• Tidak ada hasil yang ditemukan

THE GREBO MENUJU KEBERHASILAN LITERASI DASAR SISWA KELAS TINGGI SD

III. Hasil Dan Pembahasan

Praktik Gerakan Literasi Sekolah (GLS) belum berjalan maksimal karena hambatan-hambatan yang terjadi di lapangan. GLS bertujuan membentuk generasi literat melalui lingkungan yang literat. Lingkungan literat merupakan lingkungan yang melengkapi siswa dengan demonstrasi literasi, pelibatan literasi, dan dukungan literasi.

Musthafa (2014) mengemukakan bahwa praktik awal literasi yang sangat baik untuk siswa di Sekolah Dasar adalah memperkenalkan membaca untuk memperoleh pemahaman umum (skimming) dan mencari informasi khusus (scanning). Setelah itu, barulah diperkenalkan dengan hakikat membaca dan kegunaannya. Sedangkan untuk lingkungan literasi, sekolah harus memaksimalkan usaha untuk menyediakan beragam artefak literasi, demonstrasi beragam kegiatan, peristiwa, dan interaksi literasi dengan melibatkan siswa. Praktik dan lingkungan inilah yang masih belum diupayakan secara maksimal.

Pada dasarnya kemampuan literasi adalah bagaimana membelajarkan siswa agar rajin membaca dan menulis. Dalam hal ini maka diperlukan kreativitas guru dalam menentukan cara yang efektif dan efisien (Widodo dkk, 2015:61). Sedangkan untuk membelajarkan siswa agar rajin membaca dan menulis , langkah awal yang perlu dilakukan guru adalah menumbuhkan minat siswa untuk membaca dan menulis. Susanto (2013:63) menyatakan bahwa perkembangan minat sangat tergantung pada lingkungan dan orang-orang dewasa yang erat pergaulannya dengan mereka, sehingga secara langsung akan berpengaruh pula terhadap kematangan psikologisnya.

Untuk mencapai hasil yang maksimal dan membentuk generasi literat di lingkungan sekolah dapat dilakukan dengan penggunaan media. Media yang mampu menumbuhkan minat dan motivasi siswa intuk mulai membaca dan menghasilkan karya literasi. Berdasarkan kajian teori yang di paparkan di depan MediaThe Grebodiyakini dapat menjawab hambatan-hambatan yang dialami sekolah dalam melaksanakan GLS.The Grebo adalah media pembelajaran yang

161

berbentuk buku, yang dirancang sebagai sarana mengaplikasikan karya siswa dari hasil kegiatan literasi selama satu semester.

The Grebodirancang sedemikian rupa untuk mempermudah pelaksanaan GLS dengan terprogram dan terencana. Dikatakan terprogram dan terencana karena siswa dapat memilih dan menentukan bahan bacaan sesuai minatnya untuk menghasilkan karya yang akan di muat dalam The Grebonya. Adanya The Grebodapat menunjukkan kompetensi literasi siswa selama kegiatan GLS. ( Widodo dkk 2015:60) menyatakan bahwa kompetensi literasi pada kelas tinggi menekankan siswa untuk mampu melakukan analisis secara kritis, seperti melakukan wawancara, pengamatan lingkungan, menulis laporan, dan melakukan observasi. The Grebomenuntut siswa mampu mengaplikasikan hasil analisisnya dalam bentuk tulisan dan karya literasi lainnya.

Penyusunan The Greboterdapat empat tahapan yaitu, tahap persiapan, pengumpulan informasi dan mencipta, presentasi, serta pameran. Tahap-tahap tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan dimulai dengan pengumpulan buku dari siswa. Kegiatan sederhana ini dilaksanakan sebagai solusi kurangnya buku bacaan siswa. Siswa di anjurkan untuk membawa buku-buku koleksi mereka. Misalnya dalam satu kelas terdapat 32 siswa, dan rata-rat setiap siswa membawa 5 buku, makan akan terkumpul 160 buku yang beraneka ragam. Buku-buku tersebut di simpan di kelas tepatnya diletakkan di pojok baca. Kegiatan tersebut dapat memperkaya koleksi buku di sekolah sekaligus membedakan koleksi buku dari perpustakaan dan koleksi buku di pojok kelas. Pojok kelas yang berisi buku- buku dari siswa dapat mendukung meningkatkan motivasi siswa dalam kegiatan literasi dengan menciptakan lingkungan sekolah yang literat.

Masih dalam tahapan persiapan Langkah berikutnya adalah pembentukan kelompok The Grebo. Karakteristik anak usia Sekolah Dasar kelas tinggi terjadi pada rentan usia 9 tahun sampai 12 tahun. Dalam rentan usia tersebut anak-anak memiliki ciri khas yaitu, perhatian tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari, ingin tahu, ingin belajar dan realistis, timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus, anak memandang nilai sebagai ukuran yang pas mengenai prestasi belajarnya di sekolah, anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama, dan mereka membentuk aturan sendiri dalam kelompoknya. Berdasarkan uraian tersebut pembentukan kelompok diyakini merupakan langkah yang tepat untuk menumbuhkan motivasi dalam menghasilakan The Greboyang baik dalam GLS.

Siswa dibagi dalam tiap-tiap kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa. Seperti disampaikan Bagerly (2005:387) dalam jurnal Counseling and Development menyatakan bahwa “Child-centered group play therapy provides the added benefit of a social process whereby children learn about themselves through interactions with other children and help each other become responsible in interpersonal relationship”. Penjelasan tersebut memperjelas bahwa bermain kelompok memberikan manfaat tambahan dari proses sosial dimana anak-anak belajar tentang diri mereka sendiri melalui interaksi dengan anak-anak lain dan saling membantu menjadi bertanggung jawab dalam hubungan interpersonal

162

Dengan adanya kelompok dan buku-buku yang lebih lengkapuntuk menghasilkanThe Grebodiyakini menumbuhkan motivasi siswa bersaing menghasilkan karya literat. Hamzah B.Uno ( 2015:27) menjelaskan bahwa Motivasi pada dasarnya dapat membantu dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Ada beberapa peranan dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain dalam (a) menentukan hal-hal yang dapat menjadi penguatan belajar, (b) memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, (c) menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar, (d) menentukan ketekunan belajar. Orang yang melakukan kegiatan belajar tentunya didorong oleh keinginan atau tujuan yang akan dicapai dalam dirinya. Misalnya, seorang peserta didik belajar karena ingin mendapat nilai yang bagus. Dalam hal ini peran motivasi erat kaitannya dengan proses belajar. Artinya semakin besar rasa ingin tahu siswa dalam proses belajar, maka semakin besar pula motivasi belajar siswa.

2. Tahap pengumpulan informasi dan mencipta

Setelah kelompok terbentuk, kegiatan merancang materi dalam The Grebodapat dimulai. Siswa diberi kebebasan dalam merancang The Grebo. Dalam pembuatan The Greboguru bertindak sebagai fasilitator, pengawas, dan konsultan. Dimana siswa dapat berkomunikasi dengan guru jika mengalami kesulitan. Isi dari The Grebosendiri memuat semua aspek literasi dasar yaitu baca tulis hitung, teknologi informasi dan komunikasi, keuangan, budaya, dan kewarga negaraan. The Grebotidak hanya berisi karangan, buku besar yang menyenangkan ini dapat diisi seluruh karya siswa yang diperoleh dari hasil literasi selama 1 semester. Karya ini dapat berupa puisi, kumpulan biografi tokoh yang mereka kagumi, hasil melukis, kerajinan tangan, langkah penemuan rumus matematika, gambar kenampakan alam, cabang olahraga yang disukai, fashion, dan banyak hal yang membuat siswa tertarik.

Gambar I Pembuatan The Grebo

Melalui The Grebosiswa tidak terbatas pada buku bacaan di perpustakaan dan pojok baca. Siswa dapat menggali informasi sesuai materi yang mereka sukai termasuk dalam kegiatan di luar sekolah. Siswa dapat berkunjung keperpustakaan daerah. Selain itu siswa juga dapat mengambil informasi dan gambar di laman internet. Hal ini dapat mengurangi penyalah gunaan penggunaan internet oleh siswa Sekolah Dasar. Mereka akan terpacu mencari informasi-informasi untuk mengisi The Grebonya dalam persaingan dengan kelompok lain untuk menampilkan karya terbaik mereka.

163

Bila dicermati dengan seksama The Greboini sesuai dengan apa yang dinyatakan Deorterdkk (2005), yaitu siswa mendapat hasil belajar 10% jika hanya membaca, mendapakan hasil 20% jika hanya mendengar, mendapatkan hasil 30% jika hanya melihat, mendapatkan hasil belajar 50% dari melihat dan mendengar, mendapatkan hasil 70% dari melakukan, dan mendapatkan 90% dari yang dikatan dan dilakukan.

Terbentuknya The Grebomenunjukkan tingkat pemahaman siswa atas materi yang telah dibaca dalam GLS. Pemahaman tersebut diyakini sebagai unsur utama sebagai bentuk penilaian keberhasilan GLS itu sendiri.

3. Tahap Presentasi

Tahap presentasi dilaksanakan dalam kegiatan jeda semester. Pada tahap tersebut siswa saling bertukar informasi, bertanya jawab, dan mendiskusikan isi dari The Grebomasing-masing kelompok. Dengan adanya kegiatan presentasi tersebut siswa dituntut mampu mengkomunikasikan hasil karya mereka kepada siswa lain seperti ditunjukkan gambar 2 berikut.

Gambar 2. Mempresentasikan Isi The Grebo

Pada Gambar 2 tersebut Nampak siswa mempresentasikan Grebo mereka. Kemampuan presentasi siswa menunjukkan pemahaman terhadap hasil The Grebomereka. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Sudaryono (2012:44) yang menyatakan bahwa “Pemahaman (comprehension) yaitu kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat; mencakup kemampuan untuk menangkap makna dari arti dari bahan yang dipelajari, yang dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, atau mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain. Kemampuan ini dapat dijabarkan ke dalam tiga bentuk, yaitu menerjemahkan menginterpretasi, dan mengekstrapolasi”.

4. Tahap Pameran

Setelah melalui tahapan presentasi siswa diberi kesempatan untuk mengadakan pameran The Grebo. Pameran ini dilaksanakan pada kegiatan pengambilan Rapor. Dalam tahap pameran jangkauan baca lebil luas karena siswa dari kelas satu sampai kelas 6 di perkenankan melihat karya siswa tesebut. Selain seluruh warga sekolah wali murid yang hadir dalam pengambilan Rapor juga dapat melihat hasil karya putra putri mereka. Dalam tahap ini di harapkan timbul kesadaran dari seluruh warga sekolah dan keluarga akan pentingnya budaya literasi untuk membuka wawasan dalam persaingan global.

164 IV. SIMPULAN

Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan program pemerintah yang dalam pelaksanaannya membutuhkan peran sekolah dan guru untuk menciptakan generasi literat. Dalam pelaksanaannya GLS mengalami berbagai hambatan antara lain kurangnya fasilitas dan SDM sebagai penggerak lingkungan yang literat. GLS diawali dengan menumbuhkan motivasi siswa untuk membaca dan menulis. Motivasi tersebut dapat tumbuh melalui program yang terstruktur dan terencana. Penggunaan media The Grebo diyakini dapat menjawab hambatan dalam pelaksanaan GLS. Pembentukan media The Grebo ini terdiri dari empat tahapan yaitu; tahap persiapan; tahap pengumpulan informasi dan mencipta; tahap presentasi; dan tahap pameran. Keempat tahapan tersebut diyakini dapat menciptakan peluang siswa untuk mencapai kemampuan literasi dasar yaitu baca tulis, berhitung, sains, teknologi informasi dan komunikasi, keuangan, budaya, dan kewarganegaraan.

V. DAFTAR PUSTAKA

Aulia Akbar. (2017). Membudayakan Literasi dengan program 6M di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar JPSD. Vol 3; No.1 ISSN 2540-9093.

Baggerly. (2005). Child-Centered Group Play Therapy With African american Boys at The Elementary School Level. Journal of Counseling and Development JCD. fall 2005; 83,4.pg.387.

DePoter, Boby.Dkk. (2005). Quantum Teaching. Bandung: PT Mizan Pustaka. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. (2016). Desain Induk gerakan

Literasi Dasar. Jakarta: Kementriana Pendidikan dan Kebudayaan.

Echols, John M & Shadily Hassan. (2003). An English Indonesian Dictionary. Jakarta: Gramedia.

Faizah, Dewi Utama dkk. (2016). Panduan Gerakan Literasi Sekolah Di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan.

Gipayana, Muhana. (2004). Pengajaran Literasi dan Penilaian portofolio dalam Konteks Pembelajaran Menulis di SD. Jurnal Ilmu Pendidikan. Februari 2004. Jilid 11, Nomor 1, Hal. 59 – 70.

Hamzah B Uno. (2015). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara. Kuder, S Jay & Cindi Hasit. (2002). Enhancing Literacy for All Students. USA:

Pearson Education Inc.

Metiri Group. (2003). Engauge 21st Century Skills: Literacy in the Digital Age. NCREL and Metiri Group : Illinois and California.

Musthafa, Bachrudin. (2014). Literasi Dini dan Literasi Remaja: Teori, Konsep, dan Praktik. Bandung: CREST.

165

Nilsen. (2009). Influence on Student Academic Behaviour through Motivation, Self-Efficacy and Value-Expectation: An Action Research Project to Improve Learning. Available online at http://www.academic journals.org/sre. Volume (6), pp. 545 – 556

OECD. (2014). PISA 2012 Results in Focus: What 15-year-olds Know andWhat They Can Do with What They Know

Sarjiman. (2002). Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Sudaryono. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: PT Graha Ilmu.

Susanto, Amad. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Wardana dan Zamzam. (2014). Strategi Peningkatan Kemampuan Literasi Siswa di Madrasah. Jurnal Ilmiah “Widya Pustaka Pendidikan”, 2 (3), hlm.248 – 258.

Widodo, Slamet dkk. (2015). Membangun Kelas Literat Berbasis Pendidikan Lingkungan Hidup Untuk Melatihkan Kemampuan Literasi Siswa Di Sekolah Dasar. Prosding Seminar Nasional Pendidikan. Diakses pada 24 Oktober 2015

166