• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Analisis Data

4.2.1.2 Penanda Fatis Kekecewaan

Setiap manusia, pasti pernah mengalami rasa kecewa. Ada yang bisa menutupi rasa kecewanya dan ada yang tidak bisa menutupi rasa kecewa tersebut.

Seseorang yang mengalami kekecewaan yang besar dan mendalam cenderung tidak bisa menutupi rasa kecewanya, untuk mengungkapkannya tidak lagi melalui tuturan, melainkan tindakan. Sementara, ada orang yang bisa menutup rasa

kecewanya agar tetap dapat berinteraksi dengan masyarakat. Orang tersebut menggunakan tuturan yang sopan agar penutur bisa menutupi rasa kekecewaannya.

Tuturan N1

Penutur : Gugatannya dikabulkan, lega, bahagia hidup di negeri khatulistiwa ya mbak?

Mitra tutur : Gini mbak, kalau saya dari awal konsisten teguh bahwa Yudisial PKPU 20 itu tidak karena senang pada perilaku korupsi. Tapi semata-mata menjadi warga negara yang baik, tunduk, dan taat pada konstitusi. Itu saya letakkan benar. Saya nggak mau hanya karena manggungnya nanti dibenci orang karena sebagai mantan napi korupsi. Lalu kemudian saya mau jadi penjahat konstitusi. Saya satu diantara yang tidak mau muncul. Karena bagi saya, saya salah satu diantara yang muncul dan tidak mau muncul dari kebanyakan. Memang beban moral ditunjuk-tunjuk sebagai koruptor itu bebannya luar biasa.

Dari sejak menjalani sampai dengan pulang, juga masih.

(Konteks : Tuturan disampaikan pada Rabu, 18 September 2018. Tuturan disampaikan pada malam hari di studio Trans 7 pada saat acara Mata Najwa berlangsung. Dalam tuturan tersebut terdapat penutur dan mitra tutur yang terlibat. Penutur adalah perempuan yang merupakan pembawa acara Mata Najwa, sedangkan mitra tutur adalah perempuan yang merupakan mantan napi korupsi dan penggugat peraturan KPU ke Mahkamah Agung. Suasana tuturan tersebut serius karena mitra tutur ingin menyampaikan kekecewaan kepada orang-orang karena ditunjuk-tunjuk sebagai mantan napi korupsi.)

Tuturan N1 merupakan tuturan dengan penanda fatis yang diucapkan oleh mitra tutur dengan bentuk tuturan “Memang beban moral ditunjuk-tunjuk sebagai koruptor itu bebannya luar biasa.” Penutur adalah seorang perempuan yang merupakan pembawa acara Mata Najwa. Sementara mitra tutur adalah seorang perempuan yang merupakan mantan napi korupsi dan penggugat peraturan KPU ke Mahkamah Agung. Mitra tutur menyampaikan tuturan tersebut

karena ingin menyampaikan rasa kecewanya kepada orang-orang yang telah memberi label dengan sebutan koruptor kepada dirinya. Suasana yang terjadi pada saat tuturan yaitu santai namun cenderung ke serius karena mitra tutur ingin menunjukkan rasa kecewanya.

Setiap manusia, pasti pernah mengalami rasa kecewa. Ada yang bisa menutupi rasa kecewanya dan ada yang tidak bisa menutupi rasa kecewa tersebut.

Orang tersebut menggunakan tuturan yang sopan agar penutur bisa menutupi rasa kekecewaannya, seperti “iya, tidak apa-apa.”, “Oh. Oke.”, “ya sudah”, dan sebagainya sebagai bentuk tuturan untuk menutupi rasa kecewanya (Rahardi dan Setyaningsih, 2017:187). Tuturan N1 pada bagian yang bercetak tebal merupakan tuturan fatis yang secara spesifik adalah penanda fatis. Penanda fatis dalam tuturan N1 termasuk ke dalam penanda fatis kekecewaan karena dalam penanda tersebut ada ungkapan kekecewaan yang ditujukan untuk suatu pihak. Hal itu tampak dalam penanda fatis yang terdapat pada tuturan N1, yaitu “Memang beban moral ditunjuk-tunjuk sebagai koruptor itu bebannya luar biasa.” Penanda fatis yang dituturkan oleh mitra tutur tersebut ingin disampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberi label kepada dirinya sengan sebutan koruptor. Penanda tersebut dalam hal ini masuk ke dalam penanda fatis dengan kekecewaan.

Tuturan N2

Penutur : Dia ikut sama Ibu?

Mitra tutur : Dia ikut sama saya dan dari pihak kepolisian tidak mengijinkan saya kalau untuk mengantar anak saya untuk saya titipkan.

Penutur : Jadi, saat pertama diperiksa, ibu sudah langsung ditahan?

Mitra tutur : Bukan pertama diperiksa. Itu sudah beberapa kali pemeriksaan.

Pemanggilan terakhir hari Jumat waktu itu inget. Senin saya datang untuk pemanggilan terakhir itu. Begitu saya datang dengan anak saya yang paling kecil, saya langsung ditahan, saya tidak bisa. Kalau saya ingat itu,...

Penutur : Sakit ya bu?

Mitra tutur : Luar biasa sakitnya. Tapi tetep harus kuat di depan anak-anak.

Mereka tidak boleh lihat saya menangis.

(Konteks : Tuturan disampaikan pada Rabu, 21 November 2018. Tuturan disampaikan pada malam hari saat acara Mata Najwa berlangsung, dalam tuturan tersebut, ada penutur dan mitra tutur yang terlibat. Penutur adalah perempuan yang merupakan pembawa acara Mata Najwa, sedangkan mitra tutur adalah perempuan yang merupakan korban kasus UU ITE. Suasana saat terjadi tuturan adalah sedih dan pilu.)

Seseorang yang mengalami kekecewaan yang besar dan mendalam cenderung tidak bisa menutupi rasa kecewanya, untuk mengungkapkannya tidak lagi melalui tuturan, melainkan tindakan. Sementara, ada orang yang bisa menutup rasa kecewanya agar tetap dapat berinteraksi dengan masyarakat. Orang tersebut menggunakan tuturan yang sopan agar penutur bisa menutupi rasa kekecewaannya, seperti “iya, tidak apa-apa.”, “Oh. Oke.”, “ya sudah”, dan sebagainya sebagai bentuk tuturan untuk menutupi rasa kecewanya (Rahardi dan Setyaningsih, 2017:187). Tuturan N2 merupakan tuturan dengan penanda fatis yang diucapkan oleh mitra tutur dengan bentuk tuturan “Luar biasa sakitnya”.

Penutur adalah seorang perempuan yang merupakan pembawa acara Mata Najwa.

Sementara mitra tutur adalah seorang perempuan yang merupakan korban kasus UU ITE. Suasana yang terjadi pada saat tuturan yaitu sedih dan pilu.

Tuturan N2 pada bagian yang bercetak tebal merupakan tuturan fatis yang secara spesifik adalah penanda fatis. Penanda fatis dalam tuturan N2 termasuk ke

dalam penanda fatis kekecewaan karena dalam penanda tersebut ada tuturan yang menggambarkan kekecewaan terhadap pihak terkait. Hal itu tampak dalam penanda fatis yang terdapat pada tuturan N2, yaitu “Luar biasa sakitnya”. Pada penanda fatis yang pertama mitra tutur ingin menyampaikan rasa kecewanya kepada pihak kepolisian karena pihak kepolisian tidak mengizinkan mitra tutur untuk mengantarkan anaknya untuk dititipkan. Di penanda fatis kedua, mitra tutur mengalami kecewa yang sangat mendalam. Sebagai seorang ibu, mitra tutur sangat sedih dan hatinya hancur ketika mitra tutur tidak diperbolehkan untuk mengantarkan anaknya. Penanda tersebut dalam hal ini dapat dikatakan memiliki fungsi untuk menyampaikan rasa kecewa kepada pihak tertentu.

Tuturan N3

Penutur : Ibu, kondisinya bagaimana?

Mitra tutur : Alhamdullilah sehat.

Penutur : Sehat?

Mitra tutur : Sehat.

Penutur : Sudah lebih tenang, jauh lebih tenang setelah waktu berlalu atau masih ada yang dirasakan?

Mitra tutur : Waktu itu tuh udah tenang. Tenang. Cuma pas lihat kejadian kemarin, melihat berita kemarin, badan merinding semua sampai saya nggak berani ngeliat acara-acara, liputan-liputan, saya nggak berani lihat. Apa yang saya rasakan dulu, itu sakit. Jadi, teringat lagi. Betapa sakitnya saya. Apa yang bapak rasakan, itu saya rasakan dulu. Lama Pak. Lama Pak, saya untuk bangkit dari itu. Rangga anak saya paling besar, Bu. Ibu mana yang bisa menerima anaknya, dari bayi sampai udah ini. Nggak ada.

Sakitnya nggak bisa dibayangin. Nggak bisa dirasakan. Tapi, dengan seiringnya waktu, kami bisa menerima takdir dari Allah.

Ya, keluarga semua mengiklaskan. Biar bagiaman sakitnya, itu udah takdir. Kita manusia nggak bisa berbuat apa-apa. Kita pun akan mengalami meninggal, cuma waktunya aja yang kita nggak

tau. Cuma meninggalnya anak saya, bikin sakit saya itu, anak saya meninggalnya itu nggak wajar. Itu yang saya sakit.

Itu yang bikin keluarga saya sakit. Terutama saya yang melahirkannya, yang menyusui, yang mengurus dari bayi sampai dewasa.

(Konteks : Tuturan disampaikan pada Rabu, 26 September 2018. Tutyuan disampaikan pada malam hari di Studio Trans 7 pada saat acara Mata Najwa berlangsung, dalam tuturan tersebut terdapat penutur dan mitra tutur yang terlibat. Penutur adalah perempuan yang merupakan pembawa acara Mata Najwa, sedangkan mitra tutur adalah perempuan yang merupakan ibunda dari almarhum Rangga yang menjadi korban dari Jakmania vs Bobotoh. Suasana pada saat terjadi tuturan yaitu sedih dan memilukan.)

Setiap manusia, pasti pernah mengalami rasa kecewa. Ada yang bisa menutupi rasa kecewanya dan ada yang tidak bisa menutupi rasa kecewa tersebut.

Seseorang yang mengalami kekecewaan yang besar dan mendalam cenderung tidak bisa menutupi rasa kecewanya, untuk mengungkapkannya tidak lagi melalui tuturan, melainkan tindakan. Sementara, ada orang yang bisa menutup rasa kecewanya agar tetap dapat berinteraksi dengan masyarakat. Orang tersebut menggunakan tuturan yang sopan agar penutur bisa menutupi rasa kekecewaannya (Rahardi dan Setyaningsih, 2017:187). Tuturan N3 merupakan tuturan dengan penanda fatis yang diucapkan oleh mitra tutur dengan bentuk tuturan “Cuma meninggalnya anak saya, bikin sakit saya itu, anak saya meninggalnya itu nggak wajar.” Penutur adalah seorang perempuan yang merupakan pembawa acara Mata Najwa. Sementara mitra tutur adalah seorang perempuan yang merupakan ibunda dari almarhum Rangga yang menjadi korban dari Jakmania vs Bobotoh. Suasana yang terjadi pada saat tuturan yaitu sedih dan memilukan.

Tuturan N3 pada bagian yang bercetak tebal merupakan tuturan fatis yang secara spesifik adalah penanda fatis. Penanda fatis dalam tuturan N2 termasuk ke dalam penanda fatis kekecewaan karena dalam penanda tersebut ada tuturan yang menggambarkan kekecewaan kepada oknum yang terlibat. Hal itu tampak dalam penanda fatis yang terdapat pada tuturan N3, yaitu “Cuma meninggalnya anak saya, bikin sakit saya itu, anak saya meninggalnya itu nggak wajar. Itu yang saya sakit. Itu yang bikin keluarga saya sakit.”.Pada penanda fatis tersebut mitra tutur ingin menyampaikan rasa kecewanya atas meninggalnya anaknya yang tidak wajar. Hati ibu mana yang tidak hancur ketika melihat anaknya meninggal dengan kondisi yang tidak wajar. Seperti itulah yang dirasakan oleh mitra tutur. Mitra tutur mengalami rasa kecewa yang mendalam, walaupun sudah mencoba untuk mengikhlaskan tetapi masih berat untuk mitra tutur. Penanda tersebut dalam hal ini dapat dikatakan memiliki fungsi untuk menyampaikan rasa kecewa yang mendalam kepada pihak tertentu.

4.2.1.3 Penanda Fatis Ucapan Terima Kasih

Penanda fatis “terima kasih” merupakan indikator tuturan untuk mengucapkan terima kasih. Dalam kehidupan bersosial, ada tiga kata utama yang harus diucapkan sesama makhluk sosial, yaitu maaf, tolong, dan terima kasih.

Menyampaikan ucapan terima kasih kepada orang lain adalah kebiasaan bertutur sapa yang sangat baik dalam masyarakat berbudaya yang akan dapat menguatkan dan mengukuhkan komunikasi dan interaksi serta menghargai sesama.

Tuturan C1

Penutur : Pemirsa tragedi gempa dan tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah membawa duka bagi kita semua. Ucapan bela sugkawa untuk seluruh korban jiwa dan keluarga yang kehilangan. Mata Najwa hari ini menghadirkan orang-orang yang melihat langsung bagaimana gempa dan tsunami melanda Palu. Untuk memetik pelajaran, apa yang harus kita lakukan saat terjadi bencana. Saya perkenalkan yang hadir malam ini, ada pramugari Garuda, Tria Utari yang sempat terjebak di dalam hotel saat gempa dan tsunami melanda Palu. Dan juga hadir pilot pesawat terakhir, lepas landas dengan selamat dari bandara Mutiara Palu saat gempa terjadi, Kapten Ricosetta Mafella.

Selamat malam mbak Tria, selamat malam Kapten.

Mitra tutur : Selamat malam

Penutur : Terima kasih banyak sudah hadir di Mata Najwa.

Mitra tutur : Iya, terima kasih.

(Konteks : Tuturan disampaikan pada Rabu, 3 Oktober 2018. Tuturan terjadi pada malam hari di studio Trans 7 pada saat acara Mata Najwa berlangsung.

Penutur adalah seorang perempuan berusia 41 tahun yang merupakan pembawa acara Mata Najwa, sedangkan mitra tutur adalah perempuan yang merupakan pramugari Garuda Airlines. Suasana pada saat tuturan santai tetapi dalam kondisi berduka karena belum lama terjadi gempa dan tsunami.)

Tuturan C1 merupakan tuturan dengan penanda fatis yang diucapkan oleh penutur dan mitra tutur dengan bentuk tuturan “Terima kasih banyak sudah hadir di Mata Najwa” dan “Iya, terima kasih”. Penutur adalah seorang perempuan yang merupakan pembawa acara Mata Najwa. Sementara mitra tutur adalah perempuan yang merupakan pramugari Garuda Airlines. Suasana pada saat tuturan santai tetapi dalam kondisi berduka karena belum lama terjadi gempa dan tsunami. Menyampaikan ucapan terima kasih kepada orang lain adalah kebiasaan bertutur sapa yang sangat baik dalam masyarakat berbudaya yang akan dapat

menguatkan dan mengukuhkan komunikasi dan interaksi serta menghargai sesama (Rahardi dan Setyaningsih, 2017:187)

Tuturan C1 pada bagian yang bercetak tebal merupakan tuturan fatis yang secara spesifik adalah penanda fatis. Penanda fatis dalam tuturan C1 termasuk ke dalam penanda fatis ucapan terima kasih karena dalam penanda tersebut ada tuturan yang menggambarkan rasa atas apa yang telah diterima dan ungkapan untuk membalas budi kepada seseorang setelah menerima kebaikan atau sudah melakukan sesuatu untuk dirinya. Hal itu tampak dalam penanda fatis yang terdapat pada tuturan C1, yaitu “Terima kasih banyak sudah hadir di Mata Najwa” dan “Iya, terima kasih”. Pada penanda fatis pertama yang diungkapkan

oleh penutur tersebut, penutur ingin menyampaikan rasa syukurnya kepada mitra tutur, karena mitra tutur dapat hadir di acara yang dibawakan oleh penutur.

Sementara itu, pada penanda fatis yang kedua yang diungkapkan oleh mitra tutur menunjukkan bahwa mitra tutur juga bersyukur karena sudah diundang untuk hadir di acara yang dibawakan oleh penutur. Penanda tersebut dalam hal ini dapat dikatakan memiliki fungsi untuk menyampaikan rasa syukur terhadap apa yang telah diperoleh.

Tuturan C2

Penutur : Sudah hadir di meja Mata Najwa, ayah almarhum Haringga, Bapak Siloam, dan juga keluarga Rangga yang meninggal dalam insiden supporter 2012 silam, Iip Sarifah, bunda almarhum Rangga dan Cakra Wibawa, adik almarhum Rangga. Terima kasih sudah hadir di Mata Najwa. Boleh kita kasih tepuk tangan untuk para keluarga. Terima kasih banyak dan sebelumnya saya ingin menyampaikan bela sungkawa yang paling dalam untuk Pak Siloam dan keluarga.

Mitra tutur : Iya. Terima kasih.

(Konteks : tuturan disampaikan pada Rabu, 26 Sepetember 2018. Tuturan disampaikan pada malam hari di studio Trans 7 pada saat acara Mata Najwa berlangsung. Penutur adalah perempuan yang berusia 41 tahun yang merupakan pembawa acara Mata Najwa, sedangkan mitra tutur adalah seorang laki-laki paruh baya yang merupakan ayah dari almarhum Haringga. Suasana pada saat itu sedih karena berduka adanya insiden supporter yang meninggal ketika selesai pertandingan bola.)

Tuturan C2 merupakan tuturan dengan penanda fatis yang diucapkan oleh penutur dan mitra tutur dengan bentuk tuturan “Terima kasih sudah hadir di Mata Najwa “ dan “Iya, terima kasih”. Penutur adalah seorang perempuan yang merupakan pembawa acara Mata Najwa. Sementara mitra tutur adalah laki-laki paruh baya yang merupakan ayah dari almarhum Haringga. Suasana pada saat itu sedih karena berduka adanya insiden supporter yang meninggal ketika selesai pertandingan bola. Menyampaikan ucapan terima kasih kepada orang lain adalah kebiasaan bertutur sapa yang sangat baik dalam masyarakat berbudaya yang akan dapat menguatkan dan mengukuhkan komunikasi dan interaksi serta menghargai sesama.

Tuturan C2 pada bagian yang bercetak tebal merupakan tuturan fatis yang secara spesifik adalah penanda fatis. Penanda fatis dalam tuturan C2 termasuk ke dalam penanda fatis ucapan terima kasih karena dalam penanda tersebut ada tuturan yang menggambarkan rasa atas apa yang telah diterima dan ungkapan untuk membalas budi kepada seseorang setelah menerima kebaikan, bantuan, atau sudah melakukan sesuatu untuk dirinya (Ibrahim, 1993:16). Hal itu tampak dalam penanda fatis yang terdapat pada tuturan C2, yaitu “Terima kasih sudah hadir di Mata Najwa “dan “Iya, terima kasih”. Penanda fatis pertama yang diungkapkan

oleh penutur tersebut, penutur ingin menyampaikan rasa syukurnya kepada mitra tutur, karena mitra tutur dapat hadir di acara yang dibawakan oleh penutur.

Sementara itu, pada penanda fatis yang kedua yang diungkapkan oleh mitra tutur menunjukkan bahwa mitra tutur juga berterima kasih atas perhatian yang diberikan penutur kepada mitra tutur. Penutur menyampaikan ucapan belasungkawa kepada mitra tutur, dan dijawab terima kasih oleh mitra tutur. Ini termasuk bentuk perhatian yang diberikan penutur kepada mitra tutur. Penanda tersebut dalam hal ini dapat dikatakan memiliki fungsi untuk menyampaikan rasa syukur terhadap apa yang telah diperoleh.

Tuturan C3

Penutur : Memang tak ada lawan dan kawan yang abadi dalam politik.

Istilah itu tergambar dalam peta politik jelang pilpres. Mantan kawan bisa jadi awan, begitu juga sebaliknya. Dan untuk mendengarkan kisah para mantan , hari ini Mata Najwa mengundang sejumlah politikus yang memilih meninggalkan cintanya yang lama dalam dukungan pilpres 2019. Sudah hadir, saya perkenalkan satu per satu. Ini ada Ketua TKN (Tim Kampanye Nasional ) Jawa Barat, kang Dedy Mulyadi. Selamat malam.

Mitra tutur : Selamat malam.

Penutur : Terima kasih sudah hadir.

(Konteks : Tuturan disampaikan pada Rabu, 5 Desember 2018. Tuturan terjadi pada malam hari di studio Trans 7 pada saat acara Mata Najwa berlangsung.

Penutur adalah perempuan berusia 41 tahun yang merupakan pembawa acara Mata Najwa. Sedangkan mitra tutur adalah seorang laki-laki yang merupakan Ketua TKN (Tim Kampanye Nasional ) Jawa Barat. Suasana saat terjadi tuturan tersebut masih dalam kondisi yang santai dan ringan.)

Tuturan C3 merupakan tuturan dengan penanda fatis yang diucapkan oleh penutur dengan bentuk tuturan “Terima kasih sudah hadir”. Penutur adalah

seorang perempuan yang merupakan pembawa acara Mata Najwa. Mitra tutur seorang laki-laki yang merupakan Ketua TKN (Tim Kampanye Nasional) Jawa Barat. Suasana saat terjadi tuturan tersebut masih dalam kondisiyang santai dan ringan .

Tuturan C3 pada bagian yang bercetak tebal merupakan tuturan fatis yang secara spesifik adalah penanda fatis. Penanda fatis dalam tuturan C3 termasuk ke dalam penanda fatis ucapan terima kasih karena dalam penanda tersebut ada tuturan yang menggambarkan rasa atas apa yang telah diterima dan ungkapan untuk membalas budi kepada seseorang setelah menerima kebaikan, bantuan, atau sudah melakukan sesuatu untuk dirinya (Ibrahim, 1993:16). Hal itu tampak dalam penanda fatis yang terdapat pada tuturan C3, yaitu “Terima kasih sudah hadir di Mata Najwa“. Penanda fatis yang diungkapkan oleh penutur tersebut, penutur ingin menyampaikan rasa syukurnya kepada mitra tutur, karena mitra tutur dapat hadir di acara yang dibawakan oleh penutur. Ini termasuk bentuk perhatian yang diberikan penutur kepada mitra tutur. Penanda tersebut dalam hal ini dapat dikatakan memiliki fungsi untuk menyampaikan rasa syukur terhadap apa yang telah diperoleh.

4.2.1.4 Penanda Fatis Bercanda

Bercanda berfungsi untuk bersenda gurau dengan maksud membuat suasana menjadi lebih nyaman. Selain itu bercanda berfungsi untuk membuat orang yang berada disekitar merasa senang dan sejenak melupakan beban kehidupan yang ada di dalam diri mereka. Bercanda juga berfungsi untuk

menghilangkan tekanan batin yang dialami seseorang. Seseorang akan lebih merasa nyaman ketika sudah bisa tertawa dengan lepas.

Tuturan F1

Penutur : Paling sering ibu telephone, siapa?

Mitra tutur pertama : Semuanya.

Penutur : Apa mas Kaesang? Apa Mas Gibran?

Mitra tutur pertama : Semua.

Mitra tutur kedua : (berbicara kepada mitra tutur pertama) Kapan telephone aku?

Hehehe.

Mitra tutur pertama dan penutur : Hehehehe

(Konteks : Tuturan disampaikan pada Rabu, 12 Desember 2018. Tuturan terjadi pada sore hari di Istana Bogor pada saat acara Mata Najwa berlangsung.

Penutur adalah seorang perempuan berusia 41 tahun yang merupakan pembawa acara Mata Najwa. Sedangkan terdapat dua mitra tutur dalam tuturan tersebut.

Mitra tutur pertama adalah seorang perempuan yang merupakan Ibu Negara Republik Indonesia dan ibu dari mitra tutur kedua, sedangkan mitra tutur kedua adalah seorang laki-laki yang merupakan anak dari mitra tutur pertama suasana yang terjadi pada saat tuturan yaitu santai dan menyenangkan.)

Tuturan F1 merupakan tuturan dengan penanda fatis yang diucapkan oleh mitra tutur kedua dengan bentuk tuturan “Kapan telephone aku? Hehehe.”

Penutur adalah seorang perempuan yang merupakan pembawa acara Mata Najwa.

Sedangkan terdapat dua mitra tutur dalam tuturan tersebut. Mitra tutur pertama adalah seorang perempuan yang merupakan Ibu Negara Republik Indonesia dan ibu dari mitra tutur kedua, sedangkan mitra tutur kedua adalah seorang laki-laki yang merupakan anak dari mitra tutur pertama suasana yang terjadi pada saat tuturan yaitu santai dan menyenangkan. Tuturan F1 pada bagian yang bercetak tebal merupakan tuturan fatis yang secara spesifik adalah penanda fatis. Canda

atau gurauan sangat bermanfaat untuk menjadikan hubungan antara penutur dan mitra tutur semakin erat (Rahardi dan Setyaningsih, 2017:187).

Penanda fatis dalam tuturan F1 termasuk ke dalam penanda fatis bercanda karena dalam penanda tersebut ada tuturan yang membuat orang disekitarnya terhibur dan membuat suasana menjadi menyenangkan. Hal itu tampak dalam penanda fatis yang terdapat pada tuturan F1, yaitu “Kapan telephone aku?

Hehehe“. Penanda fatis yang diungkapkan oleh mitra tutur kedua tersebut, mitra tutur kedua ingin berbagi keceriaan kepada setiap orang. Dilihat dari tuturan

Hehehe“. Penanda fatis yang diungkapkan oleh mitra tutur kedua tersebut, mitra tutur kedua ingin berbagi keceriaan kepada setiap orang. Dilihat dari tuturan