• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum dan Daya Dukung Lahan Pertanian

Dalam dokumen jilid3 komoditas peternakan lainnya (Halaman 185-191)

158 Efisiensi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum dan Daya Dukung Lahan Pertanian

Wilayah geografis Kabupaten Padang Lawas terletak pada 1O26’-2O11’ Lintang Utara, 91O01’-95O53’ Bujur Timur dan 0-1,915 m diatas permukaan laut. Luas area ± 4.229,99 km2 (datar : 26.863 ha (6,35%), landau : 48.739 ha (11,52%), berbukit : 67.664 ha (16%), Bergunung : 279.733 ha (66,13%)). Jumlah penduduk 237.258 jiwa (laki-laki 118.888 jiwa, wanita 118.370 jiwa). Pemerintahan Kabupaten Padang Lawas terdiri dari 12 kecamatan, 303 desa dan 1 kelurahan. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Padang Lawas Utara, sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Riau (Kabupaten Rokan Hulu), sebelah Selaatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat (Kabupaten Pasaman) dan Kabupaten Mandiling Natal (Kecamatan Siabu), sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Mandailing Natal (BPS Padang Lawas, 2014).

Sektor pertanian masih mendominasi perekonomian Kabupaten Padang Lawas yaitu tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan kehutanan. Dengan pertimbangan daya dukung lahan yang ada,

168

sektor tanaman pangan, perkebunan dan peternakan kerbau masih sangat potensial untuk dikembangkan di daerah ini. Penggunaan lahan di Kabupaten Padang Lawas dapat dilihat pada Tabel 1.

Table 1. Kondisi penggunaan tanah di Kabupaten Padang Lawas (ha) 2013.

Kecamatan Lahan Sawah Pekarangan dan Bangunan Tegal/ Kebun Ladang/ Huma Penggembalaan Rawa tidak ditanami Hutan Rakyat Kolam/ Tebat Lahan sementara tidak ditanami Sosopan 350 2.400 9.646 400 - - 2.500 10.072 15.384 Ulu Barumun 1.037 3.963 500 - - 5.000 60 4.137 3.500 Barumun 1.591 500 62 20 350 8.672 6.000 650 45 Barumun Selatan 95 7.758 710 65 520 1.900 1.050 125 37 Lubuk Barumun 1.064 9.159 2.500 1.900 1.500 5.400 8.500 - - Sosa 1.695 18.000 1.612 226 478 32.911 5.133 198 932

Batang Lubu Sutam 375 6.500 8.600 9.000 - 9.375 8.687 9.163 6.500

Hutaraja Tinggi - 4.675 - 356 500 35.124 - 145 -

Huristak 2.145 12.743 385 - 112 20.171 175 34 -

Barumun Tengah 1.185 13.070 750 354 1.898 7.789 9.219 228 7.600

Aek Nabara Barumun 760 13.057 720 900 6.550 11.855 7.975 38 6.920

Sihapas Barumun 550 3.274 303 170 760 4.965 2.080 19 4.587

Padang Lawas 10.848 95.099 25.788 13.391 12.668 143.162 51.379 24.809 45.855

Sumber: BPS Padang Lawas (2014)

Karakteristik Ternak Kerbau Padang Lawas

Kabupaten Padang Lawas merupakan salah satu kabupaten yang memiliki populasi ternak kerbau yang paling besar di Sumatera Utara setelah Kabupaten Samosir. Populasi ternak kerbau Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013 adalah 12.786 ekor. Hamdan et al. (2011) berpendapat bahwa perkembangan populasi ternak kerbau di suatu daerah ditentukan berbagai faktor antara lain: kelahiran, kematian, pemotongan, pemasukan dan pengeluaran. Rincian data perkembangan ternak kerbau Kabupaten Padang Lawas perkecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan populasi ternak kerbau Kabupaten Padang Lawas masing-masing kecamatan Tahun 2013.

Kecamatan Pop. Awal (Ekor) Kela- hiran (Ekor) Ternak Masuk (Ekor)

Pemotongan (Ekor) Kema- tian (Ekor) Ternak Keluar (Ekor) Pop. Akhir (Ekor) Prod. Daging (Ton) Ter catat Tdk Tercatat Jlh Huristak 4,044 46 0 0 17 17 10 12 4,051 2.613 Barumun Tengah 2,169 28 1 0 15 15 6 8 2,169 2.305 Sihapas Barumun 2,157 25 0 0 9 9 5 5 2,163 1.383 Aek Nabara Barumun 2,163 23 0 0 8 8 3 3 2,172 1.229 Lubuk Barumun 786 31 0 0 9 9 6 8 794 1.383 Barumun 63 7 3 21 7 28 3 3 39 4.303 Barumun Selatan 51 5 1 0 3 3 1 0 53 0.461 Ulu Barumun 27 3 3 0 2 2 0 2 29 0.307 Sosopan 19 2 0 0 4 4 1 1 15 0.615 Hutaraja Tinggi 669 17 4 0 10 10 7 7 666 1.537 Sosa 552 19 2 0 9 9 5 2 557 1.383 Batang Lubu Sutam 79 6 3 0 3 3 4 3 78 0.461 Jumlah 12,779 212 17 21 96 117 51 54 12,786 17.981

Sumber: Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Padang Lawas,2013.

Ternak Kerbau yang ada di Kabupaten Padang Lawas adalah jenis kerbau lumpur (Swamp type) yaitu tipe kerbau potong/pedaging. Ciri-ciri spesifik warna tubuh abu-abu cenderung kehitaman, bentuk tubuh: padat, berisi, sedikit lemak, bentuk tubuh tidak terlalu besar, tanduk panjang melengkung ke belakang, artinya jenis ternak kerbau yang ada di Kabuapten Padang Lawas tidak ada yang membedakannya dengan jenis Kebau Lumpur umumnya. Ciri spesifik kuantatif kerbau di Kabupaten Padang Lawas dapat di lihat pada Tabel 3. Keunggulan kerbau di Padang Lawas adalah mampu beradaptasi pada kondisi pakan kualitas rendah, memiliki daya tahan terhadap penyakit tropis tinggi tetapi karena sistem pemeliharaan yang dilakukan secara ekstensif maka ternak kerbau yang di

169

pelihara memiliki temperamen liar sehingga kesulitan untuk melakukan control kesehatan atau penyakit dan Inseminasi Buatan.

Tabel 3. Ciri-ciri spesifik kuantitatif ternak kerbau di Kabupaten Padang Lawas.

No. Uraian Jantan (n=10) Betina (n=10)

1. Ciri-ciri Morfologi Ekseterior

Bobot Badan 500 kg 450 kg

Tinggi Badan 125 cm 110 cm

Panjang Badan 145 cm 140 cm

Lingkar Dada 180 cm 170 cm

Produksi Daging 200 kg 150 kg

2. Ciri-ciri Spesifik Reproduksi

Dewasa Kelamin 2 tahun 3,5 tahun

Umur Sapih 8 bulan 8 bulan

Keterangan = jumlah sampel yang diukur

Skor kondisi tubuh merupakan metode penilaian dengan visual untuk memprediksi skor kondisi tubuh. Hasil pengamatan dilapangan menunjukkan skor kondisi tubuh kerbau yang ada di Kabupaten Padang Lawas kisaran antara sedang sampai dengan gemuk (3-4) pada skala 1-5. Keragaan skor kondisi tubuh ternak kerbau di Padang Lawas dapat dilihat pada Gambar 1. Hal ini menunjukkan bahwa skor kondisi tubuh ternak kerbau di Kabupaten Padang Lawas masih dapat di tingkatkan untuk emperoleh produktivitas yang lebih maksimal dengn memanfaatkan segala potensi yang sudah ada.

Gambar 1. Keragaan skor kondisi tubuh dan sistem perkandangan ternak kerbau Padang Lawas Sejauh ini belum ada peternak yang mengolah susu kerbau. Ternak kerbau di pelihara dalam waktu yang lama dan akan menjualnya untuk keperluan mendesak dan upacara adat (kematian dan perkawinan). Ternak kerbau 10 tahun terakhir sudah tidak digunakan lagi untuk mengolah lahan pertanian. Ternak kerbau dipelihara hanya untuk produksi daging yang dijual melalui agen/pedagang pengumpul kecamatan. Pedagang pengumpul menjual ke pasar hewan atau langsung ke konsumen bahkan ke luar kota/provinsi.

Sistem Pemeliharaan Ternak Kerbau

Sistem pemeliharaan ternak yang diterapkan di Kabupaten Padang Lawas 99% dilakukan secara ektensif. Karena adanya alih fungsi lahan dari padang pangonan umum menjadi lahan perkebunan kelapa sawit menyebabkan akhir-akhir ini ternak kerbau di gembalakan di lahan perkebunan kelapa sawit milik swasta atau BUMN yang terdekat. Hal ini sesuai dengan pendapat Dwiyanto dan Eko (2006) yang menyatakan bahwa dengan adanya pengembangan sarana irigasi telah menyebabkan perubahan peruntukkan padang pangonan menjadi areal persawahan atau perkebunan, sehingga luas pangonan menurun secara signifikan.

Pada saat musim hujan (bulan September-Maret), lahan sawah mulai diolah dan saatnya masyarakat bercocok tanaman padi, maka agar ternak kerbau tidak mengganggu/merusak tanaman padi maka ternak kerbau digiring dan dilepas ke kawasan lahan perkebunan kelapa sawit yang luas atau ke kawasan padang penggembalaan dipinggiran hutan milik pemerintah. Kerbau dibiarkan selama berbulan-bulan dialam lepas sampai menunggu musim panen padi tiba. Areal pertanian letaknya tidak

170

jauh dari pemukiman masyarakat. Apabila masa panen padi tiba (areal pertanian sudah kosong) maka ternak kerbau dijemput dari alam lepas untuk di gembalakan diareal persawahan. Hal ini biasanya terjadi pada bulan April – Juli, dimana pada bulan ini adalah musim kering/kemarau maka lahan sawah biasanya diberakan sehingga dimanfaatkan sebagai padang penggembalaan ternak kerbau. Saat musim kemarau inilah baru ternak kerbau dibawa ke areal pemukiman, pagi hari (pukul 08.00 WIB ternak kerbau digembalakan dilahan sawah dan sore harinya pukul 17.00 WIB ternak kerbau digiring pulang kekandang yang letakknya tidak jauh dari pemukiman). Kandang kerbau dibuat sangat sederhana, terdiri dari beberapa tiang seadanya dan dikelilingi dengan kawat duri. Dalam satu kandang (barak istilah masyarakat setempat) ternak kerbau digabung yang merupakan milik beberapa peternak. Situasi kandang kerbau yang ada di Padang Lawas dapat dilihat pada Gambar 1.

Peternak tidak ada yang memiliki data recording biologis dan fisiologis ternak yang dipelihara dan tidak ada perlakukan khusus terhadap ternak kerbau yang dipelihara, baik pakan tambahan, feed supplement ataupun garam mineral. Pengawasan kesehatan ternak dilakukan saat musim kering/kemarau saja karena pada masa ini pola pemeliharaan dilakukan secara semi intensif. Apabila ada ternak kerbau yang sakit peternak segera melaporkannya kepada petugas teknis kesehatan hewan dari Dinas Peternakan Kabupaten Padang Lawas.

Permasalahan yang muncul akibat ternak kerbau di pelihara secara ekstensif di areal perkebunan swasta milik PT ANJ atau dipadang penggembalaan adalah adanya kasus ternak kerbau yang mati akibat keracunan herbisida dan pupuk Urea. Pasca dilakukan pemupukan di lahan perkebunan kelapa sawit ternak kebau yang berada di kawasan perkebunan akan memakan Urea dalam jumlah yang banyak dan hal ini akan menyebabkan kematian. Begitu juga dengan keracunan herbisida, dimana pihak perkebunan PT ANJ melakukan penyemprotan herbisida, ternak kerbau merumput di sekitar kawasan perkebunan yang disemprot herbisada dan ini juga dapat menyebabkan kematian ternak kerbau. Sejauh ini belum ada data yang menyatakan jumlah ternak kerbau yang mati akibat keracunan herbisida ataupun pupuk Urea, tetapi dari kasus yang pernak dilihat dilapangan, apabila hal ini dibiarkan dapat mengakitbatkan peningkatan mortalitas ternak kerbau produktif. Data mortalitas ternak kerbau Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 2. Selain itu kasus kamatian anak kerbau juga akibat tidak adanya penanganan khusus terhadap ternak kerbau yang bunting ataupun yang baru melahirkan mengakibatkan kematian anak pra sapih juga tinggi.

Tenaga kerja untuk memelihara ternak kerbau di Padang Lawas dilakukan dengan sistem kemitraan atau kerja sama yang dikenal dengan istilah gaduhan (owner crooper). Gaduhan yaitu seseorang yang memiliki modal untuk membeli ternak kerbau kemudian kerbau tersebut dititipkan kepada peternak untuk dipelihara, selanjutnya hasil dari ternak selama dipelihara dibagi dua antara pemilik modal dengan peternak (orang yang memelihara kerbau). Proses pemeliharaan sepenuhnya menjadi tanggung jawab orang yang memelihara tersebut. Pemeliharaan ternak kerbau dengan sistem mitra seperti ini sudah terjadi sejak lama tanpa ada ikatan/kontrak secara tertulis hanya didasarkan saling percaya tanpa ada surat perjanjian secara tertulis berisi tentang hak dan kewajiban antara pemilik modal dengan peternak. Simatupang (2011) berpendapat bahwa mekanisme gaduhan ini terbukti saling menguntungkan kedua belah pihak dimana orang yang memiliki kehidupan ekonomi yang lebih mapan memberi bantuan modal berupa ternak lalu menitipkannya kepada peternak untuk memeliharaanya sehingga peternak memperoleh upah dari usahannya selama memelihara ternak yang dititipkannya.

Curahan waktu untuk menggembalakan ternak saat musim kemarau lebih panjang dibandingakan saat musim penghujan. Saat musim kemarau 1 orang dapat menggembala 10-20 ekor kerbau selama 8 jam/hari. Musim kemarau dapat berlangsung selama 6 bulan berarti curahan waktu yang digunakan menjadi 1.440 jam. Curahan waktu untuk mengontrol ternak kerbau saat musim penghujan maksimal 1 kali seminggu dalam pengawasan pemilik ternak atau curahan waktu yang digunakan untuk mengontrol ternak hanya 200 jam.

Analisis Ekonomi Ternak Kerbau

Usaha ternak kerbau yang dilakukan di Padang Lawas dilakukan hanya untuk pembibitan, tidak ada untuk penggemukan. Rata-rata kepemilikan 5-10 ekor/KK. Ternak kerbau dipelihara dalam waktu yang lama kemudian apabila ada keturunan ternak kerbau yang jantan sudah berumur kira-kira diatas 2 tahun baru dijual. Umumnya peternak menjual ternak kerbaunya menjelang lebaran haji/Idul Adha dan Idul Fitri karena harganya lebih mahal dibandingkan dengan biasanya. Kerbau betina dijual apabila sudah tua, walaupun peternak tidak memiliki data recording umur ternak yang dipelihara.

171

Analisis usaha beternak kerbau perlu diketahui untuk memberikan gambaran keuntungan usaha yang dilakukan. Hasil analisis usaha ternak kerbau Kabupaten Padang Lawas untuk pembibitan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Analisis finansial usahatani ternak kerbau di Kabupaten Padang Lawastahun 2016.

Uraian Satuan Volume Harga (Rp) Jumlah (Rp.)

Biaya Produksi

- Kerbau bakalan induk betina Ekor 4 12.000.000 48.000.000 - Kerbau bakalan pejantan Ekor 1 15.000.000 15.000.000 - Penyusutan kandang dan alat % 5 1.000.000 5.000.000 - Biaya vitamin dan obat-obatan Paket 1 5.000.000 5.000.000 - Biaya tenaga kerja Gaduhan 36.000.000 36.000.000 Jumlah Biaya Produksi 109.000.000

Penerimaan

- Penjualan induk kerbau Ekor 4 15.000.000 60.000.000 - Penjualan induk pejantan Ekor 1 18.000.000 18.000.000 - Penjualan Anak > 2 bln Ekor 4 12.000.000 48.000.000 - Penjualan Anak < 1 bln Ekor 4 6.000.000 24.000.000

Jumlah Penerimaan 126.000.000

Keuntungan 17.000.000

- Keuntungan per ekor 3.400.000

- Keuntungan per bulan/ekor 70.833

Net Benefit Cost Ratio (NBC Ratio). 0,16

RCR (%) 1,16

Hasil analisis usaha ternak kerbau pembibitan selama 4 tahun, maka diperoleh keuntungan sebesar Rp.70.833/bulan/ekor, NBC Ratio sebesar 0,16 dan RCR sebesar 1,16%. Hal ini menunjukkan bahwa usaha pembibitan ternak kebau layak dilakukan dan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar perlu dilakukan peningkatan jumlah ternak yang dipelihara, tentunya didukung dengan inovasi teknologi dan pola pemeliharaan yang lebih baik. Diintroduksikan agar peternak memberikan pakan tambahan,budidaya hijauan makanan ternak sumber protein, manajemen kandang yang cenderung semi intensif dan rekording data fisiologis dan biologis yang harus dimiliki setiap peternak. Rusdiana (2008) menyatakan bahwa upaya kerbau dapat dipertahankan sebagai sumber penghasilan di petani pedesaan.

Peternak biasanya menjual ternak kerbau ke pasar ternak yang ada di masing-masing kecamatan. Dipasar ternak agen/pedangang pengumpul kecamatan membeli ternak kerbau dalam keadaan hidup. Pedagang pengumpul kecamatan sebagian menjual kembali ternak kerbau tersebut ke pedagang pengumpul kabupaten/provinsi lain seperti kota Padang Sidimpuan, Medan, Siantar, Sibolga bahkan luar provinsi seperti Provinsi Aceh, Sumatera Barat, Riau dan sebagian kecil ke Pulau Jawa dan Sulawesi. Pedagang pengumpul ada juga yang langsung menyembelih ternak kerbau ke rumah potong hewan kota Padang Sidimpuan untuk sebagai daging konsumsi yang siap dipasarkan ke konsumen, sedangkan rumah potong hewan yang ada di Kabupaten Padang Lawas belum beroperasi karena umumnya masyarakat Padang Lawas membeli ternak kerbau dalam keadaaan hidup dan disembelih sendiri untuk keperluan upacara adat (pesta pernikahan atau kematian). Harga bobot hidup per ekor kerbau bervariasi untuk kerbau pejantan yang paling besar mencapai Rp.18.000.000 – 20.000.000/ekor, induk betina afkir Rp. 15.000.000/ekor, anakan Rp. 5.000.000 – 7.000.000/ekor, Muda Rp. 10.000.000-15.000.000/ekor. Sedangkan harga daging super untuk konsumen di pasar dengan harga jual Rp.150.000/kg.

172

KESIMPULAN

Ternak Kerbau yang ada di Kabupaten Padang Lawas adalah jenis kerbau lumpur (Swamp type) yaitu tipe kerbau potong/pedaging. Kepemilikan ternak masih rendah 5-10 ekor/KK. Sistem pemeliharaan yang dilakukan masih tradisional, tenaga kerja untuk pemeliharaan dilakukan secara gaduhan/bagi hasil. Usaha ternak kerbau yang dilakukan di Padang Lawas dilakukan hanya untuk pembibitan dengan skor kondisi tubuh kisaran antara sedang sampai dengan gemuk (3-4). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai NBC Rasio sebesar 0,16 dan RCR 1,16%. Untuk memperoleh keuntungan ataupun nilai NBC Rasio dan RCR yang lebih besar perlu dilakukan peningkatan sentuhan teknologi manajemen pemeliharaan yang lebih.

DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik (BPS). 2014. Padang Lawas dalam Angka 2014.

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Padang Lawas. 2013. Statistik Peternakan 2014. Diwyanto K Dan E. Handiwirawan. 2006. Strategi Pengembangan Ternak Kerbau: Aspek Penjaringan

dan Distribusi. Prosiding Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Program Kecukupan Daging Sapi. Puslitbangnak. Bogor.

Dwi S, Gatot C Dan Suyadi. 2014. Performan Reproduksi Kerbau Lumpur (Bubalus Bubalis) Di Kabupaten Malang. Brawijaya University. Malang. http://fapet.ub.ac.id/wp- content/uploads/2013/04/Performan-Reproduksi-Kerbau-Lumpur-Bubalus-Bubalis-Di-Kabupaten-Malang.pdf [Diunduh Tgl 27 September 2016].

Hamdan A, A. S. Rohaeni dan Bess T. 2011. Keragaan Usaha Ternak Kerbau Rawa di Kalimantan Selatan. Lokakarya Nasional Pengelolaan dan Perlindungan Sumber Daya Genetik di Indonesia: Manfaat Ekonomi untuk Menwujudkan Ketahanan Pangan Nasional. Puslitbangnak. Bogor.

Kusnadi U. 2008. Analysis of Efficiency in Buffaloes Farming. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Puslitbangnak, Bogor.

Rusdiana, S. 2008. Profil Dan Analisa Usaha Ternak Kerbau Di Desa Dangdang Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang. Seminar dan Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau 2008. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.

Sari N, Hamdan dan R Edhy Mirwandhono. 2014. Identifikasi Metode Recording Ternak Kerbau Yang Dilepasliarkan Di Kabupaten Aceh Tengah. J.Peternakan Integratif Vol.2 No.3; 252-263.

Simatupang L. 2011. Penerapan Pola Kemitraan dengan Sistem “Gaduhan” terhadap Kesejahteraan Petani. repository.usu.ac.id/bitstream/.../5/Chapter%20I.pdf

Syafitri W, Hastuti H and S. Purba. 2013. The Potential of Buffalo Livestock Development by Optimizing The Grazing Lands Management in Riau Province. Buffalo International Conference. University Hasanuddin. Indonesia.

173

PELUANG PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI POTONG BERBASIS LIMBAH

Dalam dokumen jilid3 komoditas peternakan lainnya (Halaman 185-191)