• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Keragaman dan Kesetaran

Dalam dokumen Buku Isbd Baru (Halaman 78-82)

Selamat Bekerja

1. Pengertian Keragaman dan Kesetaran

6. Jelaskan apa yang disebut dengan keluarga dan apa fungsinya ?

7. Dalam kehidupan sosial terdapat proses sosialisasi. Coba jelaskan dengan disertai contoh apa maksud dari sosialisasi?

8. Jelaskan apa arti istilah-istilah di bawah ini a) animal social

b) in-group out group c) primary-secondary group d) animal symbolicum e) animal educandum f) hayawanun natiq

Selamat Bekerja

BAB V

MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESETARAAN

Oleh : Tito Kusuma Wardhana, S.Sos

1. Pengertian Keragaman dan Kesetaran.

Keragaman dapat diartikan dengan suatu hal yang “banyak macamnya”, “beda” antara satu dan yang lainnya dan sifatnya tidak tunggal. Sedang kesetaraan dapat diartikan sebagai “sama”, “tidak berbeda” atau “sederajat”. Beberapa istilah yang dianggap sesuai dengan keragaman salah satunya ialah pluralitas (plurality) yaitu suatu konsep yang mengandaikan adanya “hal-hal yang lebih dari satu”xlvii. Sisi lain pluralitas adalah kemajemukan yang didasari oleh keutamaan (keunikan) dan kekhasan. Karena itu, pluralitas tidak dapat terwujud atau diadakan atau terbayangkan keberadaannya kecuali sebagai objek komparatif dari keseragaman dan kesatuan yang merangkum seluruh dimensinya.

Pluralitas juga tidak dapat disematkan kepada kesatuan yang tidak mempunyai parsial-parsial, atau yang bagian-bagiannya dipaksa untuk tidak menciptakan “keutamaan”, “keunikan” dan “kekhasan” tersendiri. Anggota suatu keluarga adalah bentuk pluralitas dalam rangka kesatuan keluarga dan sebagai antitesis darinya. Pria dan wanita adalah bentuk pluralitas dari kerangka kesatuan jiwa manusia. Bangsa-bangsa

kesatuan yang mencakup seluruh segi maka tidak dapat dibayangkan adanya kemajemukan, keunikan dan kekhasan atau pluralitas itu. Demikian juga sebaliknya.

Pluralitas, sebagaimana halnya seluruh fenomena pemikiran, memiliki sifat pertengahan (moderat atau adil), keseimbangan, juga mempunyai sisi yang ekstrem, baik yang melebih-lebihkan atau mengurang-ngurangkan. Sisi pertengahan (adil) serta keseimbangannyalah yang dapat memelihara hubungan antara kemajemukan, perbedaan dan pluralitas dan faktor kesamaan, pengikat dan kesatuan. Sementara itu disintegrasi dan kacau balau ditimbulkan oleh sikap ekstrem memusuhi yang tidak mengakui dan tidak memiliki faktor pemersatu atau pengikat. Juga oleh sikap penyeragaman (yang dianggap mengingkari adanya kekhasan dan perbedaan), yaitu sikap ekstrem represif dan otoriter yang menafikkan perbedaan masing-masing pihak dan keunikannyaxlix.

Pluralitas juga bisa dianggap sebagai motivator dalam menghadapi ujian, cobaan, kesulitan berkompetisi, dan berlomba-lomba dalam berkarya dan berkreasi diantara masing-masing pihak yang berbeda dalam peradaban. Dan jika tidak ada pluralitas, perbedaan dan perselisihan, maka tidak akan ada motivasi untuk berkompetisi, berlomba dan saling dorong diantara individu manusia dan peradaban, hal ini tentunya akan berakibat pada hidup yang stagnan dan tawar, serta mati tanpa dinamika. Juga manusia tidak akan dapat mewujudkan tujuan-tujuan hidup, yaitu agar manusia membangun bumi dan mengembangkan wujud peradabannya.

Sayyid Quthbl mengatakan bahwa adalah tabiat manusia untuk berbeda. Karena perbedaan ini adalah salah satu pokok dari pokok-pokok diciptakannya manusia, yang menghasilkan hikmah yang tinggi. Seperti penugasan makhluk manusia ini sebagai pemimpin di muka bumi, serta perbedaan mereka dalam persiapan dan potensi-potensi serta tugas yang diemban. Sehingga, pada gilirannya akan membawa kepada perbedaan dalam kerangka berfikir, kecenderungan metodologi yang dipegang, dan tekhnik-tekhnik yang ditempuh. Sementara, dengan perbedaan dan persaingan, manusia akan menggali potensi mereka yang terpendam, serta akan selalu terjaga dan berusaha mengeksplorasi kekayaan bumi ini, dengan menggunakan kekuatannya serta rahasia-rahasianya yang terpendam, yang pada akhirnya akan membawa kepada kebaikan, kemajuan dan pertumbuhan.

Namun, tindakan saling dorong dan saling membela, yang menjadi motivator dan diperkuat oleh kemajemukan dan perbedaan itu, diharapkan senantiasa memiliki sifat membawa manfaat, berada dalam kerangka kesatuan nilai yang konstan,

serta pokok-pokok yang menyatukan diantara pihak-pihak yang berselisih dan saling membela diri tersebut. Karena harus ada timbangan yang konstan pula, yang dianggap dapat memuaskan seluruh pihak yang berselisih dan kata akhir rujukan dalam berdebat, serta ada tujuan yang sama dari manusia.

Istilah lain yang digunakan untuk masyarakat yang terdiri dari agama, ras, bahasa, dan budaya yang berbeda, yakni keragaman (diversity) yang menunjukkan bahwa keberadaaan yang lebih dari satu itu berbeda-beda, heterogen dan bahkan tidak dapat disamakan. Pada abad ke-20, kemajemukan menjadi syarat demokrasi. Serba tunggal, misalnya, satu ideologi, satu partai politik, satu calon pemimpin, dianggap sebagai satu bentuk pemaksaan dari negarali.

Furnivall adalah yang pertama kali mengintroduksi konsep masyarakat majemuk pada waktu dia membahas kebijakan dan praktek-praktek pemerintahan jajahan di Indonesia. Dia menunjukkan bahwa sebuah masyarakat majemuk ditandai oleh penduduknya yang secara suku bangsa dan rasial saling berbeda yang hidup dalam satuan-satuan kelompok masing-masing, yang hanya bertemu di pasar. Ciri-ciri ini ada pada masyarakat jajahan yang merupakan produk dari politik ekonomi penjajahan untuk menguasai sumberdaya setempat yang ada. Produk dari politik ekonomi ini adalah adanya golongan penjajah yang mempersatukan secara paksa masyarakat-masyarakat pribumi kedalam sebuah masyarakat jajahan untuk diatur dan diperintah guna kepentingan ekonomi penjajah. Disamping golongan penjajah dan pribumi terdapat golongan pedagang perantara yang biasanya adalah orang-orang asing yang secara sosial dan rasial tidak tergolong sama dengan golongan penjajah ataupun golongan pribumi. Di Indonesia, tiga golongan ini terwujud secara vertikal sebagai orang Belanda dan Kulit Putih lainnya, orang Pribumi, dan orang Timur Asing (orang Cina dan Arab) yang masing-masing hidup dalam kelompok-kelompok dan pemukimannya sendiri menurut kebudayaan dan pranata-pranata masing-masing, dan keteraturan serta ketertiban kehidupan mereka diatur oleh hukum yang masing-masing berbeda satu dari lainnyalii.

Konsep Multikulturalisme juga dapat dianggap sesuai dengan masalah-masalah “perbedaan”, bahkan konsep ini juga mampu menjembatani perbedaan-perbedaan yang muncul dari kemajemukan. Apabila pluralitas sekedar mempresentasikan adanya kemajemukan (yang lebih dari satu), maka multikulturalisme memberikan penegasan bahwa dengan segala perbedaannya itu mereka adalah sama didalam ruang publik. Multikulturalisme menjadi semacam respons kebijakan baru

terhadap keragaman. Dengan kata lain, adanya komunitas-komunitas itu diperlakukan sama oleh negara.

Multikulturalisme adalah sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan. Perbedaan yang dimaksud adalah perbedaan-perbedaan individual atau orang-perorang dan perbedaan kebudayaan. Perbedaan kebudayaan mendorong upaya terwujudnya keanekaragaman atau pluralisme budaya sebagai sebuah corak kehidupan masyarakat yang mempunyai keanekaragaman kebudayaan, yaitu yang saling memahami dan menghormati kebudayaan-kebudayaan mereka yang berbeda satu dengan lainnya, termasuk kebudayaan dari mereka yang tergolong sebagai kelompok minoritasliii.

Dalam pengertian multikulturalisme, sebuah masyarakat bangsa dilihat sebagai memiliki sebuah kebudayaan yang utama dan berlaku umum (mainstream) di dalam kehidupan mesyarakat bangsa tersebut. Kebudayaan bangsa ini merupakan sebuah mozaik, dan yang didalam mozaik tersebut terdapat beranekaragam corak budaya yang merupakan ekspresi dari berbagai kebudayaan yang ada dalam masyarakt bangsa tersebut. Model multikulturalisme ini bertentangan dengan model monokulturalisme yang menekankan keseragaman atau kesatuan kebudayaan dengan melalui proses penyatuan kebudayaan-kebudayaan yang berbeda-beda ke dalam sebuah kebudayaan yang dominan dan mayoritas. Disamping itu juga melalui proses asimilasi atau pembauran dimana jatidiri dari kelompok-kelompok atau sukubangsa-sukubangsa minoritas harus mengganti jatidiri warganya menjadi sama dengan jatidiri dari kelompok atau suku bangsa yang dominan, dan mengadopsi cara-cara hidup atau kebudayaan dominan tersebut menjadi cara-cara hidup dan kebudayaannya yang baru. Dan bila mereka yang tergolong sebagai minoritas tidak melakukannya akan diasingkan dari masyarakat luas, bahkan kalau perlu dimusnahkanliv.

Dalam model multikulturalisme, penekanannya adalah pada kesederajatan ungkapan-ungkapan budaya yang berbeda-beda, pada pengkayaan budaya melalui pengadopsian unsur-unsur budaya yang dianggap paling cocok dan berguna bagi pelaku dalam kehidupannya tanpa ada hambatan berkenaan dengan asal kebudayaan yang diadopsi tersebut, karena adanya batas-batas suku bangsa yang primodial. Dalam masyarakat multibudaya atau multikultural, menurut Nathan Glazerlv, setiap orang adalah multikulturalis, karena setiap orang mempunyai kebudayaan yang bukan hanya berasal dari kebudayaan asal atau suku bangsa tetapi juga mempunyai kebudayaan yang berisikan kebudayaan-kebudayaan dari suku bangsa atau bangsa lain.

Multikulturalisme dilihat sebagai pengikat dan jembatan yang mengakomodasi perbedaan-perbedaan, termasuk perbedaan-perbedaan kesuku-bangsaan dan suku-bangsa dalam masyarakat yang multikultural. Pengertian ini mengacu pada pengertian bahwa perbedaan-perbedaan tersebut terwadahi di tempat-tempat umum, tempat kerja dan pasar, dan sistem nasional dalam hal kesetaraan derajat secara politik, hukum, ekonomi, dan sosial. Sedangkan kesukubangsaan dan masyarakat suku bangsa dengan kebudayaan suku bangsanya tetap dapat hidup dalam ruang lingkup atau suasana kesukubangsaanya. Tetapi didalam suasana-suasana nasional dan tempat-tempat umum yang seharusnya menjadi cirinya adalah kebangsaan dengan pluralisme budayanya, dan bukannya sesuatu kesukubangsaan atau sesuatu kebudayaan suku bangsa tertentu yang dominan.

2. Makna Keragaman dan Kesetaraan dalam Kehidupan

Dalam dokumen Buku Isbd Baru (Halaman 78-82)