• Tidak ada hasil yang ditemukan

Project-Based Learning Berbantuan WhatsApp untuk Meningkatkan

A. Pendahuluan Latar Belakang

Pembelajaran Bahasa Inggris di tingkat SMP diarahkan untuk penguasaan kompetensi memahami dan mengungkapkan teks lisan maupun tertulis. Model Silabus Mata Pelajaran Bahasa Inggris SMP tahun 2017 kelas VII menetapkan pada tahap memami teks peserta didik diharapkan mampu mengidentifikasi fungsi sosial, struktur teks, unsur kebahasaan teks interpersonal lisan maupun tertulis. Untuk mengungkapkan teks, peserta didik diharapkan mampu menyusun teks interpersonal lisan dan tulis. Kenyataannya pencapaian kompetensi pengetahuan dan ketrampilan seperti tersebut sulit direalisasikan. Peserta didik masih menemukan kesulitan untuk menghafal kosakata dan penggunaan struktur kalimat (verbal clause maupun non-verbal clause).

Proses pembelajaran yang dilakukan guru pada kurikulum 2013, sebagaimana dianjurkan oleh Priyana (2004:2) meliputi: mengamati text, bertanya, bereksperimen atau mengumpulkan data, mengasosiasi atau menganalisis data, mengkomunikasikan, dan mencipta teks. Meskipun sudah mengikuti langkah-langkah pembelajaran scientifik seperti di atas, dalam pelaksanannya peserta didik mendapatkan kesulitan untuk melakukan tahap mengajukan pertanyaan dan mengkreasi teks. Pada tahap mengajukan pertanyaan peserta didik tidak bisa melakukan refleksi untuk merumuskan pertanyaan yang berhubungan dengan kompetensi yang sedang dipelajari. Pada tahap mengkreasi teks, peserta didik kesulitan merangkai ungkapan yang mendukung gagasan yang ingin diungkapkan. Hal ini sejalan dengan temuan penelitian oleh Purnama (2014) di Bantul, DIY. Lebih lanjut Purnama (2014:113) memberikan saran perbaikan: 1). untuk tahap

167

mengamati, guru perlu lebih banyak fasilitas & sumber, 2). Peserta didik terlibat secara aktif pada tahap mengkomunikasikan dan menciptakan text, 3). Guru seharusnya lebih kreatif dalam menerapkan Kurikulum 2013.

Kelemahan lain proses pelaksanaan pembelajaran yang telah berjalan yaitu tidak digunakannya media komunikasi interaktif atau media sosial. Menilik karakter generasi Z (peserta didik yang lahir setelah 2005), kehadiran gawai yang ada media sosialnya menjadi bagian penting dalam hidup mereka. Sudadi (2018) menyebutkan Gen-Z sebagai digital native rata-rata mengakses internet 3-5 jam/hari dan 90% dari mereka menggunakan HP pintar.

Identifikasi Masalah

Permasalahan utama pelaksanaan pembelajaran Bahasa Inggris dalam memahami dan menciptakan teks adalah pengembangan kemampuan untuk merancang teks interpersonal lisan maupun tertulis. Di antara kelemahan proses pembelajaran yang dilakukan peserta didik yaitu belum digunakan media sosial dalam pembelajaran padahal media sosial seperti Whatsapp sangat potensial dimanfaatkan untuk menunjang pelaksanaan pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas.

Mempertimbangkan beberapa hal tersebut di atas, guru perlu melakukan perlakuan khusus dalam pembelajaran KD 3 (pengetahuan) dan KD 4 (ketrampilan) yang bisa mendorong peserta didik untuk mengkreasi teks interpersonal sekaligus mendorong pemanfataan media sosial yang bisa mendukung kegiatan pembelajaran. Untuk itu perlu dilakukan penelitian tindakan kelas yang menerapkan PBL (Project-Based Learning) atau pembelajaran berbasis proyek berbantuan Whatsapp. PBL dipilih sebagai model pembelajaran yang mendorong peserta didik menghasilkan teks secara bertahap dimulai dari penentuan masalah sedangkan Whatsapp dipilih sebagai media sosial yang membantu proses pembelajaran karena hasil survei awal menunjukkan mayoritas peserta didik (lebih dari 92%) mengenal dan menggunakan Whatsapp untuk ngobrol, diskusi kelompok atau mengirim berbagai file.

Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, rumusan masalah pada PTK ini bisa dinyatakan sbb: 1). Apakah PBL berbantuan Whatsapp mampu meningkatkan kompetensi memahami teks interpersonal bagi peserta didik kelas VII B semester 1 tahun pelajaran 2018/2019?; 2). Apakah PBL berbantuan Whatsapp mampu meningkatkan kompetensi menulis teks interpersonal bagi peserta didik kelas VII B semester 1 tahun pelajaran 2018/2019? 3). Apakah PBL berbantuan Whatsapp mampu meningkatkan keaktivan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran di kelas VII B semester 1 tahun pelajaran 2018/2019?

Tujuan Penelitian

PTK ini dirancang dan dilaksanakan dengan tujuan umum meningkatkan kwalitas proses dan hasil pembelajaran memahami dan mengungkapkan teks interpersonal. Secara khusus, PTK ini dilaksanakan untuk 1). Meningkatkan kompetensi peserta didik dalam memahami teks interpersonal; 2). Meningkatkan kompetensi peserta didik dalam menulis teks interpersonal; 3). Meningkatkan tingkat keaktivan peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di dalam maupun di luar kelas.

168 B. Metode

Rancangan Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini yang dirancang menggunakan desain Mc Taggart. Kemmis and Mc. Taggart (1988: 11-14). Menurut mereka, penelitian tindakan kelas mencakup empat tindakan yang meliputi perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus pada semester 1 tahun pelajaran 2018/2019.

Subyek & Obyek Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini mengambil subyek 32 peserta didik kelas VII B SMP Negeri 1 Wadaslintang semester 1 tahun pelajaran 2018/2019 yang terdiri dari 17 laki-laki dan 15 perempuan. PTK dilakukan di kelas ini mengingat hasil Penilaian Harian 1 aspek pengetahuan & ketrampilan untuk KD 3.1. & KD 4.1 hasilnya paling rendah. Di samping itu, kelas ini juga memiliki tingkat keaktivan belajar rendah. Obyek penelitian ini adalah kemampuan memahami & mengungkapkan teks interpersonal pendek sederhana dengan tema : jati diri & waktu.Di samping itu, untuk mendukung peningkatan keaktivan partisipasi peserta didik, PTK ini juga mengukur tingkat keaktivan peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas maupun di luar kelas.

Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data pada PTK ini meliputi tes pemahaman bacaan, portofolio berupa karya tulis, angket/lembar penilaian diri sendiri, serta dokumentasi foto. Tes pemahaman bacaan berisi 20 item soal isian singkat untuk mengisi informasi berdasarkan teks dialog/monolog sederhana yang diberikan peserta didik dengan tema jati diri (siklus 1) dan waktu (siklus 2). Portfolio sampel karya tulis pilihan hasil kerja mandiri yang terdiri dari paling sedikit 20 kalimat untuk menyatakan jati diri (siklus 1) dan waktu (siklus 2). Lembar penilaian merupakan angket yang berisi 14 pernyataan tentang aktivitas peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Masing-masing item memiliki 5 pilihan jawaban (tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, sangat sering). Teknik Analisis Data

Tes pemahaman bacaan dianalisis dengan cara mengoreksi jawaban singkat yang diberikan peserta didik pada kalimat-kalimat yang mempunyai rumpang. Nilai akhir tes ini adalah jumlah jawaban benar dikalikan 5. Nilai akhir tertinggi yang diperoleh setiap peserta didik yaitu 100. Sampel karya tulis peserta didik dinilai berdasarkan 4 aspek (tata bahasa, kosa kata, ketepatan isi, dan mekanik). Masing-masing aspek memiliki nilai tertinggi 25 sehingga nilai akhir tertinggi yang mungkin diperoleh peserta didik yaitu 100. Angket penilaian diri berisi 14 pernyataan dengan lima opsi jawaban. Setiap item jawaban memiliki nilai sbb: tidak pernah = 0, jarang=1, kadang-kadang = 2, sering=3, sangat sering=4). Dengan menjumlahkan skor angket diperoleh kemungkinan: nilai tertinggi 56 dan terendah 0. Skor akhir menunjukkan tingkat keaktivan peserta didik secara individual sedangkan rerata dari skor angket menunjukkan tingkat keaktivan kelas dengan kategori: sangat tinggi (sangat aktif) untuk skor 43 sampai 56; tinggi (aktif) untuk skor 29 sampai 42; sedang untuk skor 15 sampai 28; rendah untuk skor 0 – 14.

169 C. Hasil dan Pembahasan

Sebelum PTK ini dilaksanakan, Peneliti telah melakukan refleksi awal pelaksanaan dan hasil pembelajaran memahami & mengungkapkan teks interpersonal dengan tema salam, minta maaf & terima kasih (KD 3.1. & KD 4.1.). Pembelajaran dirancang dan dilaksanakan menggunakan pendekatan scientifik dengan beberapa kesulitan pada tahap mengajukan pertanyaan & membuat teks. Hasil penilaian awal menunjukkan: 1). Nilai pengetahuan mencapai rerata: 65,63; tertinggi 85, terendah 45; mencapai KKM=14 anak (43,75%); 2).Nilai ketrampilan mencapai rerata 66,84; tertinggi 80; terendah 40; jumlah anak mencapai KKM=12 (37,5%). 3). Skor angket rerata 22,06 (sedang) dengan skor tertinggi 28 dan skor terendah 9.

PTK ini dilaksanakan dengan indikator keberhasilan: 1). Rerata nilai pengetahuan minimal sama dengan KKM (70) dengan jumlah peserta yang mencapai nilai KKM minimal 80%; 2). Rerata nilai ketrampilan minimal sama dengan KKM (70) dengan jumlah peserta yang mencapai KKM minimal 80%; 3). Skor partisipasi aktif peserta didik minimal mencapai nilai rerata 29 – 42 (kategori aktif). Pada tahap perencanaan Siklus 1, Peneliti melakukan beberapa kegiatan seperti merancang RPP nomor 2, mempersiapkan bahan tayang & video, merancang worksheet & lembar penilaian & angket, serta berkoodinasi dengan sekolah.

Siklus 1

Siklus 1 merupakan kegiatan pembelajaran yang dirancang untuk mencapai kompetensi memahami dan mengungkapkan teks interpersonal dengan tema jati diri. Siklus 1 terdiri dari 4 pertemuan tatap muka (1 pertemuan = 2 X 40 menit). Pada pertemuan 1 dimulai dengan satu masalah yaitu bagaimana cara mengungkapkan jati diri (perkenalan) dalam Bahasa Inggris. Pertanyaan ini menjadi satu proyek pembelajaran di siklus 1. Kegiatan pembelajaran difokuskan pada memperkenalkan teks model mengungkapkan jati diri. Peserta didik mengamati video monolog memperkenalkan diri lewat tayangan proyektor di ruang kelas. Setelah itu, peserta didik diberi kesempatan menanyakan dan berlatih ungkapan-ungkapan seperti terdapat pada video 1 tersebut. Peserta didik menulis model monolog tersebut untuk mengungkapkan jati diri. Mereka bekerja berpasangan untuk belajar mengungkapkan jati diri berdasarkan model. Guru membimbing peserta didik membuat ungkapan-ungkapan yang menyatakan jati diri.

Setelah selesai mengikuti bimbingan, peserta didik berlatih mengungkapkan jati diri di depan kelas dan diapresiasi guru. Setelah usai pelajaran, guru mengirimkan video monolog yang dipelajari pada pertemuan 1 di group WA English Club VIIB. Mereka diharapkan mengulang-ulang berlatih ungkapan dalam video itu di rumah. Guru juga mengirim video 2 berisi dialogue menanyakan & menyatakan jati diri di group WA yang sama. Peserta didik diharapkan mendengar serta berlatih dialogue tentang jati diri lewat ponsel di rumah. Peserta didik juga mendapatkan kiriman video lagu ‘My ABC’ untuk digunakan berlatih mengeja abjad dalam bahasa Inggris.

Pada pertemuan 2, peserta didik diajak untuk mengamati video 2 (dialogue tentang menanyakan/menyatakan jati diri) yang ditayangkan lewat proyektor. Setelah itu mereka mempelajari ungkapan-ungkapan untuk menyatakan jati diri seperti model yang mereka amati. Kegiatan dilanjutkan dengan merancang dialog sejenis. Untuk memperkuat kemampuan mengeja abjad (sebagai bagian penting dari tema mengungkapkan jati diri), peserta didik juga berlatih mengeja abjad dalam Bahasa Inggris lewat nyanyian klasik ‘My ABC’. Seterusnya peserta didik bercakap berpasangan untuk menanyakan dan menyatakan jati diri. Setelah selesai, guru kembali mengirim materi di group WA tentang ungkapan-ungkapan menyatakan jati diri. Peserta

170

didik mengunduh materi tersebut dan mengerjakan tugas di rumah. Hasil kerja masing-masing peserta didik dikirim lewat japri WA ke guru.

Pertemuan 3 difokuskan pada diskusi hasil kerja peserta didik yang dikirim lewat WA. Peserta didik & guru berdiskusi tentang ungkapan untuk menyatakan jati diri. Setelah itu mereka bekerja dalam kelompok menuliskan jati diri satu teman laki-laki & satu teman perempuan. Hasil kerja tersebut sebagian dibahas di kelas. Sebagian karya lain yang belum sempat dibahas di kelas dikirimkan ke guru dengan cara memotret & mengirimkan hasil karya kewat fasilitas WA. Dokumentasi kegiatan dilihat pada foto-foto berikut:

Gambar 1 a, b, c. Kegiatan pembelajaran pertemuan 3.

Pertemuan 4 digunakan untuk melaksanakan penilaian pengetahuan, penilaian ketrampilan menulis dan mengirim hasil kerja lewat WA, mengisi angket penilaian diri, dan melakukan refleksi keseluruhan pelaksanaan pembelajaran. Pada akhir siklus 1 ini dikumpulkan data sbb : 1). Hasil penilaian pengetahuan; rerata 70,94; nilai tertinggi 95; nilai terendah 50; nilai mencapai KKM = 21 (65,63%), 2). Nilai ketrampilan; rerata 74,81, nilai tertinggi 84, terendah 68; jumlah siswa mencapai KKM = 25 (78,13), 3). Skor angket penilaian keaktivan diri rerata 32,19 (kategori aktif) dengan skor tertinggi 46, terendah 18. Dokumentasi kegiatan bisa dilihat pada foto-foto berikut ini:

Gambar 2 a, b, c.Peserta didik mengerjakan penilaian pengetahuan & ketrampilan

Berdasarkan data-data seperti di atas, dapat disimpulkan bahwa pada akhir siklus 1, peserta didik telah mencapai nilai KKM (70) untuk penilaian pengetahuan tetapi jumlah peserta didik yang mencapai nilai KKM hanya 21 (65,63%) atau masih di bawah indikator pencapaian jumlah peserta didik yang mencapai KKM pengetahuan. Di samping itu, pencapaian rerata nilai ketrampilan juga telah melebihi KKM yaitu 74,81 dengan jumlah peserta didik yang mencapai KKM sebanyak 78,13 (masih di bawah indikator jumlah peserta mencapai KKM penilaian ketrampilan sebanyak 80%). Skor angket penilaian diri mencapai rerata 32,19 berarti telah mencapai indikator.

Catatan refleksi akhir pelaksanaan tindakan PTK juga menunjukkan beberapa hal yang perlu dilakukan untuk perbaikan tindakan di siklus 2 yaitu 1). Peserta didik perlu mendapatkan model-model yang lebih sederhana & lebih banyak, 2). Peserta didik perlu mendapatkan latihan membuat kalimat di luar kelas, 3). Pembelajaran dalam bentuk kerja kelompok atau kerja berpasangan juga perlu lebih diintensifkan, 4). Bimbingan guru yang lebih memenuhi kebutuhan individual juga diharapkan, 5).

171

Latihan tubian (drilling) untuk membuat kalimat verbal & non-verbal diperlukan untuk memperkuat penguasaan tata bahasa.

Siklus 2

Pelaksanaan tindakan pada siklus 2 dimulai dengan merancang RPP 3 dengan kompetensi utama memahami teks lisan & tulis tentang menyatakan waktu (KD No. 3.3.) dan menyatakan waktu (KD No. 3.4.). RPP 3 dibuat dengan mempertimbangkan hasil refeksi akhir siklus 2 sehingga diharapkan kwalitas proses & hasil pembelajaran lebih meningkat. Pembelajaran pada siklus 2 juga dilakukan dalam 4 pertemuan di mana 1 pertemuan mencakup durasi waktu 2 X 40 menit. Sebelum pertemuan 1 dimulai, guru telah mengirimkan lewat group WA video 1 tentang dialogue yang menggunakan jam untuk diunduh dan dipelajari peserta didik di HP mereka.

Pertemuan 1 dimulai dengan penentuan masalah yang akan dijadikan proyek belajar yaitu bagaimana cara mengungkapkan berbagai kegiatan beserta keterangan waktunya (jam, hari, bulan, atau tahun)? Peserta didik kemudian dipersilahkan mengamati video 1 (tentang percakapan di bioskop yang memperkenalkan konsep jam). Peserta didik & guru bertanya jawab tentang konsep mengungkapkan jam menggunakan 3 cara. Peserta didik bekerja dalam kelompok empat untuk mengungkapkan jam. Perwakilan kelompok menyampaikan hasil kerja di depan kelas. Guru mengapresiasi kerja peserta didik dan membuat simpulan. Sebelum pertemuan ditutup, guru memberikan latihan mengungkapkan jam dan harus dikerjakan di rumah. Hasil kerja harus dikirim lewat WA paling lambat 1 hari setelah pertemuan. Sebelum pertemuan 2 guru telah mengirimkan video 2 berisi monolog kegiatan dalam hari-hari tertantu serta video 3 lagu tentang Days in The Week.

Pertemuan 2 dimulai dengan diskusi klasikal tentang menyatakan jam. Setelah itu, guru menayangkan video 2 tentang kegiatan rutin di hari-hari tertentu dalam satu minggu. Peserta didik belajar mengidentifikasi bentuk kalimat dan belajar secara kelompok untuk menyatakan kegiatan-kegiatan tertentu sesuai hari-hari dalam satu minggu. Untuk memperkuat daya ingat tentang konsep hari dalam satu minggu, peserta didik diajak untuk menyanyikan Days in The Week. Di akhir pertemuan ini, guru memberi tugas yang berkaitan dengan hari-hari dalam satu minggu untuk dikerjakan di rumah & hasilnya juga dikirim lewat WA ke guru.

Pertemuan 3 difokuskan pada penyelesaian proyek belajar mengungkapkan kegiatan yang melibatkan hari-hari dalam satu minggu dan bulan-bulan dalam satu tahun. Peserta didik kembali bekerja secara kelompok 4 untuk merancang teks-teks sederhana tersebut. Guru memberikan bimbingan kepada kelompok-kelompok yang mendapatkan kesulitan mengungkapkan teks interpersonal yang harus mereka buat. Guru juga melayani bantuan bagi mereka yang kesulitan membuat kalimat maupun mengungkapkan kosakata tertentu.

Pertemuan 4 digunakan untuk melakukan penilaian pengetahuan, penilaian ketrampilan, pengisian angket penilaian diri, serta refleksi pelaksanaan pembelajaran secara keseluruhan. Hasil refleksi pada akhir siklus 2 menunjukkan: 1). Hasil penilaian pengetahuan; rerata 75,31, nilai tertinggi 100, terendah 55; jumlah peserta didik mencapai KKM = 26 anak (81,25%); 2). Hasil penilaian ketrampilan; rerata 78,06, tertinggi 92, terendah 67, jumlah siswa yang telah mencapai KKM sebanyak 30 anak (93,75%); 3). Skor angket penilaian diri; rerata 32,53, skor tertinggi 48, skor terendah 17.

Berdasarkan data seperti tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus 2 ini telah mencapai indikator 1 secara menyeluruh; mencapai indikator 2 secara keseluruhan, dan mencapai indikator 3 juga secera menyeluruh. Rekapitulasi hasil penilaian pada siklus 2 dapat dilihat pada grafik berikut :

172

Gambar 3.Grafik Rekapitulasi N. Pengetahuan, N. Ketrampilan, Skor Angket

Pembahasan

PTK yang menerapkan PBL sebagai tindakan untuk mengatasi masalah pembelajaran bahasa Inggris pernah dilakukan setidaknya oleh Indayati (2015), Suhartatik (2014), Kamisah et al (2013). Indayati (2013) yang melakukan PTK untuk menulis thesis di S-2 Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Negeri Malang dan mengambil subyek peserta didik di kelas VIIIA SMP Negeri 3 Sumbermanjing, Malang pada tahun pelajaran 2014/2015 menyimpulkan bahwa Pembelajaran Berbasis Proyek dengan menggunakan teknik Investigasi Kelompok bisa meningkatkan keterampilan siswa dalam berbicara dan menulis. Suhartatik (2014:85) melakukan penelitian dengan subyek siswa di ponpes modern di Malang Raya menyimpulkan bahwa penerapan model Project-Based Learning mampu meningkatkan kemampuan bahasa Inggris bagi siswa-siswa di pondok-pondok modern tersebut. Sementara itu Kamisah et al (3013) yang melakukan penelitian dengan mengambil subyek mahasiswa kelas IIIB semester 3 STKIP Tapanuli Selatan menyimpulkan bahwa Project-Based Learning mampu meningkatkan kemampuan berbicara pada mahasiswa-mahasiswa di STKIP tersebut.

Selaras dengan tiga penelitian di atas, PTK ini juga menunjukkan hasil yang positif. Pembelajaran dengan menerapkan Project-Based Learning (PBL) berbantuan Whatsapp yang dilakukan di kelas VII B SMP Negeri 1 Wadaslintang pada semester 1 tahun pelajaran 2018/2019 terbukti mampu meningkatkan kemampuan membaca teks dialogue maupun monolog dalam bahasa Inggris. Data penilaian pengetahuan menunjukkan PBL mampu meningkatkan pencapaian nilai pengetahuan 5,31 point (dari pra siklus ke siklus 1) dan 4,37 (dari siklus 1 ke siklus 2). PBL juga meningkatkan pencapaian nilai ketrampilan 8,1 (dari pra siklus ke siklus 1) dan 3,21 (dari siklus 1 ke siklus 2). PBL juga terbukti mampu meningkatkan tingkat keaktivan peserta didik mengikuti aktivitas pembelajaran 10,13 (dari pra siklus ke siklus 1) dan 0,34 (dari siklus 1 ke siklus 2).

Penerapan PBL berbantuan Whatsapp juga sejalan dengan semangat pembelajaran yang dianjurkan dalam revisi penerapan kurikulum 2013. Dalam revisi penerapan Kurikulum 2013, sebagaimana dinyatakan oleh Harun Harosid (2017), disebutkan bahwa Kurikulum 2013 hendak mengembangkan kecakapan abad XXI yang meliputi berpikir kritis, kreativitas & inovasi, komunikasi, dan kolaborasi. Penerapan PBL yang berbantuan media sosial sangat mendukung kecakapan-kecakapan tersebut.

0 20 40 60 80 Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2 N Pengetahuan 65.6370.9475.31 N Ketrampilan 66.8474.9478.06 Skor Angket 22.0632.1932.53

173 D. Simpulan

Berdasarkan paparan pelaksanaan PTK mulai dari siklus 1 hingga siklus 2 seperti di atas dapat diambil simpulan sbb: 1). Penerapan PBL berbantuan Whatsapp terbukti mampu meningkatkan kemampuan memahami teks transaksional bagi peserta didik kelas VII B semester 1 tahun pelajaran 2018/2019; 2). Penerapan PBL berbantuan Whatsapp juga mampu meningkatkan pencapaian nilai ketrampilan mengungkapkan teks transaksional bagi peserta didik kelas VII B semester 1 tahun pelajaran 2018/2019; 3). Penerapan PBL berbantuan Whatsapp juga mampu meningkatkan tingkat partisipasi aktif peserta didik kelas VII B semester 1 tahun pelajaran 2018/2019.

Sebagai penutup perlu disampaikan beberapa saran sbb: 1). Dalam memilih model pembelajaran, guru hendaknya mempertimbangkan kesesuaian model pembelajaran tersebut dengan karakteristik materi dan peserta didik, 2). Pembelajaran berbasis proyek sebenarnya hanyalah sebuah istilah umum sehingga guru perlu melatih kemampuan mengembangkan berbagai aktivitas yang relevan atau sejalan dengan nafas PBL, 3). Pesetta didik perlu dilatih untuk berpartisipasi aktif dan terlibat dalam setiap langkah pembelajaran, 4). Penggunaan media sosial atau ponsel seharusnya tidak dijadikan sebagai penghalang untuk meningkatkan kwalitas pembelajaran. Guru seharusnya bisa merancang pembelajaran yang memanfaatkan media sosial atau telpon pintar yang semestinya bisa memperkuat kemampuan memahami & merancang teks, 5). Inovasi pembelajaran perlu terus dikembangkan sesuai dengan tuntutan jaman dan perkembangan generasi yang mempunyai karakter yang berbeda dari generasi sebelumnya.

Daftar Pustaka

Harun Harosid. (2017). Kurikulum 2013, Revisi 2017. Jakarta; Kementerian Pendidikan & Kebudayaan.

Indayati, Wiji (2015). Implementing Project-Based Learning Using Group Investigation Technique to Improve the Eighth Graders’ Speaking & Writing Abilities of SMPN 3 Sumbermanjing, Malang, http://karya-ilmiah.um.ac.id

Kamisah et al. (2013). Improving Students’ Speaking Skill Through Project-Based Learning Technique at Class III-B of Third Semester Students, Journal English Language Teaching (ELT)Volume 1 Nomor 3, November 2013.

Kemmis, S. and R. McTaggart. (1988). The Action Research Planner. (3rd Ed.). Geelong Australia: Deakin University.

Priyana, Jaka. (2014). English Curriculum 2013: Goals, Contents, Methods, and Assessment Techniques; Prosiding The 11th JETA International Conference & Workshop, hlm. 1 – 11.

Purnama, R. Agus. (2014). The Implementation of The 2013 Curriculum in English Language Teaching in Junior High Schools in Bantul. Yogyakarta: Prosiding The 11th JETA Conference 2014, hlm 127 – 133.

Sudadi. (2018). Beda Generasi Beda Karakter. Panjebar Semangat nomor 36, September 2018.

174

Suhartatik, Adi. (2014). Pengembangan Model Project-Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Bahasa Inggris Ponpes Modern di Malang Raya, LINGUA Vol. 9, No. 2, Desember 2014, hlm 85-91.

Tim Pusat Kurikulum. (2017). Model Silabus Mata Pelajaran Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs); Mata Pelajaran Bahasa Inggris. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

175