• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ariana, S.Pd

SDN 1 Tarogong, Kabupaten Garut

ariana885@yahoo.co.id

Abstrak

Generasi Milenium Ketiga (MILEA) membutuhkan kecakapan abad 21 yang harus terbentuk sejak di sekolah dasar. Berangkat dari hal tersebut, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk (1) mengetahui efektivitas penerapan strategi pembelajaran SIAP dalam proses pembelajaran sebagai langkah dasar pembentukan kecakapan abad 21; dan (2) mengetahui hasil belajar siswa setelah menerapkan strategi pembelajaran SIAP. Pelaksanaan SIAP melalui 4 tahap yang runtut, yaitu merencanakan, melakukan, mengomunikasikan dan merefleksikan. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh simpulan sebagai berikut. (1) strategi SIAP merupakan salah satu strategi yang dilaksanakan melalui empat tahapan, yaitu merencanakan, membuat, mengomunikasikan, dan merefleksikan ide, gagasan dan produk (2) Strategi SIAP dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA. Merujuk pada simpulan tersebut, maka ada beberapa saran, yaitu (1) guru hendaknya selalu berinovasi, (2) guru hendaknya mampu menemukan, membuat pembaharuan, dan menerapkan strategi pembelajaran yang variatif untuk mengatasi kejenuhan guru dalam mengajar. (3) guru mencoba menerapkan strategi pembelajaran SIAP dalam mata pelajaran lain, (4) kecakapan abad 21, pembentukan karakter, budaya literasi, dan kemampuan kognitif menjadi satu kesatuan yang terpadu yang akan meningkat jika dilakukan dengan pembiasaan diri dan terus berulang, (5) strategi SIAP dapat menjadi solusi baru dalam pembentukan dan penguatan kecakapan abad 21 untuk menghadapi tantangan abad 21.

Kata Kunci : Solutif, Inovatif; Aktif; Produktif

Pendahuluan

Latar Belakang

Menuju abad 21 yang berada di milenium ketiga sering disebut sebagai kurun waktu yang kompetitif, sejatinya bukan kehidupan persaingan yang dikedepankan, melainkan sebuah kolaborasi dan harmonisasi keunikan individu. Artinya, pendidikan di Indonesia harus bersifat dinamis, sehingga kemampuan sumber daya manusia, terutama generasi masa sekolah dasar, menjadi titik pembentukan sebuah generasi masa depan dengan talenta pribadi dalam ruang keunikannya masing-masing. Masa krusial di sekolah dasar sebagai masa pembentukan ini seyogianya ditunjang dengan pola pembelajaran yang mendukung pembentukan keterampilan guna menjawab tantangan kecakapan abad 21.

134

Kecakapan abad 21 meliputi keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah, keterampilan berkomunikasi, kreativitas dan inovasi, dan kolaborasi. Tentunya kecakapan tersebut memerlukan pembiasaan dalam proses pembelajaran di sekolah. Pembelajaran berpusat pada guru sudah harus mulai dikurangi dan mulai dengan keberpihakan proses pembelajaran pada siswa sehingga kemampuan dan pembentukan kecakapan abad 21 dapat dirintis.

Selain pembentukan kecakapan yang merupakan hasil dari sebuah proses panjang, hal yang perlu diperhatikan setelah pembentukan karakter adalah pencapaian hasil belajar, khususnya pada mata pelajaran IPA. Hasil belajar akan terukur dengan perolehan nilai siswa pada materi yang dites secara tertulis.

Pembentukan kecakapan abad 21 melalui proses pembelajaran yang seiring pencapaian hasil belajar maksimal menjadi permasalahan tersendiri yang harus dicermati sekarang ini. Sebuah pembelajaran harus sedemikian rupa dikemas dengan mempertimbangkan berbagai aspek dalam pembelajaran agar kedua tujuan pembelajaran di atas dapat tercapai.

Salah satu solusi terbatas adalah dengan pemilihan dan pemilahan strategi pembelajaran yang membuat siswa setidaknya nyaman untuk mengeksplorasi dirinya seperti pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 dengan strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik kelas.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mencoba menggunakan strategi pembelajaran Solutif, Inovatif, Aktif, dan Produktif (SIAP) melalui pendekatan berbasis masalah yang kontekstual pada pembelajaran IPA Sekolah Dasar. Hal ini untuk menjawab permasalahan jangka pendek, yaitu peningkatan hasil belajar siswa dan pembentukan kecakapan abad 21 sebagai pembentukan proses pembiasaan diri.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam karya ilmiah ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah penerapan strategi pembelajaran SIAP dalam proses pembelajaran IPA Sekolah Dasar sebagai langkah dasar pembentukan kecakapan abad 21?

2. Apakah strategi pembelajaran SIAP dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA?

Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan karya ilmiah ini adalah:

1. untuk mengetahui efektivitas penerapan strategi pembelajaran SIAP dalam proses pembelajaran IPA Sekolah Dasar sebagai langkah dasar pembentukan kecakapan abad 21;

2. untuk mengetahui hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA setelah menerapkan strategi pembelajaran SIAP.

135 Metode

Penerapan strategi pembelajaran SIAP ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Adapun teknik penulisannya dikemas dalam bentuk best practice karena telah dilakukan penelitian pada tahun sebelumnya (tahun pelajaran 2016/2017) dan kemudian ditambah beberapa pengembangan teknik pembelajarannya. Hal tersebut sesuai definisi best practice, yaitu “Cerita keberhasilan terbaik pengawas sekolah dan guru dalam menyelesaikan masalah ketika melaksanakan tugas”. (Direktorat Pembinaan PTK Dikmen, 2015 :4)

Penelitian pemanfaatan starategi SIAP ini dilakukan di tempat penulis mengajar pada saat pembelajaran tematik terpadu terkonsentrasi pada muatan pelajaran IPA.

Penerapan strategi pembelajaran SIAP dengan metode problem based learning atau pembelajaran berbasis masalah pada pembelajaran IPA Tema 8 Subtema 1 Pembelajaran 2 dan Pembelajaran 5 dengan gabungan dengan dua muatan pembelajaran lainnya yaitu Bahasa Indonesia dan SBdP. Strategi ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Tarogong Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garut tepatnya di kelas penulis yaitu 5B dengan jumlah peserta didik 36 orang.

Jika pada tahun sebelumnya, peserta didik diarahkan untuk membuat produk dengan bimbingan guru tanpa dengan alur strategi SIAP, pada tahun ini penerapan strategi pembelajaran SIAP dirancang dengan alur SIAP dan pemilihan pembuatan produk diserahkan kepada tiap kelompok untuk lebih mengembangkan talenta dan kreativitas peserta didik..

Hasil dan Pembahasan

Pada tahun ajaran sebelumnya, siswa diarahkan untuk membuat produk dengan bimbingan guru tanpa dengan alur strategi SIAP, pada tahun ini penerapan strategi pembelajaran SIAP dirancang dengan alur SIAP, pemilihan pembuatan produk diserahkan kepada tiap kelompok untuk lebih mengembangkan talenta dan kreativitas siswa, serta setiap materi dihubungkan ke materi selanjutnya sehingga ada kerangka berpikir yang berkesinambungan dalam pendalaman materi.

Pemilihan akronim SIAP berusaha menerjemahkan kecakapan abad 21 yang harus dimiliki siswa yang tentunya tidak mungkin dapat dihasilkan dengan instan. Perlu adanya pembentukan yang dimulai sejak masa sekolah dasar dan hal terpenting adalah bagaimana siswa sebagai generasi milenium ketiga SIAP dalam kondisi apapun.

Dengan strategi SIAP, siswa diajari peka terhadap kondisi yang terjadi, tidak hanya memahaminya sebagai teoretis materi saja. Kepekaan tersebut akan mengembangkan karakter yang solutif, sekecil apapun permasalahan yang ada, siswa akan mencoba berpikir kritis untuk memecahkan permasalahan meskipun implikasi yang dihasilkan masih sederhana. Sehingga siswa terbiasa berpikir dengan mencari solusi bukan pelaksana solusi.

Kreativitas dan inovasi merupakan kelanjutan dari hasil berpikir kritis yang solutif. Penguatan karakter kreativitas dan inovasi menjadi poin utama kecakapan abad 21 karena keseragaman tidak akan menghasilkan sesuatu yang maksimal bahkan akan cenderung bersifat statis yang pada akhirnya tidak bisa bertahan lama. Kehidupan abad 21 membutuhkan karakter yang kuat dan dominan bukan dalam persaingan yang menjatuhkan melainkan munculnya ide-ide kreatif inovatif yang segar yang

136

memberikan peluang-peluang baru. Pengembangan talenta dan kemampuan akan terasah melalui kreativitas karena kesuksesan bukan karena kepuasan mengalahkan orang lain, melainkan ketika siswa mampu tampil dengan karya kreatif yang unik.

Aktif dalam proses pembelajaran adalah bagaimana hasil berpikir kritis dan ide-ide kreatif tersampaikan kepada individu lain sehingga jika ide-ide tersebut tidak dapat dilakukan secara pribadi, maka akan berkolaborasi dengan individu lain atau pihak-pihak terkait.

Yang terakhir adalah produktif, artinya semua hasil pemikiran dan kreativitas harus dihasilkan dalam produk nyata baik itu secara tulisan maupun berupa karya inovatif yang tepat guna. Produktif di sini pun mengandung arti tidak menyerah pada satu produk yang gagal, tetapi tetap mengembangkan produk-produk lain yang merupakan hasil refleksi kekurangan hasil awal.

Berikut alur tahapan penerapan SIAP adalah Planning, Doing, Communicating, dan Reflecting yang terus berkesinambungan.

Gambar 3.1 Alur Pelaksanaan SIAP

Berdasarkan alur tersebut, siswa mulai dari tahap merencanakan solusi apa yang sesuai dengan permasalahan dan merancang produk yang akan dibuat. Tahap kedua adalah menerjemahkan solusi dan ide kreatif dengan membuat produk, membuat laporan pengamatan, atau melakukan percobaan. Dari hasil pada tahap kedua, siswa mengomunikasikannya dalam presentasi individu atau kelompok. Dengan harapan secara pembentukan karakter, siswa dapat percaya diri untuk mengomunikasikan ide dan gagasan mereka. Berbagai masukan tentang ide dan gagasan mereka akan direfleksikan kembali untuk menghasilkan produk baru selanjutnya ataupun menyempurnakan kembali produk dan gagasan yang telah ada.

Prosedur pelaksanaan pembelajaran dengan strategi pembelajaran SIAP adalah dengan membentuk kelompok kecil. Tiap kelompok mengamati gambar siklus air atau video pembelajaran tentang siklus air kemudian melakukan tanya jawab dengan diawali pertanyaan stimulus dampak kurangnya siklus air di bumi. Siswa mengemukakan beberapa alasan seperti adanya pemanasan global sehingga air sungai kering, cuaca yang panas dan beberapa alasan lain. Setiap kelompok diberi tantangan untuk membuat produk dengan strategi SIAP (Solutif, Inovatif, Aktif dan Produktif) untuk menjelaskan siklus air dan terakhir mempresentasikan hasil karya kelompoknya.

Strategi pembelajaran SIAP dilaksanakan pada beberapa materi pelajaran IPA kelas V yang sebenarnya dilaksanakan secara tematik terpadu. Alasan pemilihan Siklus Hidrologi dikarenakan untuk mengonkretkan materi siklus air sedikit kesulitan karena

Planning

Reflecting

Communicating Doing

137

merupakan peristiwa alam yang hanya bisa diamati. Secara konvensional, siswa mampu menghafal urutan proses siklus hidrologi. Namun cara menghafal tidak dapat menghasilkan pemahaman kognitif dalam jangka panjang dan belum dapat menghasilkan produk yang kreatif yang mengukur pehamaman mereka terhadap materi tersebut.

Tabel 3.1 Indikator Pencapaian SIAP Kriteria

Siap

Sangat

Baik Baik Cukup

Perlu Bimbingan

4 3 2 1

Solutif

Mampu menemukan

gagasan dan ide

baru yang memecahkan masalah yang kontekstual Mampu menemukan

gagasan dan ide sederhana yang memecahkan masalah kontekstual Mampu menyebutkan gagasan dan ide untuk memecahkan masalah yang kontekstual yang dipahami Belum mampu menyebutkan gagasan dan ide sederhana untuk memecahkan masalah yang kontekstual yang dipahami Inovatif Mampu menciptakan dan mengkreasi

gagasan dan ide yang baru

Mampu membuat pembaruan dari gagasan dan ide yang telah ada

Mampu membuat gagasan dan ide yang sudah ada

Belum mampu memilah gagasan dan ide yang sesuai

Aktif

Mampu

mengomunikasikan ide secara runtut, terarah,berkolabora si dengan teman sekelompok dan lainnya Mampu mengomunikasikan ide dan gagasan secara runtut dan berkolaborasi dengan teman sekelompok

Mampu

mengomunikasikan gagasan dan ide dengan terbatas

Belum mampu mengomunikasikan gagasan dan ide

Produktif

Menghasilkan 1 produk utama dan produk tambahan yang kreatif

Menghasilkan 1 produk utama yang kreatif Menghasilkan 1 produk utama namun belum maksimal Belum menghasilkan produk

Pada pengamatan proses, guru mengamati tahapan alur SIAP pada setiap kelompok. Mulai dari tahap diskusi dalam merencanakan ide, gagasan, dan produk sebagai tahap pertama yaitu planning yang terintegrasi pembiasaan penguatan karakter percaya diri. Kedua, guru mengamati setiap kelompok dalam tahapan doing, yaitu setiap kelompok akan berbagi tugas dan berkolaborasi dengan temannya dalam pembuatan produk, penulisan laporan, dan pengembangan inovatif terintegrasi penguatan karakter disiplin dan kerjasama. Tahap ketiga yaitu communicatin, guru mengamati cara setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, menawarkan solusi dan produk yang dihasilkan, dan mengajak kelompok lain untuk memberikan pendapat tentang gagasan dan produknya terintegrasi karakter kejujuran dan percaya diri terhadap kekurangan dan kelebihan pribadi mereka. Tahap terakhir, setiap kelompok akan merefleksikan kembali setiap kekurangan atau ketidakpuasan terhadap ide, gagasan dan produk yang dihasilkan dan terintegrasi penumbuhan karakter pantang menyerah terhadap apapun hasilnya. Setiap kelompok diberi waktu untuk memperbaiki ide, gagasan dan produknya atau membuat inovasi tambahan setelahnya.

138

Berikut adalah data hasil pengamatan penerapan strategi pembelajaran SIAP dalam mengikuti setiap alur tahapannya.

Tabel 3.2Rubrik Penilaian Aktivitas Pembelajaran

No Nama

Kelompok

Solutif Inovatif Aktif Produktif

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Kelompok 1 2 Kelompok 2 3 Kelompok 3 4 Kelompok 4 5 Kelompok 5 6 Kelompok 6

Tabel 3.3 Konversi Nilai Rubrik SIAP

No Nama Kelompok S I A P Total Nilai (1-4) Nilai 0-100 1 Kelompok 1 3 3 4 3 13 81 2 Kelompok 2 4 3 4 4 15 94 3 Kelompok 3 3 3 4 3 13 81 4 Kelompok 4 4 3 3 4 14 88 5 Kelompok 5 3 2 3 3 12 70 6 Kelompok 6 3 4 3 3 13 81

Pada rubrik di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi SIAP mampu mengefektifkan afektif siswa dimana 5 kelompok telah mencapai nilai 70. Dari pengamatan penulis dan rekan sejawat, kelompok 5 perlu bimbingan dan pembiasaan pada sikap inovatif. Kelompok tersebut membuat rancangan yang sudah dibuat sebelumnya tanpa memberikan tambahan unsur kreativitas lainnya. Sedangkan untuk memecahkan masalah terganggunya siklus air yang lebih kontekstual yaitu membuat hujan buatan akibat kemarau panjang. Untuk produk yang dihasilkan dibuat satu produk utama dengan membuat stoples siklus air tanpa tutup dan mereka mampu mengomunikasikan ide produk dan solusi siklus air terhenti secara kolaboratif dengan teman kelompoknya walaupun belum mampu merespon dengan baik tanggapan dari kelompok lain.

Kelompok 2 sebagai kelompok siswa dengan perolehan tertinggi menunjukkan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah pada skor 4. Kelompok tersebut mampu menemukan gagasan dan ide baru memecahkan masalah terganggunya siklus air yang lebih kontekstual dan dihubungkan dengan isu pemanasan global dan pencemaran. Penyebab terputusnya daur air adalah akibat perilaku manusia yang membuang sampah di sumber-sumber air, pembuangan limbah cair ke sungai dan efek pemanasan global yang disebabkan asap kendaraan bermotor sehingga yang dihasilkan hujan asam. Untuk produk, kelompok 2 membuat produk utama yaitu membuat bagan dan stoples siklus air dengan tutup dan dilakukan presentasi percobaan dengan stoples siklus air dan mengomunikasikan ide produk dan solusi siklus air terhenti secara kolaboratif serta mampu merespon dengan baik tanggapan dari kelompok lain.

139

Untuk perolehan hasil belajar dilakukan tes tertulis s sebagai bahan pembanding dengan pembelajaran materi daur air sebelum menerapkan strategi SIAP. Pada pra SIAP, tidak ada siswa yang mendapatkan nilai 100 dan masih ada 9 orang yang masih di bawah nilai KKM yaitu 70. Setelah penerapan strategi SIAP terdapat 8 orang yang mendapat nilai 100. Sebanyak 12 orang mendapat nilai 90, sebanyak 9 orang mendapat nilai 80 dan 7 orang siswa mendapat nilai 70.

Berikut adalah grafik perolehan hasil belajar siswa Pra dan Pasca SIAP.

Grafik 3.1Hasil Belajar Siswa

Strategi pembelajaran SIAP ini dapat diterapkan dalam berbagai desain pembelajaran tidak terbatas pada materi pembelajaran IPA saja dan terintegrasi dengan pembentukan karakter dengan pembudayaan literasi. Strategi ini membantu pembentukan karakter siswa karena terdapat alur tahapan pembiasaan karakter disiplin dan pembentukan kecakapan abad 21.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan strategi pembelajaran SIAP dalam pembelajaran IPA, maka dapat disimpulkan dua hal berikut.

1. Strategi pembelajaran SIAP merupakan salah satu strategi yang dilaksanakan melalui beberapa tahapan yang terus berkesinambungan sehingga terbentuk pola berpikir yang berkesinambungan dan keterkaitan dengan materi selanjutnya.

2. Setelah penerapan strategi SIAP, siswa mulai terbiasa membuat hubungan keterkaitan permasalahan dengan penyebab, dampak, dan solusi pemecahannya secara detail dengan segala pemikirannya sesuai kemampuan, minat dan bakatnya sehingga sisi kreativitasnya semakin terbangun.

3. Kecakapan abad 21, pembentukan karakter, budaya literasi dan kemampuan kognitif menjadi satu kesatuan yang terpadu yang akan meningkat jika dilakukan dengan pembiasaan diri dan terus berulang.

4. Strategi pembelajaran SIAP dapat menjadi solusi baru dalam pembentukan dan penguatan kecakapan abad 21 sehingga siswa mampu untuk menghadapi tantangan abad 21.

5. Penerapan strategi SIAP pun mampu meningkatkan kemampuan kognitif siswa. Setelah penerapan strategi pembelajaran SIAP, siswa menemukan sendiri konsep dengan bimbingan guru sebagai fasilitator. Siswa memahami konsep secara utuh dan kontekstual dan daya ingat terhadap apa yang dialami menjadi lebih lama bertahan dan tersimpan dalam memori otak

0 5 10 15 20 50-65 66-75 76-85 86-95 96-100 Pra SIAP Pasca SIAP

140

6. Strategi pembelajaran SIAP dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA, khususnya materi Siklus Air Hal itu dibuktikan secara empiris melalui hasil tes tertulis pra SIAP dengan rata-rata 73 dan tes tertulis pasca SIAP dengan rata-rata 86 atau meningkat 15%.. Sehingga ketika ada runtutan materi yang terlupakan, maka dengan kata kunci saja siswa mampu kembali menjelaskan kembali utuh.

Daftar Pustaka

Lickona, Thomas. 1991. Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility, New York: Bantam Books.

NN, http://www.eurekapendidikan.com/2015/02definisi-kreativitas diakses pada tanggal 14 Maret 2018 pukul 21.10.

Purwanto, M. Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan.Bandung: Remaja Rosdakarya. Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sekretariat Negara.

Rogers, Everett M.2012.Inovasi. dalam

https://infodantutorial.blogspot.co.id/2012/04/pengertian-definisi-inovasi-menurut-ahli.

Diakses tanggal 16 Maret 2018 pukul 21.14

Sapriati, Amalia dkk. 2011. Pembelajaran IPA di SD. Jakarta:Universitas Terbuka. Sudjana, Nana. 2004. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Algesindo.

Sudrajat, Akhmad. 2008. Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan Model Pembelajaran

dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/pendekatan-strategi-metode-

teknik-dan-model-pembelajaran diakses pada tanggal 16 Maret 2018 pukul 22.30

Sugiono. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka.

Sumardi, Yosaphat dkk. 2010. Konsep Dasar IPA. Jakarta: Universitas Terbuka Susilana, Rudi. 2006. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: UPI.

141

STRATEGI PENGEMBANGAN PROFESIONALITAS GURU