• Tidak ada hasil yang ditemukan

IN FEED AND REJANG LEBONG DISTRICT Linda Harta dan Umi Pudji Astuti

Dalam dokumen jilid3 komoditas peternakan lainnya (Halaman 163-171)

143 Kandungan K 2 O Total

IN FEED AND REJANG LEBONG DISTRICT Linda Harta dan Umi Pudji Astuti

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119

e-mail : lindaharta@ymail.com ABSTRAK

Ternak ruminansia menghasilkan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair namun limbah tersebut belum dimanfaatkan secara optimal untuk kompos maupun pupuk cair. Demikian juga pada musim panen kopi, kulit kopi masih sedikit dimanfaatkan sebagai kompos dan pakan ternak. Masih rendahnya pengetahuan petani tentang pemanfaatan limbah ternak dan kulit kopi merupakan salah satu faktor permasalahan dalam mengoptimalkan potensi limbah ternak dan perkebunan kopi sebagai kompos dan pakan. Tujuan pengkajian adalah: (1) meningkatkan pengetahuan petani terhadap teknologi pembuatan pakan ternak dan pupuk kompos, (2) mengidentifikasi sikap petani terhadap teknologi pemanfaatan limbah kopi dan ternak. Pendekatan pengkajian melalui pertemuan tatap muka dengan melakukan demontrasi cara tentang pembuatan pakan ternak dari limbah kopi dan kompos berbahan baku kotoran ternak dan kulit kopi. Pengkajian dilaksanakan pada bulan Agustus 2015 dengan responden adalah kelompok Tani Gading Indah Desa Air Meles Bawah Kecamatan Curup Timur kabupaten Rejang Lebong sebanyak 30 orang. Data primer yang diambil meliputi karakteristik petani; pengetahuan sebelum demonstrasi dan setelah demonstrasi; dan respon petani dalam pemanfaatan limbah ternak dan perkebunan. Analisis data secara diskriptif dengan pendekatan interval kelas dan uji statistik nonparametrik test chi square. Hasil kajian memperlihatkan selisih peningkatan pengetahuan petani terhadap pemanfaatan limbah ternak dan perkebunan sebesar 25,71 dan 11,71 dengan kriteria tingkat pengetahuan tinggi. Sikap petani terhadap teknologi pembuatan pakan ternak dan kompos sebesar 4,60 dan 4,44 yang berada pada kriteria setuju. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan demontrasi cara secara signifikan meningkatkan pengetahuan dan respon petani terhadap teknologi pemanfaatan limbah ternak sebagai kompos dan perkebunan sebagai pakan.

Kata kunci : limbah kopi, limbah ternak, pengetahuan dan sikap

ABSTRACT

Ruminants produce waste, either solid or liquid waste, but the waste is not used optimally for compost and liquid fertilizer. When the harvest season of coffee comes, coffee skin is still slightly used as compost and livestock feed as well. The limited knowledge of farmers on the use of animal waste and coffee skin is one of the problems in optimizing the potential of livestock waste and coffee plantations as compost and feed. The purpose of the assessment is (1) to increase the knowledge of farmers for technology manufacture livestock feed and compost, (2) to identify the farmer's attitude towards waste utilization technologies of coffee and livestock. Assessment approach through face to face meetings by way of demonstration on the making of animal feed from coffee waste and compost made from manure and coffee skin. The assessment was held in August 2015 with 30 respondents from farmer groups Gading Indah, Air Meles Bawah village, Curup, Rejang Lebong regency. Primary data captured includes the characteristics of farmers; demonstration of knowledge before and after the demonstrations; and the response of farmers towards the livestock and farm waste utilization. The data analysis by the descriptive approach and the class interval nonparametric statistical test of chi-square test. The study results showed an increase difference farmers' knowledge on the utilization of livestock waste and plantation of 25.71 and 12 with a high knowledge level criteria. Farmer's attitude for technology manufacture livestock feed and compost amounted to 4.60 and 4.44 which are in the criteria agree. The demonstration activity shows of increasing knowledge and farmer's response to technological utilization of waste as compost and farm livestock feed.

146

PENDAHULUAN

Provinsi Bengkulu merupakan salah satu daerah yang mempunyai potensi pengembangan sapi potong dan perkebunan kopi, salah satunya adalah Kecamatan Curup Timur di Kabupaten Rejang Lebong yang merupakan daerah sentra pengembangan sapi potong dan perkebunan kopi. Mayoritas mata pencaharian masyarakatnya adalah berkebun kopi dengan luasan wilayah perkebunan 9.136 ha, dan sebagian masyarakatnya juga memelihara ternak sapi sebagai tabungan untuk meningkatkan pendapatan. Populasi ternak saat ini mencapai 511 ekor (BPP Kesambe Lama, 2016). Saat ini limbah ternak baik feses maupun urine belum dimanfaatkan secara optimal oleh petani. Seekor ternak sapi dengan berat badan 200 kg yang diberi air minum sebanyak 27 liter perhari akan dikeluarkan dalam bentuk urine sebanyak 13 liter dan menghasilkan feses sebanyak 13 kg/hari (Puslitbangnak, 2012). Kendala yang ada selama ini adalah petani belum memanfaatkan secara optimal limbah ternak baik padat maupun cair sebagai pupuk kompos dan pupuk organik cair untuk menggantikan ketergantungan terhadap pupuk anorganik.

Penggunaan pupuk anorganik secara berlebihan dalam waktu yang lama menyebabkan kondisi fisik tanah semakin buruk dimana bahan organiknya menjadi sangat rendah sehingga menyebabkan kondisi tanah menjadi “sakit”. Adiningsih (2005), menyarankan agar perbaikan kesehatan tanah dan peningkatan produktivitas lahan – lahan pertanian dapat dilakukan melalui pengelolaan tanah secara terpadu yang mencakup aspek kimia, fisik dan biologi tanah, dimana pengelolaan bahan organik merupakan salah satu komponen utama.

Pakan utama sapi potong adalah hijauan, saat ini ketersediaan hijauan semakin terbatas sehingga diperlukan pakan alternatif agar ketersediaan pakan tetap kontinue. Limbah perkebunan yaitu kulit kopi belum dimanfaatkan secara optimal oleh petani baik itu untuk pupuk organik maupun pakan. Ketersediaan kulit kopi pada saat musim panen cukup banyak dan hanya dibiarkan tertumpuk di sekitar pengolahan kopi, hanya sebagian kecil dimanfaatkan untuk pupuk kompos dan pakan ternak.

Peningkatan pendapatan petani kopi dan peternak dapat dilakukan dengan memanfaatkan limbah tanaman kopi dan limbah ternak yang saling berintegrasi antara tanaman kopi dengan ternak sapi. Prospek pengembangan ternak sapi cukup besar untuk memenuhi kebutuhan daging nasional, untuk mendukung program tersebut pendekatan yang dapat diterapkan adalah dengan mengoptimalkan potensi yang tersedia melalui sistem pertanian bioindustri pertanian berkelanjutan berbasis komoditas tanaman kopi diintegrasikan dengan ternak. Tanaman tersebut akan menghasilkan limbah yang sangat potensial untuk pakan ternak sapi, pupuk organik dan bahan pembenah tanah lainnya. Limbah ternak berupa kotoran dapat diproses menjadi pupuk organik untuk memperbaiki produktivitas lahan agar tanaman yang ditanam nantinya dapat berproduksi tinggi.

Untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap petani terhadap teknologi pembuatan pakan ternak dan kompos dapat dilakukan melalui berbagai metode. Salah satu metode pembelajaran yang dapat dilakukan yaitu metode demonstrasi. Demonstrasi merupakan bentuk penyajian materi yang disiapkan secara cermat, tentang cara penggunaan prosedur dalam pelaksanaan suatu kegiatan yang berupa penjelasan mengenai sesuatu hal dengan dibantu media tertentu (Suwandi, 2016). Demonstrasi terdiri dari dua bentuk yaitu demonstrasi cara dan demonstrasi hasil. Dengan metode demonstrasi penyuluh dapat memperlihatkan dengan jelas kepada petani tentang penggunaan teknologi baru dan cara kerja yang lebih baik (demonstrasi cara) atau memperlihatkan hasil suatu cara kerja baru agar para petani mengetahui apakah cocok untuk diterapkan atau tidak (demonstrasi hasil). Menurut Mardiyanto (2015) Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain adalah pendidikan, umur, pekerjaan, minat, pengetahuan dan informasi.

Dalam rangka mempercepat penyebaran inovasi teknologi ke pengguna di lapang diperlukan metode yang efektif untuk penyaluran inovasi teknologi. Salah satu metode melalui kegiatan demonstrasi diharapkan dapat mempercepat proses transfer inovasi teknologi sehingga mampu meningkatkan pengetahuan dan sikap petani terhadap inovasi teknologi pembuatan pakan dan teknologi pengolahan pupuk kompos. Berdasarkan latar belakang tersebut tujuan kajian ini untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap petani terhadap teknologi pemanfaatan limbah perkebunan untuk pakan ternak (kulit kopi) dan peternakan (feses) melalui kegiatan demonstrasi di Kabupaten Rejang Lebong.

147

METODE PENELITIAN

Pengkajian dilaksanakan pada bulan Agustus 2015dengan metode pertemuan tatap muka melalui demontrasi cara pembuatan pakan ternak dari limbah kopi dan kompos berbahan baku kotoran ternak dan kulit kopi. Lokasi pengkajian dilaksanakan di pusat kegiatan model sistem pertanian bioindustri berbasis integrasi tanaman ternak di Desa Air Meles Bawah Kabupaten Rejang Lebong. Responden adalah kelompok tani Gading Indah sebanyak 30 orang. Data primer yang diambil meliputi karakteristik petani; pengetahuan sebelum demonstrasi dan setelah demonstrasi; dan respon petani dalam pemanfaatan limbah ternak dan perkebunan.

Data yang dikumpulkan, ditabulasi dan selanjutnya dilakukan analisis terhadap tingkat pengetahuan sebelum dan setelah dilaksanakan demontrasi dan respon petani terhadap metode penyuluhan (demcara) menggunakan statistik deskriptif dan interval kelas. Menurut Nasution dan Barizi dalam Rentha, T (2007), penentuan interval kelas untuk masing-masing indikator adalah : NR = NST – NSR dan PI = NR : JIK

Dimana :NR: Nilai Range , PI: Panjang Interval NST: Nilai Skor Tertinggi , JIK : Jumlah Interval Kelas NSR: Nilai Skor Terendah

Peningkatan pengetahuan responden dianalisis dengan menggunakan uji statistik non parametrik chi square dengan rumus Martono (2010):

2= ∑ �� − �ℎ 2�ℎ

Keterangan : X2 : chi kuadrat

fo : frekuensi yang diperoleh dari hasil observasi sampel (frekuensi observasi)

fh : frekuensi yang diharapkan dalam sampel sebagai pencerminan dari frekuensi yang diharapkan dalam populasi (frekuensi harapan).

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang diperoleh antara lain umur dan tingkat pendidikan yang tersaji dalam tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik petani di desa air meles bawah tahun 2015

No. Karakteristik Petani Kelompok (tahun) Jumlah (orang) %

1. Umur 15 – 25 26 – 35 36 – 45 46 – 55 56 – 65 4 6 11 6 3 13,33 20,00 36,67 20,00 10,00 Jumlah 30 100,00 2. Pendidikan SD SMP SMA S1 9 7 9 5 30 23,33 30 16,67 Jumlah 30 100,00

Sumber : Data primer (2015)

Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata umur responden adalah 39 tahun 4 bulan dan mayoritas responden (36,67%) berumur 36 – 45 tahun. Kondisi ini menunjukkan usia produktif yang secara fisik memiliki kemampuan untuk berusahatani. Menurut Klenden (2014), semakin muda umur responden, semakin tanggap terhadap inovasi baru sehingga semakin tinggi peluang petani mengadopsi inovasi teknologi, sedangkan yang lebih tua pada umumnya bertahan pada sistem yang lama yang sudah biasa diterapkan oleh masyarakat.

148

Tingkat pendidikan responden sebagian besar SD dan SMA (30%), diasumsikan bahwa tingkat pendidikan akan mempengaruhi tingkat pengetahuan responden. Pendidikan formal sangat mempengaruhi tingkat perilaku (baik pengetahuan, sikap, dan keterampilan) seseorang dalam pengambilan keputusan, dan cara berpikir terhadap informasi inovasi teknologi yang disampaikan. Disamping itu juga semakin tinggi umur petani maka kemampuan belajar semakin rendah. Menurut Nazariah (2015), pendidikan mempengaruhi pola pikir, keterampilan, sikap dan pengambilan keputusan dan tingkat pendidikan juga sangat mempengaruhi dalam menerima informasi, menyerap dan memahami suatu informasi teknologi. Senada dengan hal tersebut, Drakel (2008) menyatakan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi cara berpikir terhadap respon-respon inovatif dan perubahan-perubahan yang dianjurkan. Dalam hal menerima inovasi baru, responden dengan kondisi ini tergolong dalam kelompok mudah menerima inovasi baru.

Pengaruh Penyuluhan dengan Metode Demontrasi Terhadap Peningkatan Pengetahuan

Pengetahuan merupakan tahap awal untuk terjadinya persepsi yang akan melahirkan sikap yang diikuti dengan perbuatan. Pengetahuan yang tinggi tentang inovasi teknologi akan mendorong seorang untuk berubah, artinya pengetahuan yang tinggi dimiliki oleh individu yang mempunyai tingkat kesadaran yang tinggi pula. Menurut Hamtiah, et al. (2012), semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin besar peluang tingkat pengetahuan yang diperoleh dan semakin tua umur peternak yaitu 60 tahun keatas maka daya ingat yang ditangkap berkurang sehingga pengetahuan yang diperoleh tetap. Hal ini juga sejalan dengan Kansrini (2016), menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan petani maka kemampuannya dalam mengadopsi teknologi dibidang pertanian juga tinggi. Tabel 2 memperlihatkan bahwa pengetahuan petani mengenai pembuatan pakan yang berasal dari kulit kopi meningkat dari 50,86 menjadi 76,57. Selisih peningkatan sebesar 25,71 diduga karena responden belum banyak memahami dan menerapkan pengolahan kompos dan fermentasi kulit kopi untuk pakan.

Tabel 2. Deskripsi tingkat pengetahuan petani terhadap teknologi pembuatan fermentasi kulit kopi tahun 2015

Uraian Skor Pengetahuan Responden*

Sebelum Kriteria Sesudah Kriteria

Manfaat limbah tanaman kopi 57 Sedang 90 Tinggi

Limbah tanaman kopi yang bisa dimanfaatkan 50 Sedang 77 Tinggi Teknologi dalam aplikasi pemanfaatan limbah

perkebunan

33 Rendah 73 Tinggi

Pengertian fermentasi 50 Sedang 73 Tinggi

Kondisi kulit kopi yang akan digunakan sebagai pakan ternak

63 Sedang 77 Tinggi

Keuntungan dari fermentasi kulit kopi 50 Sedang 73 Tinggi Manfaat proses fermentasi kulit kopi 53 Sedang 73 Tinggi

Jumlah 356 536

Rata – rata 50,86 Sedang 76,57 Tinggi

Sumber : Data primer (2015)

Keterangan * 0,00 ≤ x ≤ 33 = Rendah;33 < x ≤ 67 = Sedang; 67 < x ≤ 1,00 = Tinggi;

Demikian juga setelah data diuji dengan menggunakan analisis statistik non parametrik chi square (Tabel 3) terlihat ada perbedaan yang sangat signifikan pengetahuan petani sebelum dan sesudah penyuluhan, dimana nilai signifikan 0,000 < 0,05, artinya terjadi perubahan yang signifikan tentang pengetahuan teknologi pembuatan pakan ternak.

149

Tabel 3. Pengetahuan petani sebelum dan sesudah penyuluhan tahun 2015

Pre Post

Chi-Square 19.000a 27.600b

Asymp. Sig. .004 .000

Sumber : Data primer (2015)

Pengetahuan petani terhadap pembuatan kompos dari kotoran ternak (Tabel 4) meningkat dari 64,43 menjadi 76,14 atau 11,72 diduga disebabkan oleh pengalaman petani yang sudah cukup lama dalam memanfaatkan kotoran ternak yang digunakan sebagai pupuk kompos ke tanaman mereka tetapi petani dari segi teknologi yang digunakan masih rendah karena dalam proses pembuatan kompos tidak menggunakan decomposer. Tingkat pengetahuan petani terhadap teknologi pengawetan dan pengolahan pakan yang berbasis kulit kopi baru sebesar 17,50% dan yang menerapkan hanya 5 % sedangkan yang melakukan pemupukan (anorganik) tanaman kopi sebesar 14% dan tidak melakukan pemupukan sebesar 84% (BPTP Bengkulu, 2015). Melalui metode demontrasi transfer inovasi teknologi pengolahan pakan dan teknologi pengolahan pupuk kompos diharapkan adanya perubahan perilaku petani terhadap penerapan komponen teknologi tersebut.

Tabel 4. Deskripsi tingkat pengetahuan petani terhadap teknologi pembuatan kompos tahun 2015

Uraian Skor Pengetahuan Responden*

Sebelum Kriteria Sesudah Kriteria Manfaat limbah tanaman kopi 70,00 Tinggi 86,00 Tinggi

Manfaat menggunakan kompos 60,00 Sedang 63,00 Sedang

Teknologi dalam aplikasi pemanfaatan kotoran ternak 80,00 Tinggi 100 Tinggi

Penggunaan decomposer 17,00 Rendah 27,00 Rendah

Bahan yang digunakan untuk pembuatan kompos 67,00 Sedang 77,00 Tinggi

Tempat pembuatan kompos 77,00 Tinggi 83,00 Tinggi

Ciri – ciri kompos yang sudah matang 80,00 Tinggi 97,00 Tinggi

Jumlah 451 533

Rata – rata 64,43 Sedang 76,14 Tinggi

Sumber : Data primer (2015)

Keterangan : * 0,00 ≤ x ≤ 33 = Rendah; 33 < x ≤ 67 = Sedang; 67 < x ≤ 100 = Tinggi;

Metode penyuluhan melalui demonstrasi cara dapat meningkatkan pengetahuan petani terhadap teknologi pembuatan pakan yang berasal dari limbah perkebunan, begitu juga dengan teknologi pembuatan kompos. Suwandi (2006), mengemukakan bahwa demonstrasi merupakan bentuk penyajian materi yang disiapkan secara cermat, tentang cara penggunaan prosedur dalam pelaksanaan suatu kegiatan yang berupa penjelasan mengenai sesuatu hal dengan dibantu media tertentu. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Sefrizon (2011), menyebutkan bahwa melalui metode penyuluhan ceramah, diskusi kelompok dan demontrasi dapat memberikan perbedaan pengetahuan dan keterampilan.

Peningkatan pengetahuan petani merupakan bagian yang penting dalam proses adopsi inovasi, seperti yang dikemukakan oleh Notoatmodjo dalam Lubis, (2013) salah satu strategi untuk perubahan perilaku adalah pemberian informasi guna meningkatkan pengetahuan sehingga timbul kesadaran yang pada akhirnya orang akan berperilaku sesuai dengan pengetahuannya tersebut. Jika pengetahuan tinggi dan individu bersikap positif terhadap suatu teknologi baru di bidang pertanian, maka penerapan teknologi tersebut akan menjadi lebih sempurna, yang pada akhirnya akan memberikan hasil secara lebih memuaskan baik secara kuantitas maupun kualitas. Syafruddin, et al. (2006) menyatakan bahwa setiap individu memiliki kemampuan berbeda untuk mengembangkan pengetahuan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik individu tersebut.

Hasil pengkajian setelah diuji dengan menggunakan analisis statistik non parametrik chi square memperlihatkan ada perbedaan yang signifikan pengetahuan petani sebelum dan sesudah penyuluhan (Tabel 5). Dimana nilai signifikan 0,001< 0,05, artinya terjadi perubahan pengetahuan yang signifikan tentang teknologi pembuatan kompos.

150

Tabel 5. Pengetahuan petani sebelum dan sesudah penyuluhan tahun 2015

Pre Post

Chi-Square 19.000a 27.600b

Asymp. Sig. .018 .001

Sumber : Data primer (2015)

Tiap karakter yang melekat pada individu akan membentuk kepribadian dan orientasi perilaku tersendiri dengan cara yang berbeda pula. Dengan meningkatnya pengetahuan petani, diharapkan proses transfer teknologi pembuatan kulit kopi untuk pakan ternak dan pembuatan kompos dapat dengan cepat diterapkan dan mengurangi dalam penggunaan pupuk kimiawi, sehingga dapat meningkatkan produktifitas ternak dan dapat meningkatkan perekonomian petani.

Pengaruh Penyuluhan dengan Metode Demontrasi Terhadap Sikap

Hasil kajian terhadap sikap petani terhadap teknologi pembuatan pakan ternak dan teknologi pembuatan kompos tersaji pada tabel 6.

Tabel 6. Deskripsi sikap petani terhadap kegiatan demonstrasi cara di Desa Air Meles Bawah Tahun 2015.

Uraian Respon responden* Kriteria

Teknologi pembuatan pakan ternak 4,60 Setuju

Teknologi pembuatan kompos 4,44 Setuju

Jumlah 9,04

Rata – rata 4,52 Setuju

Sumber : Data primer (2015)

Keterangan * 3,00 ≤ x ≤ 3,4 = sangat tidak setuju, 3,4 < x ≤ 3,8 = tidak setuju, 3,8 < x ≤ 4,2 =cukup setuju, 4,2 < x ≤ 4,6 = setuju, 4,6 < x ≤ 5,00 = sangat setuju

Hasil analisis data menunjukkan bahwa sikap petani terhadap teknologi pembuatan pakan dan kompos berada pada kategori setuju artinya dengan adanya kegiatan penyuluhan melalui metode demontrasi cara teknologi pembuatan pakan dan teknologi pembuatan kompos secara langsung sudah adanya minat petani untuk merubah perilaku dalam mengadopsi teknologi pembuatan pakan dan kompos.

Perubahan sikap pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor pengetahuan dan keyakinan/kepercayaan yang didapatkan dari hasil penginderaan, yang salah satunya didapat melalui pendidikan atau proses belajar (Lubis et al., 2001). Dari hasil pengkajian Rahmawati, et al. (2007), perubahan sikap dipengaruhi sejauh mana isi komunikasi atau rangsangan diperhatikan, dipahami dan diterima sehingga memberikan respon positif. Selain itu, pembentukan sikap tidaklah mudah karena tidak terlepas dari adanya faktor yang mempengaruhi responden, seperti pengalaman pribadi responden, kebudayaan, media massa serta faktor emosi dalam diri individu.

Hasil evaluasi/analisis melalui demonstrasi cara sebagai metode penyuluhan secara kelompok mengenai teknologi pembuatan fermentasi kulit kopi dan teknologi pembuatan kompos kepada petani dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap petani. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Lubis, et al. (2013) tentang pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah dan diskusi terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap anak tentang pengolahan hidup bersih dan sehat (PHBS) di Sekolah Dasar Negeri, penyuluhan melalui metode diskusi dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap anak tentang PHBS. Demikian juga dengan hasil penelitian Far (2014) tentang respon petani terhadap penerapan metode penyuluhan di Kota Ambon, menyebutkan respon petani terhadap metode yang digunakan dalam penyuluhan pertanian lebih banyak menggunakan metode pendekatan secara kelompok karena lebih efisien dari metode pendekatan perorangan dan metode pendekatan massal.

151

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Pengetahuan petani tentang teknologi pembuatan pakan (kulit kopi) dengan teknologi fermentasi dan teknologi pembuatan kompos melalui kegiatan demontrasi cara meningkat yaitu sebesar 25,71 dan 11,71.

2. Sikap petani terhadap teknologi pembuatan pakan ternak sebesar 4,60 dan kompos sebesar 4,44 yang berada pada kriteria setuju.

3. Kegiatan demontrasi cara secara signifikan meningkatkan pengetahuan dan sikap petani terhadap teknologi pemanfaatan limbah ternak sebagai kompos dan perkebunan sebagai pakan.

4. Peran penyuluh sangat dibutuhkan dalam penyebaran inovasi teknologi pembuatan pakan dan kompos.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada Kepala Balai BPTP Bengkulu, Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP, Ir. Sri Suryani Rambe, M.Agr dan teman-teman tim kegiatan bioindustri kopi sapi yang telah membantu dan mendukung dalam penyempurnaan penulisan KTI dan kegiatan pengkajian di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, J. S dan F. Agus. 2005. Petunjuk penggunaan perangkat uji tanah sawah (paddy soil test kit) versi 1.0. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

BPTP Bengkulu. 2015. Laporan Pariticipatory Rural Appraisal (PRA): Model sistem pertanian bio industri berbasis integrasi tanaman-ternak spesifik lokasi di Propinsi Bengkulu Tahun 2015. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu. Bengkulu.

BPP Kesambe Lama. 2015. Programa balai penyuluhan pertanian tahun 2015. Kecamatan Curup Timur. Kabupaten Rejang Lebong.

Drakel, A. 2008. Analisis usahatani terhadap masyarakat kehutanan di dusun gumi desa akelamo kota tidore kepulauan. Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan: 1

Far, R.A. F. 2014. Respon petani terhadap penerapan metode penyuluhan pertanian di Kota Ambon Provinsi Maluku. Jurnal Budidaya Pertanian: 10 (1): 48-51.

Hamtiah, S., Dwijatmiko, S dan Satmoko, S. 2012. Efektifitas media audio visual (video) terhadap tingkat pengetahuan petani ternak sapi perah tentang kualitas susu di indrokilo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Animal Agriculture journal: 1( 2): 322 – 330.

Kansrini, Y. 2010. Kajian pengetahuan dan sikap petani dalam mengendalikan hama penggerek buah kakao (PBK) di Kecamatan Biru – Biru Kabuaten Deli Serdang. www.sttppmedan.ac.id/pdf/jurnal%20vol%205/8-yuli.pdf. [Diunduh Tgl 12 September 2016].

Klenden, Y.L. 2014. Faktor – faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi infus asap di kabupaten timur tengah selatan, NTT – Indonesia. KAWISTARA: 4 (2): 111-224.

Lubis, Z., Akbar, S., Lubis, N., Lumongan dan Syarial, E. 2013. Pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah dan diskusi terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap anak tentang PHBS di sekolah dasar negeri 065014 Kelurahan Namogajah Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2013. Jurnal.usu.ac.id/index.php/kpkb/article/download/2085/1127. [Diunduh Tgl 12 September 2016].

Martono, N. 2010. Statistik sosial teori dan aplikasi program SPSS. Penerbit Gava Media. Yogyakarta. Mardiyanto, T.C,. Prastuti dan Reni, T. 2015. Efektifitas pelatihan teknologi budidaya cabe rawit merah ramah lingkungan dengan metode ceramah di Kabupaten Demak. Dalam Prosiding Seminar Nasional yang diselenggarakan pada tanggal 24 – 25 Agustus di Bogor, Temu teknis jabatan fungsional non peneliti. Halaman :361-370.

Nazariah. 2015. Percepatan difusi teknologi ptt kedelai di provinsi aceh. Dalam Prosiding Seminar Nasional yang diselenggarakan pada tanggal 24 – 25 Agustus di Bogor, Temu teknis jabatan fungsional non peneliti. Halaman :93-99.

152

Puslitbangnak. 2012. Pedoman umum pembibitan dan penggemukan sapi potong. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian.

Dalam dokumen jilid3 komoditas peternakan lainnya (Halaman 163-171)