• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Pertambahan Berat Badan Ternak Selama pengkajian

Dalam dokumen jilid3 komoditas peternakan lainnya (Halaman 104-107)

Keywords: Beef cattle, Lokal Feed, palm kernel cake (PKC)

HASIL DAN PEMBAHASAN Pertambahan Berat Badan Ternak Selama pengkajian

Pertumbuhan berat badan ternak diporoleh dari perlakuan pakan menggunakan pakan berbasis fermentasi jerami padi dan BIS. Pertumbuhan ternak yang diperoleh dibandingkan dengan pertumbuhan berat badan ternak menggunakan pakan yang biasa diberikan peternak, dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Grafik 1.Data Primer (2012)

Dari Grafik diatas terlihat bahwa dengan penggunaan pakanjerami fermentasi dan BIS dapat meningkatkan berat badan rata-rata sapi potongsebesar (0,65 kg/hari), sementara penggunaan pakan yang biasa diberikan peternak hanya dapat meningkatkan sebesar (0,25 kg/hr). hal ini memperlihatkan bahwa dengan penggunaan pakan berbasis limbah lokal seperti jerami fermentasi dan bungkil inti sawit dapat meningkatkan bobot badan ternak dibandingkan dengan pakan yang biasa diberikan peternak. Penelitian Serli dkk (2012), menyatakan pertambahan berat badan harian ternak yang diberi perlakuan formulasi pakan BIS menunjukkan bahwa sapi mengalami pertambahan berat badan selama kegiatan. Variasi pakan yang diberikan ke ternak sangat berpengaruh terhadap bobot badannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Yanovi et al. (2011) yang menyatakan bahwa perbedaan pertambahan berat badan antar perlakuan kemungkinan disebabkan pengaruh variasi bahan pakan, kualitas dan kuantitas ransum. Pemberian kulit kakao fermentasi sebagai pakan suplemen mengakibatkan penyajian pakan lebih bervariasi dengan komposisi seimbang, sehingga kebutuhan akan nutrisi tercukupi termasuk yang tidak dapat terpenuhi oleh hijauan. Disamping itu sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh BPTP Sumbar pada tahun 2011 di Kabupaten Pasaman Barat (Wirdahayati et al., 2011) bahwa dengan penggunaan BIS pada sapi potong dapat meningkatkan berat badan ternak sebesar (0,6 kg/hari) dan di Kabupaten Dharmasraya (Bamualim et al., 2011) juga menunjukkan hasil yang cukup memuaskan dengan memberi pakan tambahan bungkil inti sawit (BIS) pada ternak sapi dapat meningkatkan berat badan ternak sebesar (0,47 kg/hari).

Kandungan Nutrisi

Limbah pertanian seperti halnya limbah/jerami, limbah perkebunan sawitdan lain-lain sangat potensial untuk pakan ternak karena mengandung bahan-bahan nutrisi yang dibutuhkan ternak dengan melalui proses fermentasi. Fermentasi bertujuan meningkatkan nilai gizi pakan berserat tinggi. Fermentasi dapat menghidrolisis protein, lemak, sellulosa, lignin dan polisakarida lain, sehingga bahan yang difermentasi akan mempunyai daya cerna yang lebih tinggi, selama proses fermentasi terjadi pertumbuhan kapang, selain dihasilkan enzim juga dihasilkan protein ekstraseluler dan protein hasil metabolisme kapang sehingga terjadi peningkatan kadar protein. Fermentasi akan meningkatkan Total Digestible Nutrien (TDN) dari bahan menjadi 70% (Serli et al., 2012).

Pertumbuhan mikroba yang baik akan menyebabkan kecernaan pakan juga menjadi lebih baik (Zein, 2009). Kandungan lignin pada kulit buah kakao fermentasi rendah disebabkan karena perlakuan fermentasi dengan urea mampu melonggarkan ikatan lignin selulosa sehingga lebih mudah dicerna oleh mikroba rumen dan fermentasi dapat meningkatkan kandungan protein yang tinggi (Nguyen et al., 2001; Granzin & Dryden, 2003). Dibawah ini terlihat perbandingan nutrisi pada setiap perlakuan yang diberikan: 250,00 270,00 290,00 310,00 330,00 350,00 370,00 390,00 1 2 3 4 5 6 7 Kontrol JF _+ BIS

89

Tabel 1. Kualitas pakan yang diberikan peternak (kontrol=Perlakuan I)

Bahan Jumlah (kg) BK (%) TDN (%) PK (%) Rumput lapang 15,0 - 49.65 6.69 Dedak padi 1,0 91,3 55,5 10 Sumber : Wirdahayati (2012).

Tabel 2. Perlakuan II= Pakan demonstrasi Jerami Fermentasi + BIS

Bahan Jumlah (kg) BK (%) TDN (%) PK (%)

Jerami fermentasi 10 50 43,2 11

BIS 2,0 92.5 67.4 14.1

Mineral 0,01 - - -

Sumber : Wirdahayati (2012).

Pada Tabel 1 dan 2 terlihat bahwa perlakuan II memiliki protein ransum dan TDN lebih tinggi lebih tinggi dibandingkan perlakuan I. Kandungan ini telah diatas rata-rata kebutuhan pokok pertumbuhan sapi potong yang terdapat pada Tabel 3.

Menurut Kearl (1982), kebutuhan pakan untuk hidup pokok dan pertumbuhan sapi potong dengan berat badan seperti yang disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Kebutuhan Pakan Untuk Hidup Pokok.

Berat Badan (kg) BK (Kg) TDN(%) Protein (g)

250 6,2 3,3 564

300 7,1 3,8 604

Sumber: Kearl (1982). Efesiensi Biaya Pakan

Keuntungan penggunaan pakan berbasis pakan lokal seperti jerami fermentasi dan BIS, selain meningkatkan pertumbuhan berat badan ternak sapi potong juga dapat menekan tingkat efesiensi biaya pakan. Sumberdaya pakan lokal seperti limbah/sisa pertanian umumnya belum dimanfaatkan secara optimal, pada lokasi penelitian belum terlalu diperhatikan masyarakat untuk dijadikan pakan ternak sehingga harganya masih relatif murah. Pada tabel dibawah ini menunjukkan tingkat efesiensi biaya pakan pada masing-masing perlakuan.

Tabel 5. Perbandingan Tingkat Efesiensi Biaya Pakan Pada Masing-Masing Perlakuan.

Bahan Pakan

Kelompok I Kelompok II

Biaya (Rp) Jumlah (kg) Biaya (Rp) Jumlah (kg) Jerami Fermentasi/JF - - 3000 10 Rumput Lapang 10.000 15 Dedak padi 2.000 1 - - BIS - - 3000 2 Mineral - - 150 0.01 Harga pakan (Rp) 12.000 6.150

Sumber : Data Primer (2012).

Hasil penelitian Roswita, dkk (2011) menunjukan bahwa dalam budidaya ternak, pertambahan berat badan sapi baru mancapai 0,4-0,5 kg/ekor/hari dengan biaya pakan yang cukup tinggi yaitu Rp 10.000,-/ekor/hari. Tetapi dengan pemanfaatan sumberdaya lokal biaya untuk kebutuhan pakan dapat lebih ditekan. Biaya pakan dengan penggunaan jerami fermentasi dan BIS hanya sebesar Rp. 6.150 sedangkan biaya pakan yang biasa diberikan dengan pola petani sebesar Rp. 12.000. data ini membuktikan bahwa dengan penggunaan pakan berbasis bahan pakan lokal seperti jerami fermentasi dan bungkil inti sawit mampu menekan efisiensi biaya pakan sebesar Rp. 5.850. Hal ini disebabkan karena limbah dari pabrik sawit yaitu BIS dengan kandungan protein yang tinggi dapat diperoleh dengan harga yang relatif murah yaitu Rp. 1500/kg dapat kita gantikan dengan dedak yang relatif lebih mahal Rp. 2000/kg. Sementara hijauan yang relatif lebih mahal dapat kita subsitusi dengan jerami padi yang difermentasikan.

90

KESIMPULAN

1. Pertambahan berat badan harian ternak, berat badan menggunakan kontrol (0,25 kg/hr) dan penggunaan Jerami fermentasi dan BIS (0,65 kg/hr).

2. Biaya pakan dengan penggunaan jerami fermentasi dan BIS hanya sebesar Rp. 6.150 sedangkan kontrol sebesar Rp. 12.000. Ini mampu menekan efisiensi biaya pakan sebesar Rp. 5.850.

DAFTAR PUSTAKA

Bamualim, A., Y. Hendri, Wirdahayati R.B., H. Surya, Aguswarman, Sadar, Ratna A.D., J.M. Muis, R. Wahyuni, Agusviwarman, Nasril dan Supriyadi. 2011. Kajian pemanfaatan nilai jual sapi lokal (40%) dengan perbaikan kualitas dan kuantitas pakan berbasis sawit di Sumatera Barat. Laporan hasil pengkajian BPTP Sumatera Barat TA 2011.

Diwyanto, K dan Haryanto, B. 2001. Importance of integration in sustainable farming system. International Seminar : Integration of Agricultural and Environmental Policies in an Environmental Age. August 20-25 KREI/FFTC-ASPAC. Seoul Korea.

Granzin, B.C. & G. Dryden. 2003. Effect of alkali, oxidants and urea treatment on the nutritive value Rhodes grass (Chloris gayana). Anim. Feed. Sci. Tech.103: 113–122.

Husni, S., Agusviwarman, Nirwansyah, Ermidias, Asmak, Nasril. 2009. Laporan Demostrasi dan Ujicoba Teknologi Pakan Sapi Potong Mendukung Kegiatan FMA. Balai pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat.

Kearl, L.C. 1982. Nutrient Requirement of Ruminants in Developing Countries. Utah State University Logan Utah USA.

Nguyen, X.T.,C.X. Dan, L.V. Ly, & F. Sundstol.2001. Effect of urea concentration, moisture content and duration of treatment on chemical composition of alkali treated rice straw. Livest.

Res. Rural. Develop.10 (1). [diakses pada situs

http://www.cipav.org.co/lrrd/lrrd10/1/trac101.htm].

Roswita, R., N. Hasan, Hayani, I. Manti, I. Rusli, Buharman, Aryunis, Syafril. 2010. Laporan Studi Dampak dan Pengukuran Indikator FEATI. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat.

Serli dan kawan-kawan, 2011. Kajian pemberian pakan kulit kakao fermentasi terhadap pertumbuhan sapi bali. Jurnal Agrisistem, Vol. 7 No. 2, Desember 2011.

Wirdahayati, dkk. 2012. Pengkajian Teknologi Surge Feeding Pada Induk Sapi Potong Berbasis Pakan Lokal Mendukung Program Kredit Usaha Pembibitan Sapi (Kups) Di Sumatera Barat. Laporan hasil pengkajian BPTP Sumatera Barat TA 2012.

Wirdahayati R.B., Y. Hendri, A. Bamualim, Ratna A.D., J.M. Muis, R. Wahyuni, Ermidias dan Asmak. 2011. Inovasi teknologi peternakan sapi dengan pakan suplemen by-produk agro industri sawit dan jagung mendukung program Pemda Sumatera Barat satu Petani Satu Sapi (SPSS). Laporan hasil pengkajian BPTP Sumatera Barat TA 2011.

Wirdahayati R.B. dan A. Bamualim 2006. Profil Peternakan Sapi dan Kerbau di Propinsi Sumatera Barat. Prosiding Seminar Nasional Peternakan BPTP Sumatera Barat.

Yanovi. H, P. Yufdi, dan Azwir K. 2011. Pengaruh pemberian pakan suplemen (kulit kakao fermentasi) terhadap pertambahan beratbadan sapi persilangan simental. Prosiding Seminar Nasional Pengkajian dan Diseminasi Inovasi Pertanian Mendukung Program Strategis Kementerian Pertanian Buku 1, Cisarua, 9-11 Desember 2010.

Zain, M. 2009. Substitusi rumput lapangan dengan kulit buah coklat amoniasi dalam ransum domba lokal. J.Media Peternakan 32: 47–52.

91

PEMANFAATAN BAHAN LOKAL DALAM MENINGKATKAN KUALITAS

Dalam dokumen jilid3 komoditas peternakan lainnya (Halaman 104-107)