• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Penyebab Terjadinya Perbedaan Individu

Dalam dokumen Buku Isbd Baru (Halaman 56-61)

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL

3. Faktor Penyebab Terjadinya Perbedaan Individu

Pada dasarnya terjadinya perbedaan invidu satu dengan individu lainnya disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal lebih banyak berhubungan dengan hereditas, sedangkan faktor eksternal berhubungan dengan lingkungan. Namun demikian keadaan dua faktor tersebut sebenarnya juga masih belum memberikan suatu gambaran yang jelas sebagai penyebab terjadinya perbedaan di antara individu-individu yang ada.

Sebagai suatu contoh dua orang anak yang memiliki kemampuan hampir sama di dalam kelas tertentu, pada umumnya tidak disebabkan oleh faktor yang sama. Anak yang

satu mungkin memiliki bakat atau potensi yang baik sehingga walaupun dengan lingkungan yang kurang menguntungkan ia mampu mencapai taraf kepandaian atau kemampuan tersebut. Namun akan mustahil ia akan dapat mempunyai kemampuan tersebut tanpa ada suatu usaha belajar dari yang bersangkutan dalam lingkungan lain yang lebih baik. Sebaliknya individu yang kedua ia bisa mencapai tingkat kepandaian tersebut karena lingkungannya memberikan fasilitas ke arah itu. Misalnya orang tuanya termasuk keluarga terdi-dik (guru). Akan tetapi perlu disadari bahwa lingkungan yang baik belum merupakan suatu jaminan bagi seseorang untuk secara otomatis mau meman-faatkan lingkungannya. Seorang anak yang berasal dari keluarga dokter walaupun di rumah tempat prakteknya terdapat sejumlah peralatan kedokteran, kalau dalam dirinya tidak ada minat untuk untuk menjadi dokter ia tidak akan tertarik untuk menggunakan alat-alat tersebut. Demikian halnya dengan anak dari keluarga terdidik, ia tidak akan bisa menjadi anak pandai apabila ia tidak mempunyai perhatian terhadap pelajaran-pelajaran sekolahnya.

Berdasarkan uraian di atas tampak bahwa di antara kedua faktor tersebut baik internal maupun eksternal terdapat pola-pola kombonasi dan interaksi yang cukup kompleks, sehingga kadang-kadang tidak mudah bagi kita untuk membe-dakan akibat-akibat manakah yang benar-benar ditimbulkan oleh internal (hereditas) dan akibat mana yang ditimbulkan oleh faktor eksternal (lingkungan).

Kadang-kadang masih ada orang memperdebatkan ma-nakah yang lebih penting antara hereditas dan lingkungan ? Perdebatan mengenai pertanyaan semacam ini sebenarnya tidak akan membawa kepada suatu penyelesaian karena rumusannya masih terlalu kabur. Sama halnya kalau kita berdebat mengenai mana yang lebih penting pada sebuah mobil, mesinnya atau bahan bakarnya. Begitu juga tidak dapat kita katakan, manakah yang lebih penting pada seorang individu : hereditasnya atau lingkungannya karena kedua faktor itu sangat diperlukan.

Kalau orang berbicara tentang perbedaan-perbedaan individu atau perbedaan antara kelompok-kelompok individu yang ingin diketahui orang sebenarnya adalah apakah manusia yang berbeda karena hereditasnya berbeda ataukah karena lingkungannya yang berbeda. Dengan rumusan semacam ini pertanyaan di atas lebih berarti untuk dipersoalkan, karena mungkin saja sebuah mobil jalannya lebih cepat karena me-sinnya yang lebih baik atau karena bahan bakarnya yang lebih baik. Dua buah mobil yang sama kondisi mesinnya, satu diisi premium dan satu lagi bensin biasa, maka kedua mobil itu akan berbeda kecepatan larinya. Begitu juga halnya kalau dua

buah mobil yang berbeda kondisi mesinnya, meskipun sama-sama diisi premium tidak akan sama-sama cepat larinya.

Dua orang manusia sama halnya dengan dua mobil ta-di. Mereka mungkin memiliki hereditas yang sama akan tetapi perkembangannya menjadi berbeda oleh karena diasuh dan dibesarkan dalam dua buah lingkungan yang berbeda. Sebaliknya dua orang yang diasuh dalam lingkungan yang sama mungkin akan memperlihatkan perkembangan yang berbeda, kalau dua orang tadi memiliki hereditas yang ber-lainan.

Setiap individu adalah merupakan hasil dari hereditas dan lingkungan. Hubungan antara hereditas dan lingkungan lebih tepat kalau digambarkan sebagai suatu hasil perkalian dan bukan sebagai hasil penjumlahan. Jadi individu bukan hereditas ditambah lingkungan akan tetapi hereditas kali lingkungan. Hereditas dapat dilukiskan sebagai dasar dari suatu segi empat, lingkungan sebagai tinggi dan individu se-bagai luas dari segi empat itu.

Gambar Interaksi Hereditas dan Lingkungan

Dengan gambar tersebut jelas bahwa seorang individu tidak hanya ditentukan oleh hereditasnya saja atau oleh Iingkungannya saja, karena kalau salah satu bagian hilang, maka tidak mungkin akan terbentuk luas yang merupakan individunya. Jadi kedua faktor tersebut sama pentingnya dan mutlak harus ada. Perhatikan gambar di bawah ini..

Gambar Kondisi Lingkungan dan Hereditas terhadap Perkembangan Individu

Individu A potensi hereditasnya biasa-biasa saja, tetapi

L in gk u ng an Hereditas Individu yang Sedang berkembang L in gk u n ga n A B C

perkembangan pribadi seluar kotak yang ada. Luas kondisi perkembangan pribadi B hampir sama dengan A walaupun potensi hereditasnya lebih baik daripada A. Namun potensi ini kurang mendapatkan dukungan dari lingkungan di mana B berada. Selanjutnya individu C perkembangan pribadinya jauh melebihi A dan B, karena pribadi C didukung oleh faktor potensi hereditas yang baik, dan kondisi lingkungan yang baik pula. Dengan dukungan yang positip dari kedua faktor tersebut, maka luas kotak C jauh lebih luas, yaitu duakali luas kotak A maupun B.

Ilustari dari gambar di atas dalam dunia pendidikan dikenal dengan hukum dasar pendidikan, yaitu pandangan para pakar pendidikan yang melihat aspek perkembangan pribadi seseorang ditentukan oleh lingkungan (Empirisme), potensi bawaan dari lahir (Nativisme), dan perpaduan antara lingkungan dan potensi bawaan (Konvergensi)

Pandangan Empirisme yang dipelopori oleh John Lock (1632-1704) mengatakan bahwa anak yang baru lahir bagaikan kertas putih yang tidak ada tulisan apa-apanya. Teori ini juga disebut sebagai Tabularasa (meja lilin). Karena kondisinya yang bersih belum ada tulisannya sama sekali, maka dalam perkembangan hidupnya anak akan menjadi apa sangat tergantung pada tulisan apa yang akan menggores pada kertas kosong tersebut. Kalau yang menggores tulisan yang baik, maka akan jadi anak yang baik, dan sebaliknya apabila yang menggores tersebut adalah tulisan yang jelek jadilah ia anak yang jelek. Tulisan yang akan menggores pada kertas kosong tersebut itulah yang dikategorikan sebagai lingkungan. Di sini pendidikan termasuk sebagai lingkungan, sehingga keberadaannya sangat dibutuhkan bagi individu manusia.

Nativisme memandang pribadi manusia yang baru lahir bertolak belakang dengan Empirisme. Nativisme memandang bahwa anak lahir sudah membawa suatu nativus (bakat), sehingga kelak ia akan menjadi apa sangat tergantung pada bakat yang dibawanya. Dengan demikian maka lingkungan tidak penting karena tidak akan memberikan kontribusi apa-apa terhadap potensi bawaan tertsebut. Oleh sebab itu faktor pendidikan menurut pandangan ini tidak diperlukan adanya. Pelopor teori ini ialah Arthur Schopenhuer (1788-1860)

Pandangan ketiga tampaknya mengkompromikan kedua pandangan di atas. Bagaimanapun kuatnya alasan kedua pandangan tersebut, namun keduanya dianggap kurang realistik. Suatu kenyataan bahwa potensi hereditas yang baik saja tanpa pengaruh lingkungan (pendidikan) yang positip tidak akan membina kepribadian yang ideal. Sebaliknya meskipun lingkungan (pendidikan) yang positip dan maksimal tidak akan menghasilkan perkembangan kepribadian yang ideal tanpa

didukung potensi hereditas yang baik. Oleh sebab itu perkembangan pribadi seseorang pada dasarnya adalah perpaduan atau hasil proses kerja sama di antara faktor potensi hereditas (internal) dan kondisi lingkungan atau pendidikan (eksternal). Setiap pribadi adalah hasil konvergensi faktor internal dan eksternal. Teori ini dipelopori oleh William Stern (1871 – 1938). Teori tersebut diformulasikan dalam sebuah rumus sebagai berikut.

P = HxE

Keterangan: P = Personality (kepribadian) H = Heredity (hereditas) E = Environment (lingkungan)

Pelajaran penting yang bisa diambil dari cara pelukisan

semacam ini ialah bahwa memperbaiki keadaan lingkungan

untuk sejumlah individu secara serentak tidak akan mengurangi perbedaan individu. Malahan sebaliknya, perbaikan lingkungan yang diberikan secara sama kepada sejumlah individu justru akan memperbesar perbedaan-perbedaan individu tersebut. Hal ini bisa kita terangkan dengan menggunakan effektivitas daripada lingkungan seperti yang sudah pernah kita singgung di muka. Suatu lingkungan tidak dengan sendirinya merangsang seorang individu untuk berbuat: Effektivitas dari lingkungan bergantung kepada bagaimana interprestasi individu yang bersangkutan terhadap nilai dari lingkungan tersebut.

Untuk jelasnya baiklah kita berikan suatu contoh. Da-lam suatu daerah yang terpencil di mana tidak ada sekolah, perpustakaan, televisi dan media pendidikan lainnya seorang anak yang cerdas akan tetap menjadi buta huruf seperti anak-ana,k lain di daerah itu. Akan tetapi dalam lingkungan yang lebih baik, misalnya jika kepada mereka diberikan kesempatan untuk bersekolah sampai setinggi-tingginya, anak yang lebih cerdas tadi akan berkembang jauh lebih pesat dar ri anak-anak lainnya. Kembali kepada gambar di atas. Kalau lingkungan individu A dan B dikalikan 2 (dua) maka perbedaan luas A dan B akan menjadi jauh lebih besar daripada perbedaan luas sebelumnya. Dengan demikian jika kita mewujudkan perbedaan individu yang disebabkan oleh faktorfaktor hereditas, dibutuhkan suatu lingkungan yang kaya yang penuh dengan rangsang-rangsang yang tepat.

Lingkungan dapat mengurangi timbulnya perbedaan-perbedaan individu. Menurut jalan pikiran yang telah

berbeda-beda tidak akan dapat dibentuk menjadi individu yang sama dengan jalan menempatkan mereka dalam lingkungan yang sama. Meskipun bukan maksudnya untuk membentuk individu yang sama, akan tetapi dalam praktek kadang-kadang kita memerlukan sekelompok individu yang memiliki keterampilan dan pengetahuan yang bersamaan. Sebagai sua-tu contoh dapat kita kemukakan pengajaran di sekolah-se-kolah kita. Untuk tiap-tiap kelas seolah-olah sudah ditentukan sebelumnya, keterampilan-keterampilan atau pengetahuan apa yang seharusnya sudah dimiliki oleh anak-anak dalam kelas itu, lepas dari persoalan bagaimana hereditas yang mereka miliki. Untuk mencapai maksud ini harus kita adakan semacam Kompensasi : artinya terhadap anak yang satu yang sudah miliki kecerdasan, keberanian dan usaha yang lebih besar tidak perlu lagi kita curahkan perhatian yang terlalu besar, sedangkan terhadap anak-anak yang agak lemah ku-rang usahanya kita berikan perhatian dan bantuan yang lebih banyak. Dengan demikian ,pada akhir tahun ajaran bisa kita mengharapkan sejumlah individu dengan kecakapan dan pengetahuan yang relatif bersamaan.

Kalau kita menengok kembali gambar di atas, keadaan semacam ini bisa dilukiskan sebagai individu B dan C. Mereka memiliki kualitas yang kira-kira bersamaan meskipun lingkungan dan hereditas mereka masing-masing berbeda. Dengan demikian dari lukisan ini kita bisa menarik suatu pe-lajaran bahwa kualitas yang bersamaan yang dimiliki oleh dua orang individu mungkin saja ditimbulkan oleh faktorfaktor yang berbeda.

Dalam dokumen Buku Isbd Baru (Halaman 56-61)