melalui pemberdayaan petani organik pada Kampung Binaan Petroganik di Desa Wonojoyo, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri serta menganalisa kendala dan tantangan yang dihadapi. Jenis penelitianadalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mitra produksi dan distributor petroganik melakukan sosialisasi intensif bersama
dengan ketua Gapoktan “Mugi Rahayu” memberikan arahan kepada para petani agar menggunakan
pupuk Petroganik dan akhirnya berhasil. Namun, pola pemberdayaan petani organik di Desa Wonojoyo masih dalam tahap transisi karena para petani masih menggunakan pola pemupukan berimbang, sehingga belum sepenuhnya menerapkan pertanian organik murni.Peran dari instansi terkait masih belum
maksimal karena Gapoktan “Mugi Rahayu”belum masuk dalam pembinaan, sehingga petani masih
kesulitan untuk beralih ke pertanian organik. Dalam pemberdayaan petani organik di Desa Wonojoyo masih belum ada keterlibatan akademisi. Kendala dan tantangan yang dihadapi dalam pemberdayaan petani organik di Desa Wonojoyo, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri adalah (1) keterbatasan stok pupuk petroganik;(2) kurangnya bahan baku dalam pembuatan pupuk organik dikarenakan keterbatasan lahan peternakan; (3) kurangnya komitmen; (4) keterbatasan sarana prasarana; dan (5) kurangnya perhatian dari instansi terkait terhadap petani desa Wonojoyo yang ingin beralih menjadi petani organik.
Kata kunci: pembangunan berkelanjutan, pemberdayaan, petani organik, sinergitas, stakeholders ABSTRACT
The research was conducted to see the synergy among stakheolders, such as: academic, business, government, community in the sustainable development through the empowerment of the Organic Farmers at the Petroganik Village Project at Wonojoyo Village, Gurah Subdistrict, Kediri Regency. It also analized the obstacle and challenge that was faced there. The type of research is qualitative research with descriptive approach. Data was collected through interviews, observation, and documentation. The results showed that Petroganik production and distributor partners conducted the intensive socialization along with chairman of farmers group "Mugi Rahayu". They provided a guidance to the farmers to use fertilizer Petroganik and finally succeeded. However, the pattern of organic farmers in Wonojoyo village was still in the transition phase because the farmers was still using a balanced compositition of fertilization,so it has not been fully implemented purely to the organic farming. The role of related institutions was still less for farmer group "Mugi Rahayu" because they have not been entered in coaching, so that farmers was still difficult to change to the organic farming. There was no the academic role in the empowerment of the organic farmers in Wonojoyo village. The obstacle and challenge faced in empowering the organic farmers at Petroganik Village Project at Wonojoyo, Gurah Subdistrict, Kediri Regency, such as: (1) Limited stock of fertilizers petroganik; (2) the lack of raw materials in the making of organic fertilizer due to limitations of the farm land; (3) lack of commitment; (4) The limitation of
ISBN 978-602-74352-0-9 ED32 infrastructure; and (5) lack of attention of the relevant instituions to Wonojoyo village farmers who want to shift to be the organic farmers.
Keywords : empowerment, organic farmer, stakeholders, sustainable development , synergy
PENDAHULUAN
Indonesia adalah salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dan memiliki sumber daya alam yang melimpah.Ketersediaan sumber daya alam tersebut mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara, sehingga pembangunan ekonomi negara dapat ditingkatkan. Namun, untuk mengejar pertumbuhan ekonomi tersebut justru dilakukan dengan mengeksploitasi sumber daya alam dan lingkungan hidup yang berlebihan. Pertanian adalah hal yang substansial dalam pembangunan, yaitu sebagai pemenuhan kebutuhan pangan, penyedia bahan mentah untuk industri, penyedia lapangan kerja, dan penyumbang devisa negara (Rustiono: 2008). Sementara, akibat yang ditimbulkan sangat merugikan, antara lain: menurunnya produktivitas tanah akibat penggunaan pupuk an-organik (kimia) secara berlebihan dan rusaknya keseimbangan ekosistem akibat penggunaan pestisida. Kesadaran para petani terhadap pertanian organik memang belum memasyarakat, sehingga sangat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku serta partisipasi mereka terhadap pengembangan pertanian organik. Pertanian organik merupakan tuntutan jaman, bahkan sebagai pertanian masa depan, karena manusia sebagai konsumen akhir produk pertanian akan merasa aman dan terjaga kesehatannya serta berdampak baik untuk lingkungan (Andoko:2005). Pembangunan berkelanjutan di bidang pertanian melalui pengembangan pertanian organik dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan perlu digalakkan. Salah satu upaya untuk memasyarakatkan pengembangan pertanian organik adalah membangun kesadaran akan pentingnya pupuk organik melalui perubahan sikap dan perilaku dari para petani.
Kondisi penurunan tingkat kesuburan tanah diakibatkan penggunaan pupuk anorganik secara berlebihan juga dialami para petani di Kabupaten Kediri. Berdasarkan kegelisahan dari para petani yang berada di Kabupaten Kediri,maka atas dasar kondisi tersebut salah satu perusahaan BUMN yang bergerak di bidang produksi pupuk yaitu PT. Petrokimia Gresik melalui beberapa rekanan mitra produksi dan distributor Petroganik di Kabupaten Kediri, berkeinginan untuk ikut andil dan berkontribusi dalam upaya memberikan pengenalan danedukasi kepada para petani tentang pentingnya penggunaan pupuk organik sebagai salah satu bentuk tanggung sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) terhadap masyarakat dan lingkungan. Eksistensi Corporate Social Responsibility di Indonesia berlaku untuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) didasarkan pada Keputusan Menteri/MBU/BUMN No.236/MBU/2003 junto Per-05/MBU/2007. Keputusan ini mengharuskan BUMN menyisihkan sebagian laba untuk pemberdayaan masyarakat melalui Program yang dinamakan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL). Keberadaan Corporate Social Responsibility di Indonesia semakin meluas dan menjadi suatu hal yang wajib dilaksanakan oleh Perseroan Terbatas sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Isi pasal 74 dalam Undang-Undang tersebut menyebutkan
bahwa: ”Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.” Dengan adanya Undang-Undang ini, maka setiap perusahaan wajib untuk melaksanakannya, sehingga baik industri dan korporasi berperan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi namun tidak meninggalkan tanggungjawab terhadap masyarakat dan lingkungan hidup. Munculnya UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas sempat menimbulkan kontroversi, karena pada awalnya mewajibkan semua perseroan untuk melaksanakan
Corporate Social Responsibility, keberatan terutama berasal dari kalangan bisnis yang mengatakan bahwa Corporate Social Responsibility seharusnya adalah sukarela dan bukan kewajiban perusahaan. Namun, akhirnya keberadaan Undang-Undang tersebut dipertegas lagi dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), kejelasan mengenai apa yang diatur dalam UU Perseroan Terbatas menjadi sedikit lebih jelas. Dalam Peraturan Pemerintah tersebut dinyatakan dalam pasal 2 dan penjelasannya serta pasal 3 dan penjelasannya bahwa Peraturan Pemerintah tersebut mengakui adanya Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang diatur dalam regulasi (pasal 3), namun tidak menghalangi perusahaan untuk melaksanakan yang diluar itu (pasal 2).
ISBN 978-602-74352-0-9 ED33
Berdasarkan peraturan perundang-undangan tersebut, maka para rekanan PT. Petrokimia Gresik di Kabupaten Kediri melalui beberapa mitra produksi dan distibutor petroganik di Kabupaten Kediri melakukan sosialisasi dan edukasi kepada para petani mengenai penggunaan pupuk organik di Desa Wonojoyo, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri.Sebagai upaya untuk mewujudkan program pemberdayaan petani organik perlu dilakukan sinergitas atas berbagai kelompok kepentingan agar pembangunan berkelanjutan melalui pertanian organik dapat dilakukan dengan baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis sinergitas stakeholders dalam pemberdayaan petani organik pada Kampung Binaan Petroganik Desa Wonojoyo Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri serta menganalisis kendala dan tantangan yang dihadapi.
METODE
Jenis penelitian yang dipakai di dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Hal ini dikarenakan data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka (Moleong, 2008, h.11). Penelitian ini untuk memahami perspektif Corporate Social Responsibility yang dilakukan oleh para mitra produksi dan distributor Petroganik di Kabupaten Kediri terhadap pemanfaatan pupuk organik (petroganik) melalui pengetahuan, sikap, ketrampilan dan partisipasi, sehingga tercapai tujuan pemberdayaan, dengan hasil yang mengarah pada pengembangan usaha tani yang berdampak positif serta bermanfaat bagi keberlangsungan kehidupan petani dalam meningkatkan komoditas hasil pertanian.
Fokus dari penelitian ini adalah1) sinergitas stakeholders dalam pemberdayaan petani organik di Desa Wonojoyo, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri meliputi: peran dari akademisi (academic), swasta
(business),pemerintah (government) dan masyarakat; dan 2) faktor-faktor yang menjadi kendala dan tantangan dalam sinergitas stakeholders dalam pemberdayaan petani organik di Desa Wonojoyo, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri.Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara berbagai narasumber dari Ketua Gapoktan “Mugi Rahayu”, Perangkat Desa Wonojoyo, Dinas Pertanian Kabupaten Kediri, dan beberapa mitra produksi dan distributor Petroganik di Kabupaten Kediri meliputi: PT. Kediri Tani Sejahtera, PT. Dimar Antika Nugraha, PT. Tri Tunggal Jaya Negara, dan CV. Indo Centra Santoso, pemilik kios, dan petani. Data Sekunder diperoleh dari Undang-Undang, Keputusan Menteri, Peraturan Pemerintah, Peraturan Bupati Kediri, dokumen tertulis lainnya.
Analisis data dilakukan secara kualitatif. Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Bogdan dan Biklen:1982). Analisis data menggunakan model analisis interaktif dari Miles and Huberman (1992, h. 20), yang terdiri dari tiga komponen, yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Reduksi data merupakan pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Simpulan-simpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung untuk dapat memberikan makna yang telah teruji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya yang merupakan validitasnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemberdayaan masyarakat dalam penelitian ini dilihat dari pelaksanaan pemberdayaan yang dilakukan melalui keterlibatan stakeholders pada program Kampung Binaan Petroganik di Desa Wonojoyo, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri. Keterlibatan stakeholder dapat dilihat pada Gambar 1.
Pemberdayaan masyarakat sebagai upaya mendorong ke arah inovasi, sebenarnya merupakan kepentingan bersama baik stakeholders terkait maupun masyarakat petani (sasaran/komunitas) yang mengacu pada kebutuhan dan kepuasan semua pihak. Demi terjalinnya kebersamaan diperlukan
ISBN 978-602-74352-0-9 ED34
perubahan-perubahan yang bersifat pembaharuan (inovativeness). Inovasi itu sendiri merupakan suatu ide, perilaku, produk, informasi, dan praktek-praktek baru yang belum banyak diketahui, diterima dan digunakan/diterapkan/dilaksanakan oleh sebagian besar petani dalam lokasi/wilayah tersebut, yang dapat digunakan untuk mendorong terjadinya perubahan-perubahan di segala aspek kehidupan masyarakat demi selalu terwujudnya perbaikan-perbaikan mutu hidup setiap individu dan seluruh warga masyarakat
yang bersangkutan” (Mardikanto,1998). Pembangunan pertanian melalui pertanian organik merupaka
suatu inovasi yang perlu diterapkan. Namun, pemberdayaan dalam upaya mengubah pola berpikir petani untuk beralih menggunakan pupuk organik membutuhkan proses yang cukup panjang. Hal ini dikarenakan membangun kesadaran pentingnya pupuk organik untuk mengembalikan kesuburan tanah bukanlah sesuatu hal yang mudah.
Gambar 1. Alur keterlibatan stakeholder di PT Petrokimia Gresik
Kegiatan yang dilakukan oleh para rekanan PT. Petrokimia Gresik di Kabupaten Kediri merupakan salah satu wujud dari penerapan Corporate Social Responsibility. Elkington (1997) mengembangkan konsep triple bottom line dalam istilah economic prosperity, environmental quality dan social justice. Perusahaan yang ingin berkelanjutan, haruslah memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). Perusahaan memang harus dapat memadukan antara keuntungan ekonomis dengan keuntungan sosial dalam praktek bisnisnya. Saidi dan Abidin (2004) menjelaskan ada empat pola pelaksanaan Corporate Social Responsibility perusahaan di Indonesia yaitu: 1) keterlibatan langsung; 2)melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan; 3) bermitra dengan pihak lain; dan 4) mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Melalui pemberdayaan masyarakat pada Kampung Binaan
PT. Petrokimia Gresik Mitra Produksi& Distributor Mitra Produksi& Distributor Mitra Produksi& Distributor Petani Anorganik k Kios Pupuk Ketua Gapoktan Pemerintah Akademisi Petani Organik PETROGANIK
ISBN 978-602-74352-0-9 ED35
Petroganik di Desa Wonojoyo, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, yang dimulai sejak Agustus 2013 ini, delapan pengusaha yang menjadi rekananPT. Petrokimia Gresik yang terdiri dari: PT. Dimar Antika Nugraha, PT. Tri Tunggal Jaya Negara, PT. Surya Bumi Kartika, PT. Kediri Tani Sejahtera, CV Indo Centra Sentosa Sakti, PT. Beta Aria, PT.Mandiri Sanjaya Bhakti dan CV. Niti Jaya Makmur terlibat langsung dan bahu membahu terjun langsung ke lapangan bersama-sama dengan petani, dengan kawalan PT. Petrokimia Gresik.
Penerapan Corporate Social Responsibility oleh perusahaan merupakan salah satu bentuk komitmen perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan dengan tetap mengedepankan peningkatan kualitas hidup karyawan beserta keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas yang nantinya akan diaplikasikan melalui strategi perusahaan, apakah berorientasi stakeholders atau berorientasi shareholder.Freeman (1984) menjelaskan bahwa stakeholder adalah individu atau kelompok yang bisa mempengaruhi atau dipengaruhi oleh organisasi sebagai dampak dari aktivitas-aktivitasnya. Pada program pengembangan Kampung Binaan Petroganik di Desa Wonojoyo Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri inidalam paradigma quadruple helix dinyatakan bahwa untuk mendukung tercapainya pembangunan pertanian perlu adanya pelibatan stakeholders yang terkait selain dari akademisi (acedemic), dunia usaha/perusahaan (business), juga dari pemerintah (government), masyarakat (community). Namun, keterlibatan akademisi (academic) masih belum terlihat dikarenakan memang tidak ada pelibatan oleh perusahaan dalam program Kampung Binaan Petroganik di Desa Wonojoyo, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri ini.
Pada proses pemberdayaan masyarakat melalui program Corporate Social Responsibility terdapat dua model pendekatan yaitu Stakeholder orientated companies (STKOC) merupakan suatu perusahaan yang berorientasi stakeholders. Perusahaan seperti ini akan lebih mengutamakan pihak-pihak yang berkepentingan. Komitmen perusahaan yang berorientasiStakeholders, akan melakukan Corporate Social Responsibility karena ada dorongan yang tulus dari dalam perusahaan (Wibisono, 2007). Sementara
Shareholder oriented companies (SHOC), merupakan suatu perusahaan yang berorientasikan pada
shareholder (pemilik modal atau pemegang saham). Orientasi ini akan mengakibatkan perusahaan mengeksploitasi sumber-sumber alam dan masyarakat (sosial) secara tidak terkendali sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan dan akhirnya mengganggu kehidupan manusia (Galtung dan Ikeda, 1995). Dalam proses pelaksanaan Corporate Social Responsibility yang dilakukan oleh para rekanan PT. Petrokimia Gresik ini dapat terlihat bahwa perusahaan-perusahaan tersebut lebih condong kepada pendekatan Stakeholder orientated companies (STKOC). Hal ini terlihat jelas dari implementasi di lapangan bahwa perusahaan melakukan Corporate Social Responsibility karena ada dorongan yang tulus dari perusahaan dan didukung penuh oleh perusahaan induk yaitu PT. Petrokimia Gresik. Baik PT. Petrokimia Gresik maupun para rekanan mitra distributor dan produksi di Kabupaten Kediri berkomitmen penuh untuk ikut andil dalam kepedulian terhadap peningkatan kesuburan tanah pertanian sehingga mendorong petani untuk beralih menggunakan pupuk organik. Langkah awal yang dilakukan untuk meyakinkan para petani adalah dengan memberikan sosialisasi pemupukan berimbang dan pentingnya penggunaan pupuk organik untuk kesuburan tanah. Untuk kegiatan tersebut, Mitra Produksi dan distributor Petroganik berkordinasi dengan Departemen Promosi PT. Petrokimia Gresik dan kios-kios binaannya, melakukan sosialisasi kepada para petani dan menyediakan anggaran dana selama kegiatan pembinaan. Alasan memilih Desa Wonojoyo sebagai proyek dari pengembangan Kampung Binaan Petroganik didasarkan atas pertimbangan bahwa ketua Gabungan Kelopmok Tani (Gapoktan) “Mugi
Rahayu” adalah seorang yang aktif, inovatif, dan memiliki integritas yang tinggi untuk mau
mensosialisasikan pupuk organik kepada para petani anggotanya yang terdiri dari 20 petani. Pertimbangan lain dikarenakan ketua Gapoktan sekaligus pemilik salah satu kios pupuk subsidi maupun non subsidi di Desa Wonojoyo, Kecamatan Gurah. Pada awal rintisan program ini dilakukan melalui demplot jagung sebagai media percobaan. Pemilihan tanaman ini dikarenakan potensi produksi desa Wonojoyo yang bagus pada saat itu adalah tannaman jagung.
Komitmen yang kuat dari perusahaan dalam upaya pemberdayaan petani agar mau beralih menggunakan pupuk organik akhirnya berhasil. Kelompok sasaran (petani) mau menggunakan pupuk petroganik meski masih dalam tahap pemupukan berimbang. Skema yang digunakan oleh perusahaan adalah bayar panen, sehingga para petani perlu mengetahui dari bukti nyata dari manfaat penggunaan pupuk organic terlebih dahulu sebelum mereka mau beralih menggunakan pupuk organik. Hasil yang
ISBN 978-602-74352-0-9 ED36
didapat adalah hasil panen meningkat dengan penggunaan petroganik dengan pemupukan berimbang. Di tahun kedua progam pembinaan ini, para petani mulai menikmati hasilnya. Pendekatan stakeholder
membuat organisasi memilih untuk menanggapi banyak tuntutan yang dibuat oleh para pihak yang berkepentingan (stakeholders), yaitu setiap kelompok dalam lingkungan luar organisasi yang terkena tindakan dan keputusan organisasi. Menurut pendekatan ini, suatu organisasi akan berusaha untuk memenuhi tuntutan lingkungan dari kelompok-kelompok seperti para karyawan pemasok dan investor (stakeholder internal) serta masyarakat juga pemerintah (stakeholder eksternal). Atas dasar kenyataan di lapangan bahwa petani merisaukan turunnya kesuburan tanah akibat penggunaan pupuk anorganik secara berlebih sehingga menyebabkan hasil panen menurun, sehingga menggugah para rekanan PT. Petrokimia Gresik untuk ikut andil mengatasi masalah yang dihadapi petani. Hal ini dikarenakan, para petani adalah salah satu dari stakeholder utama mereka. Berman (1999) mengidentifikasi adanya dua model dalam manajemen stakeholders yaitu:
a. Strategic stakeholder management model
Model ini didasari oleh suatu asumsi bahwa tujuan akhir dari suatu korporasi adalah keberhasilanya di pasar. Oleh sebab itu, perusahaan harus mengelola stakeholder sebagai bagian dari lingkungan perusahaan untuk memastikan agar perusahaan dapat memperoleh pendapatan dan laba sesuai dengan target
b. Intrinsic stakeholder commitment model
Model ini mengasumsikan bahwa hubungan antara manajer perusahaan dengan stakeholder lebih di dasarkan kepada komitmen moral dan bukan berdasarkan keinginan perusahaan untuk memanfaatkan para stakeholder untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan laba
Perusahaan rekanan PT. Petrokimia Gresik yang terlibat dalam Program Kampung Binaan Petroganik dalam implementasi Corporate Social Responsibility termasuk dalam kategori Strategic stakeholder management model. Hal ini dikarenakan perusahaan berusaha untuk mengelola
stakeholdersterkait karena merupakan bagian dari perusahaan selain bertujuan untuk andil dalam Program Bina Lingkungan yang telah menunjukkan hasil bahwa petani mau beralih menggunakan pupuk Petroganik. Namun disisi lain, perusahaan juga memastikan bahwa penjualan pupuk petroganik bisa tercapai penjualannya sesuai dengan target.
Stakeholdersdikategorikan sebagai pelaku, sedangkan partisipasi merupakan media dalam mencapai tujuan pelaksanaan kegiatan. Partisipasi dari berbagai pihak diperlukan dalam menunjang keberhasilan progam Kampung Binaan Petroganik ini terutama dari Pemerintah Daerah selaku regulator. Partisipasi sangat menunjang dalam keberhasilan suatu program Corporate Social Responsibility.
Menurut Krishna dan Lovell (1985) bahwa partisipasi dikehendaki agar implementasi kegiatan Corporate Social Responsibility sesuai dengan kebutuhan masyarakat; partisipasi dibutuhkan untuk menjamin kelangsungan program Corporate Social Responsibility dan adanya partisipasi dapat meningkatkan kesetaraan dalam implementasi kegiatan Corporate Social Responsibility.
Menurut Bank Dunia (2001), partisipasi merupakan proses dimana stakeholdersmempengaruhi dan berbagi kontrol terhadap inisiatif pembangunan dan keputusan serta sumber daya yang mempengaruhinya. Terwujudnya partisipasi yang baik, tidak bisa lepas dari adanya sinergitas. Sinergi adalah Hasil lebih Besar yang didapatkan dalam sebuah Kerjasama. Sinergitas merupakan proses memadukan beberapa aktivitas dalam rangka mencapai satu hasil yang berlipat. Kunci untuk tercapainya sinergitas adalah koordinasi dan kerjasama, sebab tanpa koordinasi dan kerjasama pasti berat sekali untuk mencapai sasaran yang ditetapkan. Kordinasi dari berbagai stakeholders terkait sangat dibutuhkan untuk pengembangan Kampung Binaan Petroganik ini ke depan, sehingga diharapkan ke depan para petani bisa beralih ke pertanian organik murni.
Kendala dan tantangan yang dihadapi dalam pemberdayaan petani organik di Desa Wonojoyo, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri adalah (1) keterbatasan stok pupuk petroganik. Petroganik adalah pupuk bersubsidi, sehingga penggunaannya dibatasi oleh pemerintah. Rekapitulasi Rencana Definitif Kebutuhan Pupuk Organik tahun 2015 untuk wilayah Kecamatan Gurah hanya mendapatkan alokasi 1.956.150 kg yang terbagi ke dalam 343 desa, sehingga keterbatasan alokasi pupuk petroganik mengakibatkan para petani kesulitan memenuhi kebutuhan pupuk organik, (2) kurangnya bahan baku dalam pembuatan pupuk organik dikarenakan keterbatasan lahan peternakan. Desa Wonojoyo merupakan desa yang berbatasan dengan daerah urban. Desa ini juga berbatasan dengan tempat wisata
ISBN 978-602-74352-0-9 ED37
Simpang Lima Gumul, sehingga area lahan pertaniannya lebih sedikit dibandingkan dengan daerah lain di Kabupaten Kediri. Ketika ketersediaan pupuk petroganik tidak, maka untuk memenuhi bahan baku dalam pembuatan pupuk organik, para petani mendatangkan bahan baku dari desa lain, (3) kurangnya komitmen. Ketika kondisi stok pupuk petroganik tidak ada, maka yang harus menjadi pegangan adalah para petani harus tetap konsisten untuk mencoba membuat pupuk organik sendiri. Yang menjadi tantangan adalah bagi para petani yang tidak punya komitmen tinggi untuk beralih ke pupuk organik bisa