• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membuat Magnet Uang

Dalam dokumen keberkahanfinansial (Halaman 117-120)

Banyak orang mendapatkan uang dengan cara ‘mengejar’ bahkan ‘memaksa’ agar uang berpihak padanya. Uang atau dengan bahasa lain rejeki sebenarnya tidak bisa dikejar-kejar. Ibarat gunung tak lari kok di kejar. Tetapi mengapa hal itu sering terjadi? Karena hanya sedikit orang yang tahu rahasia uang agar mengejar dirinya. Mengapa kita tidak menjadikan diri kita ini seperti magnet sehingga logam disekitarnya otomatis nempel padanya? Tapi bagaimana mungkin uang bisa mengejar kita, layaknya logam yang selalu mengejar magnet?

Mari kita perhatikan seorang dokter ahli yang diakui keilmuannya. Dokter tersebut buka sampai larut malam karena saking banyaknya pasien yang berobat. Pasien rela antri, rela membayar mahal dan rela menelan obat pahit yang diberikannya. Bahkan ketika pasien disuruh membayar ratusan juta dan salah satu bagian tubuhnya dipotong, pun tetap bersedia. Tapi apakah semua orang bisa percaya pada dokter? Tentu tidak! Sebab ada lho, dokter yang bayarannya murah, tetapi hanya sedikit orang yang mau berobat kepadanya. Kenapa? Pada dokter pertama kita meyakini sebagai dokter ahli atau pakar, tetapi dokter kedua masih diragukan kemampuannya. Pasien tentu saja tidak mau berspekulasi dengan berobat padanya.

Masih banyak contoh mengenai hal ini, bagaimana seorang pengusaha atau profesional mendapatkan rejeki berlimpah karena konsumen ‘mengejar’ produk atau jasanya. Pengalaman saya, untuk memeriksakan mata anak, saya harus antri selama 3 bulan pada dokter spesialis mata di RS Aini - Jakarta. Anda yang tinggal di Jakarta, mungkin pernah mendengar atau bahkan ikut antri membeli roti asal Singapura yang baru dibuka di sebuah mall. Anda bisa juga memperhatikan buku Harry Potter karangan JK. Rolling yang ditunggu ratusan ribu bahkan jutaan pembacanya saat akan diluncurkan, dan masih banyak orang contoh orang yang ‘dikejar’ uang.

Bagaimana agar dapat seperti mereka? Agar uang ‘mengejar’, kita harus memiliki nilai tambah (added values) dan harus dikomunikasikan kepada orang yang tepat, serta dengan cara yang tepat pula. Nilai tambah bisa bermacam - macam bentuknya, seperti manfaat, pelayanan, harga dan keunikan.

Nilai tambah dapat kita peroleh dengan belajar secara terus menerus terhadap bidang yang kita suka dan kita yakini akan sukses. Kenapa kita harus terus belajar? Masalah di dunia ini terus bertambah, sehingga memerlukan cara – cara baru untuk mengatasinya. Kalau kita belajar secara terus menerus secara spesifik, kita akan menjadi pakar. Pakar bukan berarti harus memiliki gelar akademik profesor doktor, karena tukang bakso pun bisa disebut pakar bila ia sangat ahli membuat bakso enak, demikian juga salesman yang sangat ahli menjual produk, dan profesi lainnya.

Untuk menjadi pakar, kita harus konsisten dengan bidang yang kita pilih dan fokus belajar dengan cara sebagai berikut :

• Belajar dengan langsung praktek.

Proses belajar seperti ini merupakan proses yang sangat berarti dan sulit dilupakan dibandingkan belajar dengan hanya mendengarkan saja. Ketika kita ingin menjadi dokter spesialis anak, kita tidak hanya belajar teorinya saja tetapi juga praktek. Demikian juga pengusaha sukses, mereka justru dibesarkan dengan belajar langsung praktek dengan merintis bisnisnya mulai dari kecil hingga berkembang.

• Belajar dari pengalaman.

Belajar bisa dari pengalaman diri sendiri atau pengalaman orang lain. Itulah sebabnya, orang bijak adalah orang yang ketika melakukan kesalahan, ia berusaha tidak

melakukan kesalahan untuk kedua kalinya. Kita juga bisa belajar dari kesuksesan atau kegagalan orang lain.

• Belajar dari mentor atau pembimbing.

Ini merupakan cara yang paling cepat dan mudah karena kita tidak perlu melakukan

try and error (coba-coba). Mentor bisa berasal dari konsultan, orang – orang sukses

yang mau membantu kita, baik teman, saudara, atau pun orang lain.

• Belajar dari buku, seminar, internet, kaset, radio, televisi dan lainnya. Belajar dengan cara ini relatif murah, namun hasilnya juga sangat dahsyat. “Buku adalah jendela dunia”. Dengan buku, kita bisa mengetahui suasana kota Paris, meski belum datang kesana. Dengan buku, kita bisa mengetahui isi ‘jeroan’ tubuh manusia tanpa harus membedah lebih dulu, dan masih banyak sekali ilmu pengetahuan yang bisa kita peroleh dari buku, internet, radio, maupun televisi.

• Alokasi waktu belajar secara benar.

Alokasikan waktu belajar lebih besar (misalnya 70%) untuk bidang yang kita sukai dan yang kita inginkan untuk sukses. Meski demikian, kita juga harus belajar terhadap sesuatu bidang yang tidak kita sukai sekali pun, untuk membuka wawasan. Porsi untuk bidang ini tentu sedikit saja (sisanya 30%). Jangan sampai waktu kita habis mempelajari hal – hal (ilmu) umum yang kurang relevan dengan tujuan kita. Seringkali kita melakukan kesalahan, karena kita lebih banyak mengalokasikan waktu untuk membaca berbagai koran dan majalah, padahal didalamnya hanya berisi informasi umum, sementara kita malas belajar ilmu yang seharusnya kita pelajari untuk kesuksesan hidup. Waktu kita juga sering habis di depan televisi hanya untuk melihat sinetron.

• Alokasikan anggaran rutin untuk biaya belajar.

Anggaran ini juga merupakan investasi, jadi jangan pelit dengan uang kita untuk belajar. Jika selama ini kita enteng membakar uang ratusan ribu untuk merokok, mengapa untuk belajar kita tidak melakukannya? Belilah buku – buku, ikuti seminar, workshop atau eksperimen lainnya meski harus membayar ratusan hingga jutaan rupiah. Uang yang Anda keluarkan tidak akan sia – sia!

Kita kembali pada nilai tambah. Apa sih yang dimaksud nilai tambah? Untuk memahami ini saya memberikan ilustrasi berikut. Adik ipar saya adalah seorang pengrajin cinderamata yang terbuat dari barang-barang bekas (limbah kertas). Anda pasti sepakat bahwa kertas bekas kalau dijual begitu saja (dijual per kilo) harganya mungkin hanya Rp.100,-. Dengan kreativitas, kertas bekas tersebut di oleh sedemikian rupa menjadi cinderamata unik sehingga nilai jualnya menjadi Rp.30.000,- per produk. Apa nilai tambahnya sehingga harganya lebih mahal dan laris manis? Nilai tambahnya pada keunikan dan kreativitasnya karena tidak semua pengrajin cinderamata bisa membuat kreativitas yang unik.

Nah, sekarang apa yang menjadi nilai tambah diri Anda? Nilai tambah masing-masing orang berbeda, sesuai profesinya. Bagi seorang karyawan, nilai standar yang harus dipenuhi adalah dipercaya, profesional dan berperilaku menyenangkan. Seorang karyawan yang memiliki standar seperti itu akan dipertahankan perusahaan baik dalam kondisi normal maupun tidak normal seperti adanya rasionaliasi karyawan (PHK). Masalahnya, nilai standar saja belum cukup membuat seorang karyawan sukses dan kaya, karena sudah banyak karyawan seperti itu. Kalau semua karyawan sudah berbuat jujur, maka jujur bukan nilai tambah. Nilai tambahnya adalah ketika karyawan tersebut paling jujur, paling berprestasi – prestasinya diatas rata - rata misalnya meraih target 150% sementara yang lain hanya 100%, paling memiliki leadership (jiwa kepemimpinan) yang menonjol dan berperilaku menyenangkan kepada semua pihak sehingga cepat promosi dan menduduki top level management. Dengan demikian, karyawan tersebut

memiliki peluang untuk mendapatkan penghasilan lebih besar dan tawaran karir lebih menantang baik dalam perusahaan tempat bekerja atau di perusahaan lain.

Mengapa harus memiliki nilai tambah? Jaman sudah berubah, man….!. Saat ini orang yang berusaha atau bekerja tidak selalu mendapatkan hasil yang berbanding lurus dengan apa yang diusahakannya sebagaimana jaman dulu. Bila dulu kita bekerja cukup (biasa-biasa saja), hasilnya (output) cukup. Bekerja baik, hasilnya baik. Bekerja sangat baik, hasilnya juga sangat baik. Saat ini ‘rumus’ itu tidak berlaku lagi!. Sekarang kalau kita bekerja cukup, hasilnya kurang. Bekerja baik, hasilnya cukup. Bekerja sangat baik, hasilnya baik. Bekerja sangat - sangat baik (outstanding) maka hasilnya sangat baik.

Nilai tambah perlu dikomunikasikan. Sebaik dan sedahsyat apa pun keahlian, kepakaran atau keunggulan produk – jasa yang kita miliki bila tidak dikomunikasikan (dipromosikan) tidak ada yang mengetahuinya. Kalau tidak ada yang mengetahui, tidak akan banyak orang atau perusahaan yang memanfaatkan keahlian atau produk – jasa kita. Akibat selanjutnya sudah bisa ditebak, produk atau jasa tidak boom (meledak) di pasaran. Tidak ada uang mengalir kepada kita! Kalau pun ada, jumlahnya relatif kecil.

Setelah itu, komunikasikan kepada orang atau sasaran yang tepat. Bila sudah memiliki produk atau jasa dengan nilai tambah yang tinggi, harus dikomunikasikan kepada orang yang tepat, supaya bisa cepat diketahui orang dan terjadi pembelian. Cara komunikasinya, dengan promosi yang tepat.

Melipatgandakan Kekayaan

Dalam dokumen keberkahanfinansial (Halaman 117-120)