• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Analisis Data

4.2.2.14 Kefatisan Berbahasa dengan Fungsi Pengingatan

Kefatisan berbahasa dengan fungsi pengingatan berfungsi sebagai saran untuk mengingatkan kepada sesama. Manusia memilki daya ingat untuk mengingat setiap kejadian yang pernah dilakukan dan dialaminya. Daya ingat manusia memilki tingkatan yang berbeda. Ada yang mempunyai daya ingat yang kuat dan ada yang memilki daya ingat yang lemah. Maka dari itu, setiap makhluk sosial harus saling mengingatkan. Mengingatkan untuk hal-hal yang baik dan mengingatkan untuk tidak berbuat kesalahan.

Tuturan H2

Penutur : Baik. Saya ingin langsung melempar, apakah bang Adian atau yang lain. Bang Adian, tadi dikatakan oleh Pak Prabowo, kenapa tidak ada pemimpin Indonesia yang berani mengatakan,

yang penting adalah pekerjaan untuk rakyat Indonesia? Pak Jokowi tidak berani mengatakan itu?

Mitra tutur : Pak Jokowi ini bukan orang yang suka teriak-teriak ya.

Bukan bicaranya yang besar, tapi kerjanya yang besar. Dia tidak perlu cerita kemana-mana. Tiba-tiba ada lapangan pekerjaan. Dia tidak perlu cerita apa-apa, tiba-tiba ada jalan, pabrik, dan sebagainya. Yang kurang dari pernyataannya adalah menjelaskan, kenapa Indonesia harus make great again? Sadar tidak bahwa ketika mertuanya dia berkuasa, tiga puluh juta hektar tanah diberikan kepada perusahaan-perusahaan asing.

Sadar enggak itu? Ada sebagian kontrak karya mendapat tiga puluh juta hektar tanah Indonesia. Lalu, sekarang menantunya menggerutu. Menggerutu kepada siapa? Kepada keputusan kebijakan mertuanya sendiri, lalu Jokowi disalahkan. NGGAK BOLEH! Jokowi Cuma menerima akibat dari keputusan-keputusan masa lalu. Kita mau bicara apa lagi? Satu persatu kita buka, hutang luar negeri. Apa? Kebijakan hak atas tanah?

Pelanggaran HAM? Penculikan aktifis dan sebagainya? Bukan Jokowi pelakunya!

(Konteks : Tuturan disampaikan pada Minggu, 28 Oktober 2018. Tuturan terjadi pada malam hari di Gedung Sriwijaya Promotion Center Palembang pada saat Mata Najwa On Stage di Palembang. Penutur adalah seorang perempuan yang merupakan pembawa acara Mata Najwa. Sedangkan mitra tutur adalah seorang laki-laki yang merupakan Tim Pemenangan Jokowi-Ma’aruf. Suasana pada saat terjadi tuturan yaitu tegang dan panas)

Tuturan H2 merupakan tuturan yang memili fungsi fatis pengingatan. Pada tuturan tersebut terdapat kalimat “Pak Jokowi ini bukan orang yang suka teriak-teriak ya. Bukan bicaranya yang besar, tapi kerjanya yang besar”

yang merupakan tuturan dengan fungsi pengingatan. Tuturan disampaikan oleh mitra tutur kepada penutur dan masyarakat Indonesia. Mitra tutur adalah laki-laki yang merupakan tim pemenangan Jokowi-Ma’aruf. Mitra tutur adalah perempuan yang merupakan pembawa acara Mata Najwa. Sesama makhluk hidup, harus saling mengingatkan, agar manusia bisa tetap mengingat apapun yang berkaitan dengan dirinya sendiri. Demikian dapat ditegaskan bahwa pengingatan yang

demikian itu dapat bersifat murni atau dapat pula bersifat tidak murni (Rahardi dan Setyaningsih, 2017:187). Mitra tutur ingin memberitahu dan mengingatkan kepada penutur dan masyarakat Indonesia, bahwa Pak Jokowi adalah orang yang tidak suka banyak bicara, tetapi suka bekerja. Mitra tutur menyampaikan tuturan tersebut agar masyarakat Indonesia percaya bahwa Pak Jokowi adalah tipe orang yang disampaikan oleh mitra tutur.

Tuturan H3

Penutur : Jadi, saya ingin menggali satu per satu dahulu. Apa alasan pribadi? Kenapa pindah ke lain hati? Dan saya ingin ke bang Ferdinand dulu. Anda dulu karena kalau kita cari kemana-mana lima tahun lalu, masih banyak tuh foto dan orasi anda, berjuang mati-matian membela Jokowi dan sekarang melakukan hal yang sebaliknya. Apa alasan utama anda beralih ke lain hati?

Mitra tutur : Iya. Makasih mbak Nana. Memang beginilah politik dan dinamikanya. Saya dulu mengenal Pak Jokowi ini sejak beliau datang ke Jakarta membawa ESEMKA. Memopulerkan ESEMKA waktu itu masih nongkrong di Taman Proklamasi.

Itulah awal-awal saya mengenal beliau. Kemudian saya tertarik mencari tahu beliau sebetulnya siapa dan apa misinya. Akhirnya pada saat itu semakin banyak berkumpul, banyak dorongan politik dari masyarakat langsung, tidak ada yang mengomando dari atas, akhirnya sekitar bulan Mei kalau nggak salah, 2012 kalau nggak salah ya. Ada Kongres Relawan di Bandung yang pertama. Berkumpullah masyarakat-masyarakat disitu.

Penutur : Oke.

Mitra tutur : Dan akhirnya lahirlah pada saat itu salah satunya relawan yang bernama BaraJP. Saya ada disana di Bara JP. Sebagai Direktur Komnas Pojok namanya. Komnas Pojok ini tugasnya membangun posko-posko Jokowi di seluruh Indonesia secara relawan.

Penutur : Oke.

Mitra tutur : Itulah saya awal berada disana dan kemudian saya....

Penutur : Dan awalnya anda berpindah?

Mitra tutur : Saya belum selesai. Saya harus ceritakan Pak Jokowi.

Penutur : Karena tadi peetanyaannya spesifik, kenapa berpindah ke lain hati?

Mitra tutur : Jadi gini, pada saat dulu saya mengenal Pak Jokowi sepertinya mengerti betul ajaran Bung Karno. Karena setiap kita diskusi selalu berbicara tentang trisakti dan trisakti. Saya pengagum ajaran Bung Karno betul ya. Semua ajaran Bung Karno sangat saya kagumi dan saya hafal betul.

Penutur : Oke. Saya garis bawahi, anda bilang sepertinya. Jadi, tidak seperti itu?

Mitra tutur : Dulu yang saya kenal seperti itu. Tetapi setelah pemerintahan ini berjalan dan mulai menang, saya mulai ragu dengan pemahaman Pak Jokowi terhadap ajaran Bung Karno ketika menyusun kabinetnya. Saya melihat betul, mencermati betul bagaimana Pak Jokowi kebingungan menyusun kabinetnya. Intervensi.

Tenyata kedaulatan itu tidak ada disana. Itu yang membuat saya semakin ragu dan terus berjalan pemerintah Pak Jokowi. Awal-awal tahun itu, pemerintah semakin jauh dari cita rasa trisakti yang disampaikan. Saya melihat akhirnya semakin melenceng.

Saya mulai makin kritis pada seratus hari pemerintahan beliau.

Ada diskusi publik, saya diundang sebagai pembicara. Saya memang menyatakan sikap agak ragu sama Jokowi lama kelamaan. Dan akhirnya terbukti, sekarang yang saya kuatirkan terjadi. Saya harus mengambil sikap politik waktu itu.

Penutur : Itu sikap politik anda, yang tentunya sah-sah saja. Tapi, kita ingin juga mengingatkan publik, apa sikap politik anda sebelum ini. Kita lihat cuplikannya.

(Konteks : Tuturan disampaikan pada Rabu, 5 Desember 2018. Tuturan terjadi pada malam hari di studio Trans 7 pada saat acara Mata Najwa berlangsung.

Penutur adalah seorang perempuan yang merupakan pembawa acara Mata Najwa. Sedangkan mitra tutur adalah seorang laki-laki yang merupakan Politikus Partai Demokrat atau Pendukung Prabowo-Sandi. Suasana yang terjadi yaitu serius.)

Tuturan H3 meupakan tuturan dengan fungsi fatis pengigatan. Terdapat pada kalimat “Itu sikap politik anda, yang tentunya sah-sah saja. Tapi, kita ingin juga mengingatkan publik, apa sikap politik anda sebelum ini.” Tuturan disampaikan oleh penutur kepada mitra tutur. Penutur adalah perempuan yang

merupakan pembawa acara Mata Najwa. Mitra tutur adalah laki-laki yang merupakan politikus Partai Demokrat atau Pendukung Prabowo-Sandi. Setiap manusia pasti sudah tidak asing lagi dengan pengingat. Manusia memiliki daya ingat untuk mengingat semua kejadian yang pernah dialami. Ada yang mempunyai daya ingat yang kuat dan ada pula yang mempunyai daya ingat yang lemah. Sesama makhluk hidup, harus saling mengingatkan, agar manusia bisa tetap mengingat apapun yang berkaitan dengan dirinya sendiri. Demikian dapat ditegaskan bahwa pengingatan yang demikian itu dapat bersifat murni atau dapat pula bersifat tidak murni (Rahardi dan Setyaningsih, 2017:187). Penutur ingin mengingatkan perjalanan pokitik dari mitra tutur. Periode sebelumnya, mitra tutur sangat mendukung Jokowi, tetapi pada periode 2019 mitra tutur sangat mendukung Prabowo-Sandi. Maka dari itu, penutur ingin mengingatkan kepada masyarakat umum dan mitra tutur mengenai pilihan dan sikap politik mitra tutur pada periode sebelumnya.