• Tidak ada hasil yang ditemukan

Financial Check Up

Dalam dokumen keberkahanfinansial (Halaman 67-74)

Rencana Keuangan 1000 Tahun

Langkah 1 Financial Check Up

Ibarat kesehatan manusia, kesehatan keuangan juga perlu di - check up alias diperiksa untuk mengetahui apakah masih sehat, tambah sehat atau malah turun kesehatannya. Pemeriksaan keuangan, minimal harus dilakukan pada aset dan kewajiban serta arus kas keuangan (cash flow).

Keuangan keluarga juga mirip dengan keuangan perusahaan yang harus dikelola secara profesional. Pemeriksaan kesehatan keuangan penting untuk mengetahui sumber penghasilan rutin maupun sumber lain termasuk investasinya apakah sudah optimal atau belum. Demikian juga implikasi pengeluaran terhadap aset dan hutang yang kita miliki saat ini. Apakah aset bertambah atau berkurang. Jangan sampai hutang bertambah tetapi aset tidak bertambah.

Pemeriksaan kesehatan keuangan juga untuk memastikan, apakah penghasilan atau pengeluaran kita sudah sesuai kewajaran atau belum. Bila belum, bagaimana memperbaiki kondisinya. Bagaimana mendapatkan penghasilan secara optimal, menentukan strategi investasi atau pengelolaan pengeluaran yang benar.

Financial Check Up : Aset & Kewajiban

Setiap orang atau keluarga seharusnya memiliki laporan neraca keuangan yang menggambarkan aset dan kewajibannya. Berikut ini saya berikan contoh aset dan kewajiban si Fulan posisi per 31 Desember 2005, yang tercatat dalam sebuah neraca keuangan pribadinya.

Aset Nilai Kewajiban Nilai

(Rp.000) (Rp.000)

Kas Operasional 13,500 Jangka Pendek 1,500

o Kas Tunai 1,500 o Kartu Kredit 1,500 o Uang di Bank/ATM 12,000 o Lainnya -o Piutang/Tagihan

-Aset Investasi 195,500 Jk Panjang 120,000

o Deposito 25,000 o KPR 100,000 o Saham - o Kredit Mobil 20,000 o Obligasi - o Kredit Motor -o Tabungan Pensiun - o Lainnya -o Tab. Pendidikan

-o Perhiasan 5,500

o Nilai asuransi - KEWAJIBAN 121,500

o Saham Bisnis 15,000 o Property 150,000 o Lainnya

-KEKAYAAN

Aset Operasional 299,000 BERSIH 386,500

o Mobil Pribadi 75,000 o Motor 9,000 o Rumah Tinggal 200,000 o Perabot rumah 15,000 o Lainnya ASET +

TOTAL ASET 508,000 KEWAJIBAN 508,000

Contoh laporan keuangan diatas menunjukkan bahwa kekayaan bersih atau total aset dikurangi jumlah kewajiban (hutang) adalah Rp.386.500.000,- dan sebagian besar berupa properti. Pertanyaannya apakah properti tersebut menghasilkan atau tidak? Bila tidak, maka potensi keuntungan yang akan diperoleh hanya berupa kenaikan harga. Pertanyaan lainnya apakah posisi keuangan tersebut sudah sesuai dengan tujuan keuangan yang telah ditetapkan? Apakah kondisi tersebut sudah memberikan gambaran pengelolaan keuangan yang optimal?

Bila aset - aset tidak memberikan manfaat optimal maka manfaat atas aset itu harus ditingkatkan. Apalagi bila tidak ada manfaat sama sekali, apakah kita masih perlu memilikinya? Sebagai contoh, Anda memiliki tape recorder 6 unit, padahal Anda hanya membutuhkan 3 unit, 2 unit untuk anak-anak, 1 unit untuk Anda sendiri. Buat apa memelihara aset yang tidak berguna, bahkan membebani dengan biaya pemeliharaan?

Evaluasi juga dilakukan untuk mengetahui apakah hutang – hutang kita sudah sesuai kebutuhan, ataukah hanya mengikuti hawa nafsu? Kita jangan terjebak pada perilaku mendahulukan simbol - simbol kemewahan, padahal kita belum mampu secara finansial. Sebagai contoh, Anda mengambil hutang untuk membeli mobil keluaran terbaru setiap 3 tahun sekali. Padahal kemampuan Anda hanya membeli mobil bekas umur 5 tahun. Ini adalah perilaku yang berbahaya! Langkah terbaik adalah membeli mobil bekas secara tunai atau mengangsur setiap bulan yang tidak memberatkan keuangan.

Nilai kekayaan bersih menunjukkan sehat tidaknya kondisi keuangan. Bila aset lebih besar dari kewajiban, kemungkinan kondisi keuangan tersebut masih sehat. Semakin besar aset dibandingkan kewajiban (hutang) maka semakin sehat. Sebaliknya

bila aset lebih kecil dari kewajiban berarti nilai kekayaan bersih menjadi minus. Hal ini menunjukkan kondisi keuangan yang tidak sehat, karena aset yang dimiliki tidak dapat menutupi seluruh kewajiban (hutang). Seluruh aset tergadaikan! Kondisi ini sangat berbahaya.

Kita juga dapat menghitung berapa seharusnya kekayaan bersih saat ini dengan memperhatikan umur dan penghasilan. Rumus ini dikembangkan oleh Thomas J Stanley dkk dalam buku The Millionaire Next Door, berdasarkan hasil survei selama bertahun – tahun mengenai orang yang berpenghasilan tinggi atau memiliki kekayaan bersih tinggi.

= X : -

Dari contoh keuangan si Fulan (umur 35 tahun) yang berpenghasilan Rp.120 juta setahun, seharusnya kekayaan bersih si Fulan adalah :

Rp.120.000.000 x 35 : 10 = Rp.420.000.000,- (dengan asumsi tidak ada harta warisan)

Dengan rumus tersebut, Thomas J Stanley mengelompokkan orang menjadi tiga kategori (kelompok) yaitu :

• Prodigious Accumulator of Wealth (PAW), yaitu orang – orang yang memiliki kekayaan bersih di perempat bagian paling atas. Ciri khas PAW adalah mempunyai minimum empat kali kekayaan yang diakumulasikan oleh UAW. Untuk menduduki posisi PAW yang luar biasa, kekayaan bersih seharusnya dua kali tingkat kekayaan yang diharapkan (seharusnya).

• Under Accumulator of Wealth (UAW) yaitu orang – orang yang memiliki kekayaan bersih di perempat paling bawah

• Average Accumulator of Wealth (AAW) atau pengumpul kekayaan rata – rata.

Bila Si Fulan ingin menjadi pengumpul uang (PAW) yang luar biasa maka seharusnya memiliki kekayaan Rp. 840.000.000,- Sebaliknya bila kekayaan bersihnya separuh atau kurang dari angka yang seharusnya maka si Fulan termasuk dalam kelas UAW. Saat ini si Fulan memiliki kekayaan bersih Rp.386.500.000,- atau dibawah yang seharusnya Rp.420.000.000,-, sehingga termasuk dalam kategori UAW.

Nah, dari kondisi keuangan dan indikasinya tersebut, kita bisa menjadikan dasar dalam menentukan pengelolaan keuangan. Kita bisa menentukan langkah prioritas penataan dan perencanaan keuangan keluarga.

Financial Check Up : Arus Kas Keuangan

Setelah membuat catatan tentang aset dan kewajiban, kita akan membuat catatan pemasukan dan pengeluaran dalam bulanan atau tahunan. Langkah ini untuk mengevaluasi penggunaan uang. Tidak dapat dipungkiri, salah satu kesalahan dalam pengelolaan keuangan keluarga adalah dalam penggunaan penghasilan. Buktinya, kita sering menyaksikan keluhan orang yang berpenghasilan besar namun masih merasa kurang. Berapa pun kenaikan penghasilannya sering tidak bisa menabung. Pada saat yang sama kita juga menemukan orang yang berpenghasilan berlimpah tetapi ketakutan menggunakan uangnya sehingga berperilaku terlalu pelit. Takut kehilangan uangnya

Kekayaan Bersih seharusnya

Usia

saat ini Penghasilan Tahunan sebelum pajak

Warisan (Bila ada) Dibagi

walau sepeser pun. Kita tidak ingin kedua kondisi ekstrem tersebut terjadi. Kita ingin mengelola secara wajar, sehingga kita bisa happy.

Berikut ini contoh arus kas keluarga si Fulan.

Uraian Bulanan % Tahunan %

A Penghasilan 10,000 120,000 o Gaji Suami 6,000 72,000 o Gaji Istri 4,000 48,000 o Bonus, THR - 10,000 o Investasi - -B Penyucian Harta 1,300 15,600 o Z. I. S 500 6,000 o Pajak 800 9,600 C Penerimaan Bersih 8,700 100 104,400 100 D Pengeluaran Rutin 4,150 49,80047.70 47.70 o Makanan 600 6.90 7,200 6.90 o Listrik,Air,Tlp, Gas 750 8.62 9,000 8.62 o Kesehatan/Dokter 300 3.45 3,600 3.45 o Transportasi 600 6.90 7,200 6.90 o Belanja Pakaian 150 1.72 1,800 1.72 o Gaji Pekerja 300 3.45 3,600 3.45 o Orang tua & Sosial 500 5.75 6,000 5.75 o Biaya Anak/Sekolah 650 7.47 7,800 7.47 o Hiburan/Olahraga 300 3.45 3,600 3.45 E Investasi&Asuransi 550 6.32 6,600 6.32 o Tabungan Pendidikan 250 2.87 3,000 2.87 o Tabungan Pensiun 300 3.45 3,600 3.45 o Asuransi Pendidikan - - - -o Asuransi Pensiun - - - -o Asuransi Kesehatan - - - -o Asuransi Jiwa - - - -o Lainnya - - - -F Angsuran Kredit 1,500 18,00017.24 17.24 o KPR 1,500 18,00017.24 17.24 o Kredit Mobil - - - -o Kartu Kredit - - - -o Lainnya - - - -G Total Pengeluaran 6,200 74,40071.26 71.26 -H Surplus (Defisit) 2,500 28.74 30,000 28.74

Berdasarkan arus kas diatas, kita mengetahui pengeluaran terbesar keuangan si Fulan ada pada pengeluaran rutin untuk kebutuhan hidup yaitu 47.7 persen dari total penghasilan. Prosentase pengeluaran kebutuhan rutin itu masih dalam ambang batas toleransi. Biasanya disyaratkan antara 60 – 70 persen.

Financial Check Up : Rasio Keuangan

Ibarat keuangan perusahaan, keuangan keluarga juga harus dikelola secara profesional. Kita sebaiknya mengetahui rasio - rasio keuangan agar dapat mengetahui kondisi keuangan apakah sehat, cukup sehat atau sakit. Bagaimana cara mengetahui kondisi kesehatan keuangan keluarga? Ada beberapa ‘alat’ pemeriksa kesehatan keuangan yang dapat digunakan. Ahli keuangan keluarga menggunakan rasio - rasio atau perbandingan - perbandingan tertentu.

Menurut DR. Roy Sembel dkk dalam buku Smart Saving and Borrowing for Ordinary

Family, ada tiga titik kritis yang wajib diperiksa dalam keuangan yaitu (1) situasi masa

kini, yang diukur dengan likuiditas (ketersediaan uang tunai untuk membayar keperluan rutin dan keperluan mendesak); (2) dampak keputusan hutang masa lalu, diukur dengan solvabilitas (kemampuan untuk membayar kewajiban hutang pada saat jatuh tempo); dan (3) kondisi masa depan, diukur dengan rasio produktivitas aset dari hasil menabung atau berinvestasi.

1. Rasio Likuiditas.

Likuiditas mengukur kemampuan mengubah suatu aset menjadi uang tunai dengan segera tanpa kehilangan nilai awalnya. Dengan demikian uang tunai merupakan aset paling likuid. Sedangkan saham, deposito, reksadana maupun obligasi cukup likuid karena ketika diuangkan bisa terjadi pengurangan nilai. Misalnya deposito yang dicairkan sebelum waktunya (jatuh tempo) dikenakan penalti atau penurunan harga saham saat diuangkan. Properti adalah aset yang tidak likuid dibandingkan dengan aset yang disebutkan sebelumnya karena untuk menjual properti diperlukan waktu cukup lama dan kemungkinan rugi bila lokasinya tidak strategis.

Setiap keluarga memerlukan tingkat likuiditas tertentu untuk membayar kebutuhan rutin. Idealnya tidak terlalu likuid (kebanyakan uang menganggur) juga tidak terlalu ketat (jumlah uang tunai terlalu sedikit). Kondisi keuangan yang terlalu ketat akan menyulitkan bila ada kebutuhan mendesak seperti biaya berobat.

Berapa kebutuhan idealnya? Banyak ahli perencana keuangan keluarga menyarankan rasionya 3 – 6 bulan dari kebutuhan rata-rata setiap bulan. Rasio itu dihitung dengan membandingkan antara aset likuid berupa uang tunai, tabungan dan deposito dengan kebutuhan rata-rata satu bulan. Berdasarkan catatan aset dan kewajiban keuangan keluarga Fulan, aset likuidnya sebesar Rp.38.500.000,-. Sedangkan kebutuhan rata-rata setiap bulannya Rp. 7.500.000,- sehingga rasio likuiditasnya sebesar 5,13 kali. Ini artinya, aset likuid milik Fulan mampu menutup kebutuhan rutin selama 5,13 bulan atau kurang lebih 5 bulan 10 hari.

Total Aset Likuid

Rasio Likuiditas = ---

Rata-rata pengeluaran bulanan

2. Rasio Hutang (rasio solvabilitas)

Rasio ini untuk mengukur kemampuan membayar hutang yang akan jatuh tempo dan mengukur ketergantungan terhadap hutang.

a. Mengukur ketergantungan terhadap hutang. Rasio ini untuk mengetahui seberapa besar kekuatan riil uang dalam menguasai aset yang dimiliki. Artinya, seberapa besar aset yang dibiayai hutang dan seberapa besar aset yang sebenarnya milik kita. Untuk

Total Hutang Rasio Hutang = --- Total Aset

Dari catatan keuangan keluarga Fulan diketahui total hutangnya Rp.121.500.000,- dan total asetnya sebesar Rp.508.000.000,- sehingga rasionya menjadi 0.24. Ini artinya 24 persen aset yang dimiliki keluarga si Fulan berasal dari hutang dan sisanya atau sebesar 76 persen adalah benar - benar miliknya.

Apabila rasionya lebih dari angka 1, maka kondisi keuangan sudah bangkrut karena jumlah hutang lebih besar daripada aset. Bila seluruh aset dijual, maka tidak akan menutupi seluruh hutangnya. Kondisi ini juga menunjukkan bahwa seseorang tidak memiliki aset sama sekali, bahkan masih memiliki hutang. Kondisi yang sebaliknya adalah ketika angka rasio mendekati 0 (nol), menunjukkan seluruh aset adalah milik pribadi karena tidak memiliki hutang sama sekali.

Berapa idealnya? Kondisi yang dapat ditolelir pada kisaran 30 persen. Dengan rasio sebesar itu seseorang masih bisa mengontrol penuh aset yang dimiliki karena sebagian besar masih menjadi miliknya. Dalam kondisi demikian, seseorang masih bisa menggunakan aset orang lain (hutang) untuk mempercepat peningkatkan kekayaan. Syaratnya hutang yang digunakan adalah hutang untuk keperluan produktif.

b. Mengukur kekuatan membayar hutang.

Total Kewajiban Hutang 1 Tahun Ke Depan Rasio Pembayaran Hutang = --- Total Pemasukan Per Tahun

Total kewajiban (hutang) si Fulan 1 tahun ke depan sebesar Rp.18.000.000,- dan total pemasukan (penghasilan) per tahun Rp.120.000.000,- sehingga rasionya adalah 0.15. Ini artinya 15 persen dari penghasilan Fulan telah dialokasikan untuk membayar hutang dan sisanya 85 persen masih bisa dialokasikan sesuai kebutuhannya. Idealnya, besarnya rasio ini maksimal 30 persen dari total penghasilan. Bila rasio melebihi 30 persen akan menyulitkan dalam mengelola keuangan.

3. Rasio Produktivitas Aset

Rasio produktivitas aset dapat diukur dengan dua pendekatan yaitu kekuatan menabung dan kekuatan investasi yang dilakukan. Kita perlu melakukan pengukuran ini agar masa depan keuangan menjadi lebih baik. Bila kita tidak memiliki kemampuan menabung dan kemampuan investasi, maka kehidupan keuangan – secara hitungan teoritis, akan berputar - putar saja pada kebutuhan masa kini. Semua penghasilan yang kita peroleh hanya untuk memenuhi kebutuhan sesaat, bahkan lama - lama defisit!.

a. Mengukur kekuatan menabung.

Jumlah tabungan per tahun

Rasio Kekuatan Menabung = --- Jumlah penghasilan per tahun

Penghasilan Fulan sebesar Rp.120.000.000,- sedangkan jumlah tabungannya Rp.12.000.000,-. Berdasarkan angka itu maka rasio kekuatan menabung adalah 0.1. Artinya, Fulan telah menyisihkan uangnya untuk menabung setiap bulan sebesar 10 persen. Prosentase sebesar itu sudah sesuai dengan yang disarankan oleh ahli perencanaan keuangan, minimal 10 persen. Semakin besar prosentasenya tentu saja semakin baik.

b. Mengukur kekuatan investasi :

Pendapatan aset investasi

Rasio kekuatan investasi = --- Kekayaan bersih

Kekayaan bersih keluarga Fulan adalah Rp.386.500.000,- Keluarga Fulan tidak memiliki penghasilan dari investasi (nol). Maka 0 (nol) dibagi 386.500.000,- = 0 (nol). Ini artinya tidak ada kekayaan Fulan yang diperoleh dari hasil investasi, sehingga ketergantungan terhadap penghasilan di luar investasi seperti gaji sangat dominan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena semakin tidak tergantung pada penghasilan berupa gaji atau pekerjaan secara phisik. Rasio ini menunjukkan tingkat pendapatan passive income. Bila mendekati angka 1 maka kita sudah tidak perlu bekerja lagi (bila mau) karena penghasilan investasi sudah mencukupi seluruh kebutuhan kita.

Selain rasio - rasio diatas kita juga bisa menggunakan rasio lain untuk mengukur tingkat pertumbuhan penghasilan. Apakah secara riil nilai penghasilan meningkat, tetap sama atau menurun dibandingkan dengan penghasilan tahun lalu. Untuk mengetahui hal ini, kita harus mengetahui jumlah total penghasilan tahun sebelumnya dan tahun ini. Misalkan penghasilan tahun 2004 sebesar Rp.100.000.000,- dan penghasilan tahun 2005 sebesar Rp.120.000.000,- maka tingkat pertumbuhannya adalah (120.000.000 – 100.000.000) / 100.000.000 = 0.2 atau meningkat sebesar 20 persen.

Bila tingkat inflasi tahun 2005 sebesar 10 persen maka tingkat pertumbuhan penghasilan masih diatas tingkat inflasi. Ini artinya, secara nominal maupun secara riil nilai uang kita tetap lebih besar (meningkat). Jadi, bila selisih antara pertumbuhan dan tingkat inflasi nilainya lebih dari nol (positif), berarti penghasilan meningkat secara riil dan dapat meningkatkan gaya hidup (bila mau). Sebaliknya bila nilainya 0 (nol) maka itu berarti kenaikan penghasilan hanya mampu mengimbangi kenaikan inflasi atau tidak ada kenaikan secara riil penghasilan kita. Bahkan bila nilainya negatif, maka secara riil nilai uang ada penurunan penghasilan. Misalnya kenaikan gaji sebesar 7 persen, sementara inflasi 10 persen pada tahun itu. Sebenarnya, secara riil daya beli (nilai riil uang) kita menurun sebesar 3 persen.

Dalam dokumen keberkahanfinansial (Halaman 67-74)