• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROBIOTICS GIVING EFFECT ON CARCASS AND EXTRACTS FROM THE CARCASS OF NATIVE CHICKEN

Dalam dokumen jilid3 komoditas peternakan lainnya (Halaman 114-120)

Keywords: Beef cattle, Lokal Feed, palm kernel cake (PKC)

PROBIOTICS GIVING EFFECT ON CARCASS AND EXTRACTS FROM THE CARCASS OF NATIVE CHICKEN

Ida Ayu Parwati dan N. Suyasa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali

Jl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar Telp (0361)720498 [email protected]

ABSTRAK

Penelitian dilakukan di desa Tangkas, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung tahun 2015.Sebagai suatu lanjutan dari pengkajian budidaya ayam lokal pengamatan kualitas karkas merupakan hal yang cukup penting terutama dalam upaya penyediaan informasi teknis yang dapat dijadikan gambaran potensi ayam lokal, sehingga mendorong berkembangnya usahatani ayam lokal sebagai suatu komoditas nasional yang harus dikembangkan.Probiotik digunakan sebagai bahan pakan tambahan dalam ransum ayam buras, mengandung mikroba hidup, keberadaannya memperbaiki keseimbangan mikroorganisme dalam saluran pencernaan berfungsi meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit serta memperbaiki mutu karkas ayam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi karkas dan potongan bagian karkas ayam yang diberi ransum mengandung probiotik. Ayam yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam Kampung Unggul Badan Litbang (KUB), sebanyak 90 ekor, umur sehari sampai umur 14 minggu,dibagi kedalam 3 perlakuan pakan P0 : pakan sesuai petani ; P1 :kosentrat (25%), jagung(40%) dan dedak(35%); P2 : seperti P1 + Bio B 2 cc/1 liter air ; jumlah pemberian 50-70 g/ekor/hari. Setiap perlakuan diulang tiga kali dan setiap ulangan berisi 10 ekor anak ayam campuranjantan dan betina. Pada 14 minggu dari masing-masing ulangan dipilih secara acak seekor ayam jantan dan seekorayam betina untuk disembelih, kemudian diukur karkas dan potongan karkasnya. Hasil penelitian menunjukkan pemberian probiotik memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadapkarkas utuh ayam(62% x 56%),namun tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap potongan bagian karkas. Sedangkan untuk non karkaskelompok ayam yang diberi probiotik, berat dari organ-organ non karkas (beratrempela, hati serta lemak abdomen dan lain-lain) lebih ringan (P<0,05) dari kelompok ayam yang tidak diberikan probiotik64,20 g x 74,53g).

Kata Kunci : probiotik, karkas, ayam buras

ABSTRACT

As a continuation of the observation range chicken farming assessment carcass quality is quite important, especially in the provision of technical information that can be used as a picture of the potential of domestic poultry, so as to encourage the development of domestic poultry farming as a national commodity that must be developed. Probiotics are used as supplemental feed material in domestic poultry rations, contain microbial life, its existence to redress the balance of microorganisms in the digestive tract works to increase body resistance to disease and improving the quality of chicken carcasses. This study aims to determine the production of carcasses and carcass parts pieces chickens fed rations containing probiotics. Chickens used in this study is the chicken Kampung Unggul Research Agency (KUB), as many as 90 tails, day old until the age of 14 weeks, divided into 3 treatment P0 feed: feed according farmer; P1: concentrate (25%), corn (40%) and bran (35%); P2: As P1 + Bio B 2 cc / 1 liter of water; the amount of the provision of 50-70 g / head / day. Each treatment was repeated three times and each test contains 10 chickens a mix of males and females. At 14 weeks of each replicate randomly selected a rooster and a hen slaughtered, then measured the carcasses and carcassescuts. The results showed probiotics significant effect (P <0.05) on whole chicken carcasses, but not significant (P> 0.05) of the pieces of carcass. As for the non-carcass chickens fed the probiotic group, the weight of non-carcass organs (severe head, gizzard, liver and abdominal fat and others) lighter (P <0.05) than the group that was not given probiotics chicken.

99

PENDAHULUAN

Sebagai suatu lanjutan dari pengkajian budidaya ayam buras, pengamatan kualitas karkas merupakan hal yang cukup penting terutama dalam upaya penyediaan informasi teknis yang dapat dijadikan gambaran potensi ayam buras, sehingga mendorong berkembangnya usahatani ayam buras sebagai suatu komoditas nasional yang harus dikembangkan. Ayam buras merupakan komoditas andalan danmempunyai masa depan yang cukup menjanjikan, baiksecara ekonomi maupun sosial, karena ayam burasmampu mensuplai kebutuhan pangan bergizitinggi berupa daging dan telur (Iskandarat et.al., 2010). Jenis produk yangdihasilkan tersebut dapat memenuhi kebutuhankonsumsi semua lapisan masyarakat dengan harga yangrelatif lebih tinggi daripada produk ayam ras. Ayamburas juga mempunyai daya serap pasar yang cukupbesar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat lokal (Iskanda.2012).

Pangsa pasar nasional untuk daging dan telur ayam burasmasing-masing mencapai 40% dan 30%. Hal ini dapat mendorong peternak kecil danmenengah untuk mengusahakan ayam buras sebagai penghasil daging dan telur (Rohaeni et. al., 2004). Berdasarkan data statistik dari DirektoratJenderal Peternakan, populasi ayam Kampung pada akhir tahun 2009 sebesar 249,963,499 ekor (Ditjennak,2010). Untuk meningkatkan populasi, produksi,produktivitas, dan efisiensi usahatani ayam buras, pemeliharaannya perluditingkatkan dari tradisional ke arah agribisnis (Zakaria, 2004).

Keberhasilan dari usaha ayam buras yang dipelihara secara intensif sangat tergantungpada ketersediaan bahan pakan murah, danmampu memenuhi kebutuhan zat nutrisi ayamburas. Namun ketergantungan ternak unggasterhadap bahan baku pakan impor, telahberdampak pada tingginya biaya produksi (Akhadiarto,2010).Berdasarkan analisis ekonomi diketahui bahwapenggunaan bahan pakan lokal sebagai penggantibahan pakan impor memberikan kontribusi besardalam pengembangan peternakan nasional,khususnya ternak unggas. Ada beberapa kendalapenggunaan bahan pakan lokal yang perludiperhatikan, seperti kualitas yang rendah danketersediaan yang tidak kontinyu, sehingga perludicarikan pemecahan.

Salah satu metode yang dapat digunakan untukmeningkatkan nilai kegunaan pakan adalahmelalui “feed additive” (imbuhan pakan) (Daudetal., 2007).Beberapa feed additive seperti hormon danantibiotik (antibiotic growth promotor atau AGP)telah dilarang penggunaannya di negara majutermasuk Indonesia, karena terkait dengan isuglobal peternakan unggas saat ini, yaitu keamanan pangan hewani dari adanya cemaran dan residuyang berbahaya bagi konsumen, resistensi bakteritertentu dan isu lingkungan.Adanya dampak negatif dari penggunaan AGP,maka para ahli mulai mencari penggantinya yangdifokuskan pada bahan-bahan alami, sepertimikroba. Kelompok dari mikroba-mikroba tersebutdiberi istilah probiotik, yaitu mikroorganisme yangmenguntungkan.

Menurut Kompiang (2006),probiotik adalah mikroba hidup atau sporanyayang dapat hidup atau berkembang dalam ususdan dapat menguntungkan inangnya, baik secaralangsung maupun tidak langsung. Penggunaan probiotik sebagai bahan pakantambahan untuk meningkatkan pertambahan bobotbadan, konversi pakan dan kesehatan ternakmerupakan alternatif yang amankarena aktifitasnya dalam mendukungperkembangan mikroba yang menguntungkan danmenekan pertumbuhan bakteri patogen dalamsaluran pencernaan.

Tujuan produksi pada peternakan ayam adalah telur dan karkas (daging), sedangkan karkas adalah ayam yang sudah dipotongbersih tanpa kepala, cakar dan jeroan (hati,jantung, ginjal, rempela, usus). Berat karkasmerupakan gambaran dari produksi daging dariseekor ternak dan pengukuran berat karkasmerupakan suatu faktor yang penting dalammengevaluasi hasil produksi ternak. Dengansemakin beratnya karkas, maka keuntunganpeternak akan semakin bertambah.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuiperanan dan efektivitas pemberian probiotik, dalam ransum sertapengaruhnya terhadap karkas dan potongan karkas pada ayam buras.

100

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan dikelompok tani Satia Winangun, desa Tangkas, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung, tahun 2015. Menggunakan 90 ekor ayam Kampung Unggul Badan Litbang (KUB) umur sehari sampai umur 14 minggu. Perlakuan pemberian ransumdisusun menurut pola pembesaran ayam ras petelur,yaitu masa pemula (starter) mulai dari 1 hari sampaidengan 6 minggu, kemudian dilanjutkan masapertumbuhan (grower) sampai dengan umur 14 minggu. Jenis dan komposisiransum dan jumlah pemberian yang dibeikan disajikan dalamTabel 1.Penelitian dibagi kedalam 3 perlakuan pakan. Setiap perlakuan diulang tiga kali dan setiap ulangan berisi 10 ekor anak ayam campuran jantan dan betina. Pada 14 minggu dari masing-masing ulangan dipilih secara acak seekor ayam jantan dan seekor ayam betina untuk disembelih, kemudian diukur karkas dan potongan karkasnya. Adapun perlakuan adalah sebagai berikut :

P0 : pakan sesuai cara petani ( sebagai pembanding)

P1 : kosentrat, jagung dan dedak dengan perbandingan 25%:40%:35% sebanyak 50-70 gram/ekor/hari mengacu pada kajian ayam buras bali pada tahun 2009. Sedangkan air minum diberikan secara ad- libitum.

P2 : seperti P1 + Probiotik 2 cc/1 liter air

Probiotik yang digunakan khusus untuk ternak non ruminansia, diproduksi oleh BPTP Bali, cara pemberian yaitu ditambahkan kedalam air minum sebanyak 2 cc per 1 liter air minum. Parameter yang diamati adalah: berat hidup,berat karkas,berat potongan bagian karkas (paha, betis, sayap), berat non karkas.Rancangan penelitian yang digunakan adalahRancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan dan 3 ulangan. Data yang diperoleh dianalisisdengan menggunakan sidik ragam (Analisis ofVariance) dan apabila terdapat perbedaan diantaraperlakuan dilanjutkan dengan Uji Duncan’s MultipleRange Test menurut STEEL dan TORRIE (1993).

Tabel 1. Pemberian jenis dan jumlah ransum yang diberikan pada ayam pengkajian

Sumber : Data Primer (2015)

Tabel 2. Kandungan gizi pakan pada fase grower

No. Sampel % Bk % Abu % BO % LK %PK %SK GE(Cal/g) 1. P0 91,1815 9.4239 90.5761 4.1867 20.0156 25.0050 2322.1136 2 P1 91.2610 10.4250 89.5750 2.8959 19.0021 27.1169 2108.7538 3. P2 91.1256 11.4167 88.5833 2.6534 19.8875 24.9220 2492.0072 Sumber : Analisis Lab UNUD (2015)

Perlakuan Umur 0-5 minggu Umur 6-14 minggu

Jenis Ransum Jumlah (g)/ekor Jenis Ransum Jumlah (g/ekor)

P0 Konsentrat 10 Konsentrat 15 Jagung 20 Dedak 15 P1 Konsentrat 7,5 Konsentrat 12,5 Dedak 2,5 Jagung 20 Dedak 17,5 P2 Konsentrat 15 Konsentrat 12,5 Dedak 5 Jagung 20 Bio B 1 cc/1 lt Dedak 17,5 Bio B 2cc/1ltr air

101

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karkas unggas merupakan bagian tubuh yang tersisa setelah dilakukan penyembelihan, pembuluan, dan pembuangan jeroan, serta pemotongan kaki, kepala, dan leher (Saifudin, 2000). Perbandingan bobot karkas terhadap bobot hidup atau dinyatakan sebagai persentase karkas sering digunakan sebagai ukuran produksi. Komponen karkas terdiri atas otot, lemak, kulit, dan tulang yang memiliki kecepatan tumbuh yang berbeda-beda.

Dari data pada Tabel 3 terlihat bahwa sampaidengan umur 14 minggu, perlakuan P0 (cara petani ) yang memberikan ransum dengan kandungan lebih tinggi dari P1( Tabel 1) memberikan berat karkas utuh dan berat dada lebih tinggi (P<0,05) namun tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan potongan karkas bagian paha, betis dan sayap. Untuk perlakuan P2, yang menambahkan probiotik kedalam air minum sebanyak 2 cc/1 liter air minum memberikan bobot paling tinggi dan secara significan memberikan pengaruh nyata pada berat karkas utuh dan berat punggung (P<0,05) demikian juga pada berat paha, betis dan sayap. Sedangkan dari persentase karkas, penambahan probiotik kedalam air minum (P2) memberikan persentase karkas tertinggi walupun secara statistik tidak berbeda nyata (P>0,05). Hasil penelitian ini lebih tinggi dari hasil penelitian Arief (2000) yang mendapatkan rataan persentase bobot karkas ayam Kampung umur 6 minggu dengan pemberian ransum kombinasi pollard dan duckweed sebesar 56,63-58% sedangkan pada umur 12 minggu berkisar antara 66,49-69,35%. Demikian juga hasil ini lebih tinggi dari hasil penelitian Dadan (2004) yang mendapatkan persentase karkas ayam Kampung umur 9 minggu yang diberi ransum bungkil intisawit berkisar antar 58,05-59,67%.

Hasil dari perlakuan P2 yaitu penambahan probiotik kedalam air minum hampir sama dengan hasil penelitian Kurniawan (2011) yang memberikan BBJP (Jatropha Curcas L) terfermentasi Rhizopus Oligosporus sampai 12,5% ditambah enzim fitase dan selulosa memberikan bobot karkas sebesar 774 g dengan persentase karkas sebesar 62%. Hal ini disebab karena penambahan probiotik kedalam air minum ayam mampu meningkatkan daya cerna ayam sehingga mampu mencerna nutrisi yang ada pada ransum lebih baik dari ayam yang tidak diberikan probiotik, hal ini didukung oleh penelitian Parwati et.al. (2016), bahwa pemberian probiotik menyebabkan meningkatnya metabolisme tubuh karena Probiotik merupakan mikroorganisme yang hidup dalam makanan yang memiliki efek menguntungkan dalam tubuh dengan meningkatkan keseimbangan mikrooorganisme dalam saluran pencernaan.

Tabel 3. Bobot dan Persentase karkas utuh, potongan karkas bagian dada, paha-betis dan sayap ayam KUB sampai dengan umur 14 minggu

Perlakuan Karkas Utuh dada Punggung Paha atas Paha Bawah Sayap P0 g 715,10b 230,70b 130,05a 134,63a 112,43a 107,30a % 56,00 32,00 18,00 19,00 16,00 15,00 P1 g 695,00a 208,75a 145,00b 123,75a 117,50a 100,00a % 59,00 30,00 21,00 18,00 17,00 14,00 P2 g 893,08c 247,25b 195,63c 159,60b 159,63b 130,98b % 62,00 28,00 22,00 18,00 18,00 15,00

Sumber : Data Primer diolah(2015)

Keterangan : Superskrip yang sama pada kolom yang sama menunjukanperbedaan yang tidak nyata (P>0,05) dan superskrip berbeda padakolom yang sama menunjukan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Merkley et al. (1980) membagi karkas menjadi lima bagian besar potongan komersial yaitu dada, sayap, punggung, paha atas, dan paha bawah. Dada merupakan bagian dari tubuh yang paling banyak dagingnya. Potongan komersil punggung 15 adalah bagian karkas yang dipotong pada batas persendian tulang belikat yang berbatasan dengan tulang dada sampai dengan batas persendian tulang paha kiri dan paha kanan. Sayap dipisahkan dari karkas pada persendian bahu. Potongan komersial paha atas adalah bagian karkas yang dipotong sepanjang persendian tulang paha yaitu dari persendian coxae sampai lutut. Potongan komersial paha bawah adalah bagian karkas yang dipotong dari sendi lutut sampai intersica (Bahij, 1991).

Hasil penelitian terhadap bobot dan persentase potongan karkas, pemberian probiotik tidak mempengaruhi persentase potongan bagian karkas (P>0,05), dari ketiga perlakuan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3. Rata- rata persentase potongan dada, punggung, paha atas, paha bawah dan sayap pada ayam KUB umur 14 minggu berturut-turut sebesar 30% ; 20,33%; 18,33%; 17% dan 14,66%, hasil penelitian ini hampir sama dengan hasil yang didapat oleh Hapsari (2004) pada ayam

102

kampung umur yang sama(14 minggu), dimana hasil yang didapat pada potongan komersial karkas ayam kampung yang terdiri dari dada, punggung, paha atas, paha bawah dan sayap berturut-turut 23,49%, 25,7%, 18,11%, 18,32% dan 14,11%. Hasil ini didukung oleh penelitian Kurniawan (2011) bahwa pemberian pakan yang ditambahkan enzim fitase dan selulosa tidak berpengaruh nyata terhadap persentase potongan bagian karkas ayam kampung.

Untuk bobot non karkas, bobot jeroan, dalam hal ini merupakan bobot total oesophagus, tembolok, proventriculus, rempela, usus, hati, caeca dan colon, yang relatif bersih dari pakan dan sisa pencernaan. Bobot jeroan dipengaruhi oleh kandungan protein dalam ransum Iskandar, et.al. (2010).Lebih lanjut dikatakan bobot jeroan ayam yang diberi pakan dengan kandungan protein rendah cenderung mempunyai bobot lebih tinggi. Hal ini kemungkinandisebabkan oleh lebih banyaknya kandungan lemak yang terkumpul di sekitar usus, rempela bahkan hati dibandingkan dengan jeroan ayam yang diberi kandungan protein yang lebih tinggi. Hasil penelitian disajikan pada Tabel 4. Hasil menunjukkan perlakuan P2 yaitu kelompok ayam yang diberikan probiotik kedalam air minum, memiliki bobot jeroan, bobot hati, bobot rempela dan lemak abdomen lebih rendah (P<0,05) dari pada kelompok ayam yang tidak ditambahkan probiotik kedalam air minumnya. Peneltian ini didukung oleh Sukadaet.al (2005) menyatakan bahwa melalui proses fermentasi dengan ragi tape pada pollard, kulit ari kacang kedelai, dan pod kakao sebelum diberikan pada itik dapat menurunkan jumlah lemak abdomen dan kadar kolesterol daging itik, hal ini didukung oleh penelitian Parwati etal., (2016), bahwa pemberian probiotik menyebabkan meningkatnya metabolisme tubuh karena Probiotik merupakan mikroorganisme yang hidup dalam makanan yang memiliki efek menguntungkan dalam tubuh dengan meningkatkan keseimbangan mikrooorganisme dalam saluran pencernaan. Di samping itu, probiotik itu sendiribertindak sebagai penyedia protein sel tunggal yang mempunyai nilai gizi tinggi khususnyasebagai penyedia asam amino essensial yang sangat diperlukan dalam sintesis urat dagingserta mampu meningkatkan kecernaan protein.Dilaporkan juga oleh Sibbald dan Wolynetz (l986) dalam Parwati dan Suyasa (2016), bahwa retensi energi sebagai proteinmeningkat dengan semakin meningkatnya konsentrasi protein dalam tubuh.

Tabel 4. Nilai rata-rata jeroan, hati, rempela dan lemak perut ayam KUB sampai dengan umur 14 minggu.

Perlakuan Jeroan (g) Hati (g) Rempela(g) Lemak Abdomen(g)

P0 74,53b 28,55b 43,50b 28,73b

P1 81,13b 36,35c 49,20b 19,78b

P2 64,20a 20,05a 25,00a 10,08a

Sumber : Data Primer diolah(2015)

Keterangan : Superskrip yang sama pada kolom yang sama menunjukan perbedaan yang tidak nyata (P>0,05)dan superskrip berbeda pada kolom yang samamenunjukan perbedaan yang nyata (P<0,05)

KESIMPULAN

1. Penambahan probiotik sebanyak 2 cc per 1 liter air minum (P2) memberikan bobot paling tinggi pada berat karkas utuh (62%)dibandingkan cara petani (P0) 56% dan P1 (59%), sedangkan pada potongan bagian karkas tidak berpengaruh nyata.

2. Perlakuan P2 yaitu kelompok ayam yang diberikan probiotik sebanyak 2 cc kedalam air minum, memiliki bobot jeroan, bobot hati, bobot rempela dan lemak abdomen lebih rendah (P<0,05) dari pada kelompok ayam yang tidak ditambahkan probiotik kedalam air minumnya

DAFTAR PUSTAKA

Arief, A. D. 2000. Evaluasi ransum yang menggunakan kombinasi pollard dan duckweed terhadap persentase berat karkas, bulu, organ dalam, abdominal, panjang usus, dan sekum ayam Kampung. Skripsi. Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Akhadiarto S.2010. Pengaruh pemberian probiotik temban, biovet dan biolacta terhadap persentase karkas, bobot lemak abdomen dan organ dalam ayam broiler. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia 12 ( 1) : 53-59

103

Bahij, A. 1991. Tumbuh kembang potongan karkas komersial ayam broiler akibatpenurunan tingkat protein ransum pada minggu ketiga-keempat. Karya Ilmiah.Fakultas Peternakan, Insitut Pertanian Bogor

Dadan H. S. 2004. Persentase karkas dan potongan komersial karkas ayam Kampungdengan pemberian pakan mengandung bungkil inti sawit dan enzim. Skripsi.Program Studi Teknologi Produksi Peternakan. Departemen Ilmu ProduksiPeternakan. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Daud, M.,Wiranda G. Piliang Dan I. Putu Kompiang. 2007.Persentase dan Kualitas Karkas Ayam Pedaging yang Diberi Probiotik dan Prebiotik dalam Ransum. JITV . 12 ( 3) : 167-174irektorat Jendral Peternakan (Ditjennak). 2010. Populasi Ternak dan ProduksiDaging, Telur dan Susu Per Provinsi Tahun 2000-2010. Departemen Pertanian Republik Indonesia Haspari, RR.D.S. 2004. Bobot dan Persentase karkas ayam Kampung jantan umur 14 minggu akibat

pemberian tepung daun pepaya dalam ransum. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.

Kurniawan H. 2011.karkas dan potongan karkas ayam kampung umur 10 minggu yang diberi ransum mengandung bungkil biji jarak pagar (jatropha curcas l)terfermentasi rhizopus oligosporus.https://www.google.co.id/unduh/52851 (Diunduh Tgl 27 September 2016). Iskandar S. 2012. Optimalisasi protein dan energi ransum untuk meningkatkan produksi daging ayam

lokal. Orasi Profesor Riset Bidang Pakan dan Nutrisi Ternak, Bogor.

Iskandar, S., T. Sartika, C. Hidayat, dan Kadiran. 2010. Penentuan kebutuhan protein kasar ransum ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB) masa pertumbuhan (0-22 minggu). Laporan Penelitian. Balai Penelitian Ternak, Ciawi, Bogor. 28 hlm.

Kompiang, IP. 2006. Pemanfaatanmikroorganisme sebagai probiotik untukmeningkatkan produksi ternak unggas diIndonesia. Orasi Pengukuhan Peneliti Utamasebagai Profesor Riset bidang Pakan danNutrisi Ternak, Balitnak, Bogor.

Merkley. J. W., B. T. Weinland. G. W. Malone & G. W. Chaloupka. 1980. Evaluation of commercial broiler crosses. 2. Eviscerated yield and component parts. Poult Sci. 59:1755-1760. Parwati, I.A. dan Suyasa N. 2016. Peningkatan produktivitas ayam kampung fase stater dengan

tambahan probiotik pada air minum untuk mendukung program kedaulatan pangan. Prosiding seminar nasional hasil penelitian pertanian 2015. Fakultas Pertanian : 730-735 Rohaeni, E.S., D. Ismadi, A. Darmawan, Suryana, & A. Subhan. 2004. Profil usaha peternakan ayam

lokal di Kalimantan Selatan (Studi kasus di Desa Murung Panti Kecamatan Babirik, Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Desa Rumintin Kecamatan Tambarangan, Kabupaten Tapin). Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004. Buku II. Bogor, 4 - 5Agustus 2004. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. Saifudin. 2000. Perbedaan produksi karkas dan karateristik daging dada dan paha itik dan entok pasca

perebusan. Skripsi. Jurusan. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan, Insititut Pertanian Bogor, Bogor.

Sukada, I.K, Bidura, I G. M. Dan Warmadewi, D.A. 2005. Penggunaan pollard, kulit kacang kedelai, dan pod kakao pengaruh terfermentasi dengan ragi tape terhadap karkas dan kadar kolesterol daging itik bali jantan.https://Scholar.google.co.id (Diunduh Tgl 22 Septeember 2016)

STEEL, R.G.D. and J.H. TORRIE. 1993. Prinsip dan prosedurstatistika suatu pendekatan biometrik, jakarta.terjemahan. P.T. Gramedia.

Zakaria, S. 2004. Performans ayam buras fase dara yang dipelihara secara intensifdan semiintensif dengan tingkat kepadatan kandang yang berbeda. BulletinNutrisi dan Makanan Ternak 5(1): 41-45.

104

PEMANFAATAN PAKAN LOKAL LENGKAP (Complette Feed) UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PEDET KEMBAR PRASAPIH MENDUKUNG PEMBANGUNAN

Dalam dokumen jilid3 komoditas peternakan lainnya (Halaman 114-120)