• Tidak ada hasil yang ditemukan

Harry Potter dan Batu Bertuah ”Selamat datang di Hogwarts,” kata Profesor

Dalam dokumen 295407513 BSE Bahasa Inddonesia Kelas 8 (Halaman 119-121)

McGonagall. ”Pesta awal tahun ajaran baru akan segera dimulai, tetapi sebelum kalian mengambil tempat duduk di aula besar, kalian akan diseleksi masuk rumah asrama mana. Seleksi ini upacara yang sangat penting karena selama kalian berada di sini, asrama kalian akan menjadi semacam keluarga bagi kalian di Hogwarts. Kalian akan belajar dalam satu kelas dengan teman-teman se- asrama kalian, tidur di asrama kalian, dan melewatkan waktu luang di ruang rekreasi asrama kalian.”

”Ada empat asrama di sini, Gryffindor, Hufflepuff, Ravenclaw, dan Slytherin. Masing- masing asrama punya sejarah luhur dan masing- masing telah menghasilkan penyihir hebat. Selama kalian di Hogwarts, prestasi dan kemenangan kalian akan menambah angka bagi asrama kalian, sementara pelanggaran peraturan akan membuat angka asrama kalian dikurangi. Pada akhir tahun, asrama yang berhasil mengumpulkan angka paling banyak akan dianugerahi Piala Asrama, suatu kehormatan besar. Kuharap kalian semua akan membawa kebanggaan bagi asrama mana pun yang akan kalian tempati.

”Upacara seleksi akan berlangsung beberapa menit lagi di hadapan seluruh penghuni sekolah. Kusarankan kalian merapikan diri sebisa mungkin selama menunggu.”

Matanya sejenak menatap jubah Neville, yang dikancingkan di bawah telinga kirinya, dan hidung Ron yang ada kotoran hitamnya. Harry dengan gelisah mencoba meratakan rambutnya.

”Aku akan kembali kalau kami sudah siap menerima kalian,” kata Profesor McGonagall. ”Tunggu di sini dan jangan ribut.”

Dia meninggalkan ruangan. Harry menelan ludah.

”Bagaimana cara mereka menyeleksi kita masuk asrama?” tanyanya kepada Ron.

”Dengan semacam tes, kurasa,” kata Fred, ”Prosesnya menyakitkan sekali, tetapi kurasa dia cuma bergurau.”

Hati Harry mencelos. Tes? Di depan seluruh sekolah? Tetapi dia sama sekali tak tahu apa-apa tentang sihir. Apa yang harus dilakukannya? Dia tak menyangka akan ada tes, begitu mereka sampai. Dia memandang berkeliling dengan cemas dan melihat bahwa anak-anak lain juga sama takutnya. Tak ada yang banyak bicara kecuali Hermione

Granger, yang dalam bisikan mengucapkan dengan cepat semua mantra yang telah dipelajarinya dan bertanya-tanya sendiri mantra mana yang akan diperlukannya. Harry berusaha keras untuk tidak mendengarkannya. Belum pernah dia secemas ini, belum pernah. Bahkan ketika dia harus membawa laporan dari sekolah kepada keluarga Dursley bahwa entah bagaimana dia telah mengubah wig gurunya menjadi biru, dia tidak secemas ini. Matanya diarahkannya ke pintu. Setiap saat Profesor McGonagall bisa kembali dan mem- bawanya menyongsong malapetaka.

Kemudian sesuatu terjadi yang membuatnya terlonjak sekitar tiga puluh senti ke atas – beberapa anak di belakangnya menjerit.

”Aaa . . .?”

Harry ternganga. Begitu juga anak-anak di sekitarnya. Kira-kira dua puluh hantu baru saja masuk menembus dinding belakang. Putih berkilau bagai mutiara dan agak transparan, mereka melayang di ruangan, sibuk mengobrol dan nyaris tidak memedulikan murid-murid kelas satu. Kelihatannya mereka sedang bertengkar. Hantu yang kelihatan seperti rahib kecil – gemuk berkata, ”Maafkan dan lupakan. Menurutku kita harus memberinya kesempatan kedua . . . .”

”Rahibku sayang, bukankah kita sudah memberi Peeves semua kesempatan yang layak diterimanya? Dia membuat kita semua mendapat nama buruk dan kau tahu, dia bahkan bukan hantu betulan. Eh, ngapain kalian semua di sini?”

Hantu yang memakai kerah rimpel dan celana ketat tiba-tiba menyadari ada murid-murid kelas satu.

Tak ada yang menjawab.

”Murid-murid baru!” kata rahib gemuk me- mandang berkeliling sambil tersenyum. ”Akan segera diseleksi, kan?”

Beberapa anak mengangguk tanpa suara. ”Mudah-mudahan kita ketemu lagi di Hufflepuff!” kata si rahib. ”Asramaku dulu di situ.”

”Minggir kalian,” terdengar suara tegas. ”Upacara seleksi akan segera dimulai.”

Profesor McGonagall telah kembali. Satu demi satu, hantu-hantu itu melayang keluar menembus dinding yang berhadapan.

(Dikutip dari Harry Potter dan Batu Bertuah [Terjemahan], 2000 karya J.K. Rowling)

Berdasarkan kutipan novel di atas kamu dapat memberikan berbagai komentar terhadap hal-hal menarik yang terdapat di dalamnya. Bagaimana cara memberikan komentar dan apa saja yang perlu dikomentari? Simaklah uraian berikut ini!

1.

Mendata Masalah yang Perlu Dikomentari

Ketika mengomentari kutipan novel, kamu perlu mendata masalah yang ada dalam kutipan novel tersebut. Permasalahan itu, misalnya, yang berkaitan dengan unsur-unsur intrinsik novel, yaitu isi cerita, tema, penokohan, latar, alur, atau sudut pandang.

Agar komentar yang hendak kamu sampaikan lebih teratur dan sistematis, kamu perlu mendata berbagai masalah dalam kutipan novel yang menurutmu menarik untuk dikomentari. Perhatikan beberapa contoh masalah pada tabel berikut ini!

No. Masalah Keterangan

1.

2.

Isi cerita

Tema

Kutipan itu menceritakan peristiwa yang dialami siswa baru sekolah sihir. Perihal misteri atau dunia supranatural itu ternyata tidak hanya diminati oleh pengarang di Indonesia. Di Inggris yang notabene adalah negara modern, tema semacam ini ternyata juga menjadi daya tarik yang luar biasa.

Tema cerita tersebut adalah kecemasan seorang murid yang tidak mempersiapkan diri dalam menghadapi tes.

2.

Mengomentari Novel dengan Alasan yang Logis

Masalah yang sudah kamu data dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi sebuah komentar yang runtut dan sistematis. Agar komentar yang kamu sampaikan dapat dipertanggungjawabkan dan diterima oleh orang lain, kamu perlu menggunakan argumentasi (alasan) yang logis (masuk akal). Komentar yang kamu sampaikan dapat berupa pendapat, kritik, atau saran.

Perhatikan contoh komentar terhadap kutipan novel Harry Potter and the Sorcerers Stone

karya J.K. Rowling berdasarkan masalah yang sudah didata berikut ini!

a. Isi cerita sangat menarik. Kutipan tersebut menceritakan salah satu adegan di sebuah sekolah sihir. Cerita semacam ini sangat mengasyikkan bagi pembaca dari segala usia.

b. Tema yang diangkat relevan dengan realitas kehidupan pelajar pada masa kini, yaitu kegelisahan seorang anak yang tidak siap dalam menghadapi sesuatu. Hal itu terjadi ketika Harry Potter harus menghadapi semacam tes untuk menyeleksi mereka. Karena tidak siap, Harry Potter mengalami kecemasan dan kegelisahan. Tema ini dapat terjadi dan biasa dialami oleh siapa saja, misalnya bagi pelajar seperti kita, yang sering gugup dan gelisah kalau mau menghadapi ulangan.

Contoh uraian di atas cukup jelas. Coba sekarang kerjakan kegiatan berikut ini bersama temanmu!

Kerja Berpasangan

Coba kerjakan bersama teman sebangkumu!

1. Berpasanganlah dengan teman sebangkumu!

2. Carilah sebuah novel remaja yang ada di perpustakaan sekolah, kemudian bacalah sekitar 10–15 halaman! Jangan lupa, catatlah beberapa masalah dalam kutipan novel yang kamu baca dengan menyebutkan letak halamannya!

3. Diskusikan dengan temanmu untuk mengembangkan beberapa masalah yang kamu catat menjadi komentar yang baik! Jangan lupa, berikan alasan yang logis dan masuk

Awalan di-

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemukan kata berawalan di-, seperti, dilihat dan diseleksi. Fungsi awalan di- pada hakikatnya sama dengan fungsi awalan me-, yaitu membentuk kata kerja (verba). Bedanya, awalan me- membentuk kata kerja aktif, sedangkan awalan di- membentuk kata kerja pasif. Oleh karena hubungan aktif-pasif bersifat timbal balik, semua bentuk kata kerja aktif transitif berawalan me- selalu didampingi bentuk pasif transitif yang berawalan di-.

Contoh:melihat-dilihat, membuat-dibuat, dan membaca-dibaca.

Pojok Bahasa

4. Mintalah temanmu untuk melaporkan hasil kerja kalian di depan kelas secara lisan! 5. Berikan kesempatan kepada teman-teman yang lain untuk menanggapi hasil kerjamu!

C

MEMBACA

Dalam dokumen 295407513 BSE Bahasa Inddonesia Kelas 8 (Halaman 119-121)