• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I

PENDAHULUAN

Bab pendahuluan ini, akan memaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Paparan selengkapnya disampaikan berikut ini.

1.1 Latar Belakang Masalah

Semua makhluk sosial di dunia ini saling berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain. Manusia sebagai makhluk sosial dapat berinteraksi melalui bahasa, baik secara lisan maupun tulisan. Bahasa sebagai salah satu wujud yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, karena bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbriter yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana:1983). Menurut Keraf (dalam Suandi, 2014:4) bahasa merupakan alat komunikasi antara anggota masyarakat, berupa lambang bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucapnya. Berdasarkan pandangan dari dua tokoh tersebut, dapat disimpulkan, bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.

Bahasa merupakan sebuah alat komunikasi yang digunakan oleh setiap individu dalam menjalin interaksi sosial dalam kehidupan masyarakat. Selain itu, bahasa memiliki salah satu peran dan fungsi yang mendasar, yakni sebagai medium penyampai maksud atau tujuan, sebagai saluran atau lorong penyampai pikiran, gagasan, ide, dan keinginan. Dalam suatu masyarakat, manusia tidak

mungkin dapat berkomunikasi apabila anggota masyarakat tersebut tidak menggunakan bahasa sebagai alat. Manusia bukan makhluk individu, melainkan makhluk sosial yang di dalam kesehariannya membutuhkan yang namanya bahasa. Tanpa adanya bahasa, manusia belum bisa dikatakan sebagai makhluk sosial (Nababan, 1986:46).

Malinowski (1993:315) dalam tesis Waridin (2008:13) mendefinisikan phatic communion sebagai “a type of speech in which ties of union are created by a more exchange of word.” Phatic communion mempunyai fungsi sosial. Phatic communion digunakan dalam suasana ramah tamah dan dalam ikatan personal antar peserta komunikasi. Menurut Dabala (2012:137) menyatakan tentang fatis adalah ucapan yang dapat kita tunjukkan dalam arah yang benar: itu adalah tugas sosial, yang bertujuan untuk membangun kontak, komunikasi antara pembicara dan penerima.

Menurut Jacobson dan Hymes dalam Cook (1989:26), fungsi fatis adalah membuka saluran komunikasi dan memeriksa apakah itu berfungsi lebih baik, alasan sosial, pembentukan dan pemeliharaan kontak, juga menjaga kohesi dalam kelompok sosial. Berdasarkan teori-teori di atas, maka penulis menyimpulkan fungsi fatis adalah pembicaraan yang digunakan untuk mengawali dan mempertahankan percakapan ke topik pembicaraan yang kompleks antara penutur dan mitra tutur, untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman saat berkomunikasi sehingga komunikasi dapat berjalan dengan baik.

Fungsi fatis merupakan salah satu unsur yang dapat menentukan berhasil atau tidak sebuah komunikasi. Fungsi fatis dalam berbahasa sangat diperlukan,

sebab ketika berbicara langsung kepada inti pembicaraan biasanya dianggap kurang sopan dan kurang menarik dari segi pembicara. Pentingnya belajar untuk memahami seseorang ketika berkomunikasi supaya kita bisa melakukan basa-basi tanpa harus menyakiti, dan yang paling penting tidak bertentangan dengan aturan, adat istiadat, dan tata krama yang berlaku di masyarakat.

Fungsi fatis memiliki beberapa kategori, yaitu kefatisan berbahasa dengan fungsi sapaan, kefatisan berbahasa dengan fungsi kesopanan, kefatisan berbahasa dengan fungsi kekecewaan, kefatisan berbahasa dengan fungsi ucapan terima kasih, kefatisan berbahasa dengan fungsi bercanda, kefatisan berbahasa dengan fungsi pujian, kefatisan berbahasa dengan fungsi permohonan maaf, kefatisan berbahasa dengan fungsi penolakan, kefatisan berbahasa dengan fungsi ketidaksetujuan, kefatisan berbahasa dengan fungsi penghindaran, kefatisan berbahasa dengan fungsi pengucapan salam, kefatisan berbahasa dengan fungsi suruhan, kefatisan berbahasa dengan fungsi tawaran, kefatisan berbahasa dengan fungsi penegasan, dan kefatisan berbahasa dengan fungsi pengingatan. Lima belas kategori tersebut memiliki fungsinya masing-masing. Setiap tuturan yang terjadi tanpa disadari sudah masuk dalam salah satu kategori tersebut. Demikian juga setiap tuturan yang terdapat dalam acara Mata Najwa, tuturan yang disampaikan oleh penutur maupun mitra tutur yang hadir dalam acara tersebut memiliki fungsi kefatisan tersendiri.

Penggunaan fungsi fatis dalam program di televisi bermanfaat untuk lebih mempertahankan jalannya acara, agar antar penutur menjadi akrab dengan mitra tutur, mitra tutur lebih memahami tuturan yang disampaikan oleh penutur. Peneliti

melihat penelitian mengenai fungsi fatis antar penutur dalam acara Mata Najwa belum banyak yang meneliti terutama dalam kajian pragmatik, sehingga membuat penelitian ini sangat menarik untuk diteliti guna menambah wawasan kita terkait tentang acara Mata Najwa khususnya antar penutur pada saat berlangsungnya acara. Selain itu, penggunaan bahasa yang digunakan oleh penutur pada saat acara berlangsung sangat mempengaruhi jalannya acara tersebut. Penutur harus bisa mempertahankan kemurnian tuturan agar mitra tutur dan partisipan bisa memahami maksud tuturan tersebut.

Secara tidak langsung, fungsi fatis menjadi bagian yang penting dalam hal percakapan. Tuturan fatis yang diucapkan oleh penutur kepada lawan tutur tentu memiliki penanda dan fungsi tertentu ketika diucapkan. Penanda dan fungsi tersebut yang nantinya akan masuk ke dalam lima belas kategori fungsi fatis.

Dalam hal ini, peneliti tertarik untuk meneliti fungsi fatis yang terjadi antara penutur dengan pembawa acara ketika acara Mata Najwa berlangsung, karena menurut peneliti belum banyak yang meneliti fungsi fatis dibidang tersebut.

Percakapan fatis digunakan untuk memulai percakapan kemudian akan merujuk kepada komunikasi yang lebih kompleks dengan suasana yang nyaman.

Fungsi fatis secara tidak langsung membawa percakapan yang dilakukan penutur dan mitra tutur kearah suasana yang lebih baik. Penelitian skripsi yang akan peneliti lakukan dibatasi pada fungsi fatis. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul

“Fungsi Fatis dalam Komunikasi Antarpenutur pada Acara “Mata Najwa”

Stasiun Televisi Trans 7 Edisi September-Desember 2018”