• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Pensiun & Wasiat

Dalam dokumen keberkahanfinansial (Halaman 103-108)

Pensiun

Banyak orang ketika berbicara pensiun, seringkali acuh tak acuh. Mereka mungkin mengatakan, ”Biarlah nanti bagaimana saja, yang penting sekarang kita nikmati”. “Pensiun khan masih jauh, masih lama, ngapain dipikirin! Usia saya masih muda, masih 25 tahun”. “Bagaimana mikirin pensiun, untuk makan sebulan aja penghasilan tidak cukup”. Masih banyak lagi komentarnya. Ada juga yang berpikir bahwa untuk menyiapkan dana pensiun harus memiliki penghasilan lebih banyak dulu, baru bisa mengangsur.

Pernyataan dan persepsi seperti itu bisa mengabaikan masa depan. Kalau orang berpikiran gajinya tidak cukup untuk mempersiapkan pensiun, apakah benar demikian? Kalau sekarang dengan kondisi phisik masih sehat – wal’afiat saja tidak mempersiapkan pensiun, bagaimana saat nanti pensiun tiba? Ketika itu penghasilan berkurang sementara kondisi phisik mulai menurun.

Urusan masa depan tidak dapat diprediksi, karena tidak semua orang dikarunia kemampuan memprediksi masa depan. Tugas kita hanya mengantisipasi masa depan, selanjutnya biarlah Allah yang menentukan. Hal ini tentu sejalan dengan hadits Nabi, “Pergunakanlah lima perkara sebelum datang lima perkara yang lain. Pertama, masa hidupmu sebelum datang kematianmu. Kedua, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu. Ketiga, masa luangmu sebelum datang masa sibukmu. Keempat, masa mudamu sebelum datang masa tuamu. Kelima, masa kayamu sebelum datang masa miskinmu”

HR. Hakim Sayangnya, ada saja orang yang bermimpi agar saat pensiun bisa bekerja lagi atau mendirikan bisnis sendiri. Padahal untuk dapat dipekerjakan kembali oleh perusahaan, tidaklah mudah, apalagi bila keahliannya minimal. Demikian juga memulai bisnis diusia lanjut, sangat berisiko. Kalau mau bisnis, sebaiknya dipersiapkan sejak awal, meski harus kerja ekstra. Alasan yang mengharuskan untuk mempersiapkan pensiun, adalah :

a Ketidakpastian biaya hidup masa depan.

b Ketidakpastian kondisi phisik di masa mendatang. c Ketidakpastian penghasilan di masa depan

Langkah untuk merencanakan pensiun adalah sebagai berikut : 1. Tentukan umur pensiun yang dikehendaki.

Kebanyakan orang menentukan pensiun usia 55 tahun mengikuti ketentuan pensiun pegawai negeri (PNS), pegawai BUMN atau TNI / Polri. Namun tidak sedikit pula orang yang tidak mengetahui kapan harus pensiun. Biasanya golongan ini seringkali dialami oleh pedagang, wirausahawan atau orang - orang yang bekerja mandiri. Mereka berpikir ‘tidak mungkin’ bisa pensiun sehingga harus bekerja seumur hidup. Pemikiran seperti itu harus diluruskan. Saat ini telah berkembang wacana pensiun dini dimana orang merencanakan pensiun lebih muda (tidak tergantung pekerjaan) sehingga memiliki waktu lebih banyak untuk hal - hal yang disenangi.

sasaran utama menentukan pensiun adalah untuk membebaskan diri dari ketergantungan penghasilan yang berasal dari pekerjaan / bisnis yang dilakukan secara phisik yaitu meraih passive income.

Dengan menentukan umur pensiun, kita dapat menghitung berapa sisa waktu untuk meraihnya. Cara menghitungnya dengan mengurangi usia pensiun yang diharapkan dengan usia saat ini. Bila usia saat ini 35 tahun dan ingin pensiun usia 55 tahun, maka masih ada waktu 20 tahun untuk meraihnya.

2. Perkirakan berapa lama kita akan hidup setelah pensiun.

Tidak ada yang tahu sampai kapan kita masih hidup. Tetapi tidak ada salahnya mempersiapkan hidup dengan umur panjang. Misalnya kita akan hidup sampai umur 75 tahun, maka lama hidup pensiun adalah 75 – 50 tahun = 25 tahun. Dengan mengetahui perkiraan masa pensiun, maka kita bisa menentukan perkiraan dana yang diperlukan. 3. Perkirakan jumlah dana yang dibutuhkan selama pensiun

Kita bisa memperkirakan jumlah dana yang dibutuhkan selama masa pensiun berdasarkan biaya standar hidup saat sebelum pensiun. Bila standar hidup saat ini rata - rata Rp.6.000.000,- per bulan dan kita ingin saat pensiun minimal sama dengan nilai itu, maka besarnya standar hidup saat pensiun (21 tahun lagi) adalah Rp.30,203,002,- per bulan. Angka itu diperoleh dengan memperhitungkan tingkat inflasi rata - rata 8 persen per tahun (cara menghitung, pakai KALKULATOR SATU).

Sebelum menentukan standar hidup saat pensiun, hal yang perlu dipertimbangkan adalah apakah kondisi saat ini sudah cukup memadai secara materi sehingga kita hanya menargetkan standar hidup pensiun nanti minimal sama dengan saat ini?. Bisakah standar hidup saat pensiun nanti ditingkatkan karena kita ingin lebih sejahtera?. Hal lain yang juga harus diperhatikan adalah memproyeksikan pengeluaran dan klasifikasi biaya yang bakal meningkat atau menurun saat pensiun nanti. Pada usia pensiun, biasanya biaya pengobatan meningkat karena semakin tua seseorang, semakin mudah terserang penyakit.

Berikut ini contoh perkiraan kebutuhan dana setelah pensiun, yang dari tahun ke tahun selalu meningkat karena inflasi.

Inflasi Kebutuhan Kebutuhan Dana Awal Hasil Investasi Saldo Akhir Usia

8% (Per Bulan ) (Per tahun) (Harus Disediakan) 15% / Tahun Dana Simpanan A b c = ( b x gaji) d = ( c x 12) e f = (15% x e) g = (e-d+f) 35 (faktor kali) 6,000,000 36 1.0800 6,480,000 40 1.4693 8,815,968 45 2.1589 12,953,550 50 3.1722 19,033,015 55 4.6610 27,965,743 MASA PENSIUN 56 5.0338 30,203,002 362,436,028 3,703,140,000 555,471,000 3,896,174,972 57 5.4365 32,619,242 391,430,910 3,896,174,972 584,426,246 4,089,170,309 58 5.8715 35,228,782 422,745,382 4,089,170,309 613,375,546 4,279,800,472 59 6.3412 38,047,084 456,565,013 4,279,800,472 641,970,071 4,465,205,530 60 6.8485 41,090,851 493,090,214 4,465,205,530 669,780,830 4,641,896,146 61 7.3964 44,378,119 532,537,431 4,641,896,146 696,284,422 4,805,643,136

62 7.9881 47,928,369 575,140,426 4,805,643,136 720,846,470 4,951,349,181 63 8.6271 51,762,638 621,151,660 4,951,349,181 742,702,377 5,072,899,898 64 9.3173 55,903,649 670,843,793 5,072,899,898 760,934,985 5,162,991,090 65 10.0627 60,375,941 724,511,296 5,162,991,090 774,448,664 5,212,928,458 66 10.8677 65,206,017 782,472,200 5,212,928,458 781,939,269 5,212,395,527 67 11.7371 70,422,498 845,069,976 5,212,395,527 781,859,329 5,149,184,880 68 12.6760 76,056,298 912,675,574 5,149,184,880 772,377,732 5,008,887,039 69 13.6901 82,140,802 985,689,620 5,008,887,039 751,333,056 4,774,530,475 70 14.7853 88,712,066 1,064,544,789 4,774,530,475 716,179,571 4,426,165,257 71 15.9682 95,809,031 1,149,708,372 4,426,165,257 663,924,789 3,940,381,673 72 17.2456 103,473,754 1,241,685,042 3,940,381,673 591,057,251 3,289,753,882 73 18.6253 111,751,654 1,341,019,845 3,289,753,882 493,463,082 2,442,197,119 74 20.1153 120,691,786 1,448,301,433 2,442,197,119 366,329,568 1,360,225,253 75 21.7245 130,347,129 1,564,165,548 1,360,225,253 204,033,788 93,494

Pada usia pensiun 56 tahun, dana awal yang dibutuhkan sebesar Rp.3,703,140,000,- agar bisa mencukupi kebutuhan hidup selama masa pensiun (20 tahun, hingga usia 75 tahun). Wouw … besar sekali? Mampukah kita mengumpulkan dana sebesar itu? Jika saat ini usia 35 tahun, kita masih memiliki waktu selama 20 tahun untuk mengumpulkan uang sebesar itu. Berdasarkan perhitungan dengan KALKULATOR TIGA, angsuran minimal setiap bulan adalah sebesar Rp. 4,836,300,- (asumsi hasil investasi 15%). Angsuran sebesar itu mungkin masih memberatkan.

Lalu bagaimana agar angsuran tersebut tidak memberatkan? Pertama, bila kita memiliki uang tunai, kita bisa menginvestasikan uang itu sehingga meringankan angsuran per bulan. Misalnya saat ini ada uang tunai Rp.50.000.000,-, bila diinvestasikan selama 20 tahun hasilnya kurang lebih Rp. 818.326.870,-. Sehingga dana yang dibutuhkan menjadi Rp.2.884.813.130,-, dengan angsuran Rp.1.902.967,- per bulan. Angka ini mungkin masih memberatkan terutama di tahun – tahun pertama. Tetapi jangan cemas….., karena pada tahun berikutnya, jumlah itu akan terasa ringan seiring kenaikan gaji atau penghasilan kita. Kedua, memilih instrumen investasi dengan hasil yang lebih tinggi misalnya diatas 15% per tahun. Untuk itu, kita harus memperhatikan berbagai strategi investasi yang efektif.

4. Tentukan strategi.

Pilihan strategi sangat tergantung pada kecerdasan finansial dan kemampuan finansial kita saat ini. Berikut ini strategi yang dapat dipilih untuk menyiapkan dana pensiun :

a. Investasi sendiri dalam portofolio Tabungan, Deposito, Saham, Obligasi syariah atau reksadana syariah. Dengan cara ini, kita lebih fleksibel, namun kelemahannya kita sering tidak disiplin.

b. Program Pensiun. Mengikuti program pensiun yang ditawarkan oleh asuransi unit link atau bank, seperti Simponi, DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) dan lainnya.Kelemahan mengikuti program ini, karena sering terjadi perusahaan tidak transparan, korupsi, atau salah kelola sehingga menyebabkan tidak terbayarnya pensiun di masa depan. Keuntungan dari program ini karena kita ‘dipaksa’

mengangsur setiap bulan atau tahun, sehingga menjadi disiplin. Bandingkan bila menabung sendiri, mungkin tidak tahan ‘godaan’ untuk keperluan lain.

c. Investasi properti. Mempersiapkan penghasilan pensiun dengan membeli properti merupakan cara yang relatif ‘aman’ karena harga properti biasanya mengalami kenaikan rata - rata 20 persen per tahun. Properti juga bisa disewakan. Agar investasi ini berkembang biak, kita dapat melakukan hal berikut. Membeli properti – secara tunai atau kredit, tergantung kemampuan - yang dapat disewakan. Kemudian memakai hasil sewa tersebut untuk mengangsur properti berikutnya. Hal ini kita lakukan sampai memiliki beberapa properti dan penghasilan sewanya sudah sesuai penghasilan yang diharapkan saat pensiun. Ulasan lebih detil dijelaskan pada bab berikutnya.

d. Merintis business owner. Bagi seorang karyawan, untuk mempersiapkan pensiun bisa juga mendirikan bisnis sendiri dan dikembangkan menjadi business owner, sehingga pengelolaannya tidak tergantung pemiliknya. Business owner adalah bisnis yang sudah memiliki sistem sedemikian rupa, sehingga pengelolaannya tidak tergantung pada seseorang. Sedangkan bagi pemiliki bisnis, langkah yang harus dilakukan adalah membuat sistem agar pengelolaan bisnisnya dapat ditinggalkan sewaktu – waktu tanpa mengganggu jalannya perusahaan.

e. Gabungan semua instrumen investasi

Kita dapat melakukan berbagai strategi investasi diatas. Ini adalah strategi yang sangat baik, karena kita melakukan diversifikasi, untuk memperkecil risiko. Ibaratnya, tidak meletakkan telur dalam satu keranjang. Pilihan ini mudah dilaksanakan kalau kita memiliki dana yang cukup besar.

Wasiat

Perencanaan wasiat, penting dilakukan untuk menghindari salah paham menyangkut warisan, hutang piutang, serta tugas -tugas yang belum diselesaikan oleh orang yang meninggal.

“Diwajibkan atas kamu, apabila seorang diantara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu - bapak dan karib kerabatnya secara ma’ruf (adil dan baik). Wasiat itu tidak melebihi sepertiga dari seluruh harta orang yang akan meninggal itu), (ini adalah) kewajiban atas orang - orang yang bertaqwa”.

Q.S Al - Baqarah (2) : 180

Mengapa perlu surat wasiat?

• Sebagai bentuk kasih sayang kepada orang - orang terkasih yang ditinggalkan. Membuat wasiat berarti membuat semuanya menjadi jelas, sehingga diharapkan tidak ada perselisihan dikemudian hari terutama menyangkut harta yang ditinggalkan. Alangkah indahnya hidup ini bila meninggal dunia tidak meninggalkan masalah atau menciptakan masalah pada keluarga yang kita tinggalkan. Jangan sampai niat baik kita memberikan harta kepada anak cucu, malah menjadi bencana bagi mereka.

• Tidak semua hutang – piutang serta harta kekayaan diketahui oleh anggota keluarga. Tidak sedikit orang yang menyembunyikan hutang, piutang atau harta lainnya semasa hidupnya dengan alasan tertentu. Dengan wasiat, semuanya menjadi jelas.

Menurut Dan Benson dalam bukunya, 12 Stupid Mistakes People Make With Their

Money, kita dianggap melakukan kesalahan bodoh, diantaranya bila :

• Orang-orang yang kita kasihi tidak mengetahui ke mana harus mencari rekening utama, catatan dan dokumen kita jika kita terluka parah hingga meninggal.

• Sering kali kita mendapati diri kita merangkak diantara boneka-boneka yang berdebu di kolong tempat tidur untuk mencari perjanjian legal atau catatan keuangan

• Kita belum melengkapi daftar inventaris rumah atau memperbarui data tersebut dalam dua tahun terakhir

• Kita tidak memiliki surat wasiat atau belum meninjau ulang surat wasiat kita serta memperbaruinya bersama seorang perencana aset.

• Kita belum menunjuk penerima kuasa atas aset serta wakil kita untuk perawatan kesehatan.

Di dalam membuat wasiat, terutama yang menyangkut harta kekayaan, sebaiknya tidak diketahui oleh anak-anak agar mereka tidak berharap warisan. Sebab bila mereka tahu, dapat menyebabkan anak – anak malas berusaha karena mengharapkan warisan. Cara terbaik adalah tidak pernah menjanjikan apa pun (harta) terhadap anak - anak. Hal ini pula yang dilakukan oleh orang – orang kaya di Amerika. Dengan cara ini, anak cucu kita tetap bisa hidup mandiri, tanpa bergantung warisan. Meski pada akhirnya mereka juga menerima warisan itu.

Adapun langkah dalam merencanakan warisan adalah:

• Buatlah catatan keuangan dengan rapi dan lengkap, termasuk laporan harta kekayaan / aset atau neraca keuangan yang didalamnya juga tercantum hutang dan piutang.

• Tentukan secara jelas bagiannya. Meski Islam mengatur pembagian waris, tetapi kadang pelaksanaannya tidak semulus yang dibayangkan bila kita tidak memperjelas sejak awal. Sebutkan dengan jelas siapa saja yang berhak atas warisan dan berapa bagiannya.

• Wasiat terhadap warisan itu, hendaknya dititipkan atau disampaikan kepada orang yang bisa dipercaya dan sebaiknya ada saksinya. Akan lebih baik bila membuat surat wasiat melalui pejabat resmi seperti notaris.

Dalam dokumen keberkahanfinansial (Halaman 103-108)