• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ramdhan Hamdani, S.Pd SDIT ’Alamy Subang ramdhanhamdani99@gmail.com

Abstrak

Persoalan terkait belum meratanya kompetensi guru di berbagai daerah seakan menjadi pekerjaan rumah yang entah kapan dapat diselesaikan. Permasalahan tersebut menjadi salah satu ganjalan bagi bangsa ini untuk mengejar ketertinggalan dari bangsa – bangsa lainnya. Adapun untuk memperbaiki keadaan tersebut, setiap pendidik hendakya memiliki motivasi yang tinggi untuk senantiasa meningkatkan kompetensinya. Adapun persoalan biaya seharusnya tak lagi menjadi halangan bagi mereka untuk senantiasa berupaya dalam mempersembahkan kinerja terbaiknya.

Adapun organisasi profesi guru merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk meningkatkan kompetensi para guru. Berbagai seminar, pelatihan maupun workshop sengaja digelar di berbagai daerah. Adapun pelatihan seperti kepenulisan, pembuatan bahan ajar dan lainnya secara rutin digelar oleh organisasi profesi guru. Jaringan yang luas dan didukung oleh SDM yang ahli di bidangnya menjadikan organisasi guru sebagai wadah yang perlu dimanfaatkan oleh para guru yang ingin senantiasa meningkatkan kompetensinya dari waktu ke waktu. Pesatnya perkembangan teknologi informasi serta perbedaan karakteristik peserta didik dari waktu ke waktu tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi setiap pendidik.

126 Pendahuluan

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagaimana terjadi saat ini telah mengakibatkan berubahnya tatanan kehidupan dalam masyarakat. Munculnya peralatan canggih memang diakui membantu manusia dalam melaksankan aktivitasnya sehari – hari. Berbagai inovasi yang dilakukan pun menjadikan bumi yang luas ini terasa sempit berkat adanya revolusi di bidang teknologi informasi. Komunikasi antar individu pun dapat dilakukan dengan lebih mudah tanpa terhalang lagi oleh ruang dan waktu. Tak hanya itu, di era keterbukaan informasi seperti saat ini, guru tidak lagi diposisikan sebagai satu – satunya sumber belajar. Beragam informasi maupun ilmu pengetahuan dapat diperoleh dengan mudah sekalipun kita berada di tempat tidur. Kondisi tersebut secara perlahan telah merubah cara hidup masyarakat dari waktu – waktu sebelumnya. Hal tersebut tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan untuk senantiasa mampu beradaptasi.

Adapun karakteristik peserta didik dari waktu ke waktu merupakan tantangan lain yang juga dihadapi oleh dunia pendidikan saat ini. Generasi milenial yang dikenal berpikir logis, kritis dan disertai dengan rasa ingin tahu yang sangat tinggi tentunya memerlukan “sentuhan” yang berbeda dengan generasi – generasi sebelumnya. Cara – cara mendidik yang biasa digunakan oleh para pendidik zaman dulu tentunya tidak akan sesuai apabila diaplikasikan pada generasi saat ini. Konflik antara pendidik dengan peserta didik maupun orangtua akan rawan terjadi apabila setiap pendidik tidak mampu beradaptasi ataupun “berkomunikasi” dengan generasi saat ini.

Kedua kondisi di atas pada akhirnya disadari oleh pemerintah sebagai tantangan yang tak terhindarkan. Menyikapi hal tersebut, perubahan kurikulum secara mendasar pun perlu dilakukan. Adapun hadirnya Kurikulum 2013 yang digulirkan beberapa tahun silam sejatinya merupakan salah satu ikhtiar yang dilakukan oleh pemerintah dalam menghadapi tantangan yang ada sekaligus dalam rangka menjawab kebutuhan zaman. Pemerintah menyadari betul bahwa perubahan yang terjadi merupakan sebuah keniscayaan dan akan terus terjadi selama bumi ini berputar. Adapun dunia pendidikan dipandang memiliki tanggungjawab (moral) paling besar dalam menyiapkan generasi yang benar – benar mampu menghadapi beratnya tantangan di masa yang akan datang. Tanpa adanya pesiapan secara matang, mustahil bangsa kita akan mampu bersaing dengan bangsa – bangsa lainnya.

Adapun untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut, peningkatan kompetensi guru menjadi sebuah keniscayaan. Sebagaimana dijelaskan oleh penulis pada paragraph sebelumnya, generasi saat ini memerlukan “sentuhan” yang berbeda dari generasi – generasi sebelumnya. Proses pembelajaran tidak bias lagi dilakukan dalam bentuk ceramah dimana guru sebagai pusat pembelajaran. Kegiatan belajar juga tidak bisa lagi hanya mengandalkan kapur dan papan tulis sebagaimana dilakukan oleh para guru terdahulu. Generasi milenial yang akrab dengan peralatan digital akan lebih termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran apabila bahan ajar disuguhkan dalam bentuk media pembelajaran berbasis multimedia. Dalam konteks ini, peningkatan kompetensi guru di bidang teknologi informasi (IT) mutlak diperlukan.

Menyikapi kebutuhan guru saat ini, pemerintah pun bertindak cepat dengan menyelenggarakan berbagai program yang berorientasi pada peningkatan kompetensi guru. Menyelenggarakan diklat – diklat yang berkaitan dengan implementasi kurikulum

127 baru dilakukan secara massal di seluruh daerah. Selain itu berbagai seminar tingkat nasional maupun wilayah pun sengaja digelar untuk memberikan kesempatan kepada para pendidik untuk menambah wawasannya. Namun, banyaknya guru yang ada serta luasnya cakupan wilayah membuat pemerintah tidak bisa berjuang sendiri untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa. Diperlukan peran dari komponen lainnya untuk bersinergi dengan pemerintah dalam upaya membangun generasi unggul melalui dunia pendidikan. Sinergi semacam ini.

Adapun organisasi profesi guru merupakan salah satu pihak yang dapat dijadikan mitra strategis oleh pemerintah dalam upaya mencapai tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang telah digariskan. Sebagai wadah yang berfungsi untuk memperjuangkan kepentingan guru dalam hal peningkatan kompetensi serta kesejahteraannya. Banyaknya anggota serta luasnya jaringan yang dimiliki oleh organisasi profesi guru menjadikannya sebagai kekuatan tersendiri yang sangat menentukan nasib bangsa ini di masa yang akan datang

Kajian Teori

Tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan nasional antara lain ditentukan oleh sejauh mana kompetensi yang dimiliki oleh para pendidik. Kompetensi sendiri memiliki banyak pengertian. Beberapa pakar seperti Broke and Stone berpendapat bahwa kompetensi guru merupakan “desprective of qualitative nature of teacher behaviorappears to be entirely meaningfull” (kompetensi guru merupakan gambaran kualitatiftentang hakikat perilaku guru yang penuh arti).

Sementara pakar lainnya yaitu Suhertian berpendapat bahwa kompetensi merupakan pemilikan, penguasaan, keterampilan, dan kemampuan yang dituntut jabatan seseorang. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya.

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru merpakan kemampuan untuk melakukan tindakan/perilaku rasional dalam melaksanakan tugas atau profesinya. Perilaku/tindakan dikatakan sebagai tindakan rasional karena memiliki tujuan dan arah yang jelas yakni untuk menjadikan pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan sehingga para peserta didik mampu menangkap materi dengan lebih mudah.

Dalam konteks ini, ada empat kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap pendidik, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi professional, komptensi sosial dan kompetensi kepribadian. Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP) Pasal 28 Ayat 3 Butir a Mulyasa (2008 : 75) menyatakan bahwa “Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya”.

Adapun kompetensi kepribadian merupakan kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan

128 berakhlak mulia. Sosok seorang guru haruslah memiliki kekuatan kepribadian yang positif yang dapat dijadikan sumber inspirasi bagi peserta didiknya. Dikemukakan pula oleh Ki Hajar Dewantara dalam sistem pendidikan yang diinginkannya yaitu guru harus “Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”. Artinyabahwa guru harus contoh dan teladan yang baik, membangkitkan motivasi berlajar siswa serta mendorong/memberikan dukungan dari belakang.

Terkait kompetensi profesional, UU No. 14 tahun 2005 Pasal 1 ayat (1) menyatakan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peseta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan menengah. Sebagai seorang profesional guru harus memiliki kompetensi keguruan yang memadai. Kompetensi keguruan tersebut tercermin dalam kemampuannya mengaplikasikan sejumlah konsep, landasan kerja sebagai guru, mampu menerapkan sejumlah strategi maupun pendekatan pembelajaran yang menarik dan interaktif. Kemampuan pada penguasaan kompetensi profesional tersebut akan berdampak pada membaiknya mutu pendidikan.

Adapun kemampuan sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kemampuan tersebut mutlak diperlukan mengingat guru sebagai sosok yang hadir di tengah masyarakat dan patut dijadikan teladan sehingga dituntut untuk mampu memposisikan dirinya sebagai sosok yang patut digugu dan ditiru.

Hasil dan Pembahasan

Sebagaimana dijelaskan pada paragraf sebelumnya, peningkatan kompetensi guru merupakan sebuah kebutuhan dalam rangka menjawab tantangan zaman. Pada kenyataannya, berbagai kendala harus dihadapi oleh guru untuk melaksanakan aktivitas yang dapat mendukung tugasnya tersebut. Mulai dari padatnya aktivitas di sekolah dan di rumah, sampai dengan kendala biaya sangat dirasakan oleh sebagian guru yang hendak berikhtiar untuk terus memperbaiki diri itu. Adapun organisasi guru sejatinya hadir untuk menjawab salah satu kebutuhan guru dalam hal peningkatan kompetensi guru. Kenyataan menunjukkan, berbagai program peningkatan kompetensi guru diselenggarakan oleh organisasi guru seperti Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) di tingkat pusat maupun daerah. Program – program tersebut dilaksanakan dalam bentuk seminar, workshop maupun pelatihan – pelatihan lainnya sesuai dengan jenjangnya. Berbagai kegiatan tersebut sejatinya diselenggarakan sebagai bentuk kontribusi organisasi profesi untuk mendukung kemajuan dunia pendidikan sekaligus melengkapi kekurangan yang ada pada pemerintah.

Pelatihan yang berorientasi pada peningkatan kompetensi guru di bidang IT merupakan salah satu program yang cukup intens dilaksanakan. Pelatihan tersebut menyasar guru – guru yang selama ini memang belum mendapatkan kesempatan dari pemerintah untuk meningkatkan kompetensinya di bidang tersebut. Pelatihan tersebut diperlukan oleh para guru agar mampu melaksanakan tugas – tugasnya sesuai dengan tuntutan dunia pendidikan saat ini.

129

Organisasi profesi guru biasanya menjadi fasilitator utama dalam kegiatan – kegiatan tersebut. Mulai dari menyediakan tempat, konsumsi, sampai dengan mendatangkan pemateri dilakukannya agar para guru dapat mengikuti kegiatan tersebut dengan baik. Semua itu sengaja dilakukan dengan harapan para guru memiliki motivasi yang tinggi untuk senantiasa meningkatkan kompetensinya tanpa harus terkendala oleh biaya yang cukup besar. Hal tersebut patut dimaklumi mengingat tidak semua guru berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS). Tidak sedikit dari para guru kita yang berstatus sebagai guru honorer dengan pendapatan yang pas – pasan namun memiliki tugas dan tanggungjawab yang besar.

Adapun penyusunan instrument evaluasi hasil belajar berbasis teknologi informasi seperti pemberlakuan raport online merupakan salah satu fenomena yang harus disambut oleh guru dengan cara meningkatkan kompetensinya di bidang teknologi informasi. Penyusunan hasil belajar tersebut tidak hanya berkaitan dengan nilai ujian saja, melainkan proses – proses yang mengiringinya. Pemetaan Kompetensi Dasar (KD), penyusunan analisis butir soal, serta proses pengolahan nilai mulai dari A sampai Z saat ini memang dilakukan menggunakan teknologi informasi. Hal tersebut dilakukan untuk mencapai akurasi data serta efektivitas dalam pelaksanaan pekerjaan. Tanpa memanfaatkan teknologi informasi, akan sangat sulit bagi guru untuk dapat memenuhi tanggungjawabnya mengingat banyaknya tugas yang harus dilaksanakannya.

Selain menyelenggarakan program pelatihan di bidang IT, pelatihan terkait pembuatan bahan ajar serta kepenulisan pun menjadi bidang garapan organisasi profesi guru dalam meningkatkan kompetensi para anggotanya. Pembuatan bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik peserta didik saat ini memang menjadi tantangan tersendiri bagi para guru yang berkeinginan untuk mempersembahkan pembelajaran yang menarik di dalam kelas. Seorang guru tidak akan lagi mampu mengkondisikan kelasnya maupun menyampaikan materi dengan baik apabila media atau bahan ajar yang digunakan merupakan produk lama. Selain itu guru pun dituntut untuk kreatif dalam menyusun bahan ajar dengan memanfaatkan berbagai hal yang ada di sekitarnya.

Adapun kemampuan guru di bidang kepenulisan sangat diperlukan untuk menunjang aktivitasnya. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan hal yang perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana efektivitas serangkaian proses pembelajaran yang diselenggarakan dalam rentang waktu tertentu. PTK diperlukan untuk menganalisis berbagai kekurangan selama proses pembelajaran untuk kemudian dilakukan perbaikan. Selain PTK, guru pun diharapkan mampu menyusun pengalaman terbaik (best practice) saat menjalankan aktivitasnya untuk kemudian dibagikan kepada guru – guru lainnya. Pengalaman tersebut akan menjadi inspirasi bagi guru – guru lainnya untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran yang bermutu. Adapun kemampuan menulis merupakan bekal penting yang harus dimiliki oleh para guru untuk menyusun PTK dan best practice. Kemampuan tersebut diperlukan agar kedua jenis “laporan” tersebut dapat dicerna dengan mudah oleh guru – guru lainnya.

Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, keberhasilan organisasi profesi guru seperti hanya PGRI dalam menggelar berbagai program peningkatan kompetensi guru pada dasarnya didukung oleh 4 faktor utama. Pertama, tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni di bidangnya masing – masing. Seperti kita ketahui, organisasi profesi guru seperti PGRI memiliki struktur mapan dan jaringan yang sangat luas. Adapun latar belakang mereka berasal dari jenjang pendidikan yang berbeda – beda serta bidang keahlian yang tidak seragam pula. Para anggota tersebut biasanya

130

memiliki keahlian atau keterampilan tertentu yang membedakan dirinya dengan anggota – anggota lainnya. Berbagai keahlian yang mereka miliki tersebut kemudian mereka bagikan kepada rekan – rekan mereka sesama guru.

Kedua, tingginya animo para guru untuk senantiasa meningkatkan kompetensinya. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan karakteristik peserta didik dari waktu ke waktu sebagaimana digambarkan oleh penulis pada bagian sebelumnya pada akhirnya disadari oleh para guru sebagai sebuah tantangan yang harus dihadapi. Adapun meningkatkan kompetensinya dari waktu ke waktu dipandang sebagai sebuah kebutuhan untuk menjawab tantangan tersebut. Dalam konteks ini, berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh organisasi profesi guru akan senantiasa dimanfaatkan dengan sebaik – baiknya oleh para guru yang memiliki misi untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa tersebut.

Ketiga, semakin tingginya “persaingan” antar lembaga pendidikan seakan memaksa setiap lembaga pendidikan untuk senantiasa meningkatkan kualitas SDM yang dimilikinya. Sebagaimana kita ketahui, kebutuhan masyarakat akan hadirnya sekolah unggul yang mampu memberikan layanan pendidikan terbaik semakin hari kian meningkat. Adapun hadirnya guru – guru dengan kompetensi mumpuni merupakan salah satu karakteristik sekolah unggul yang dijadikan bahan pertimbangan oleh para orangtua untuk menitipkan anak – anaknya. Dalam konteks ini, setiap lembaga pendidikan seakan berlomba untuk menghadirkan wajah – wajah tenaga pendidik yang berkualitas untuk menghadapi sengitnya “persaingan” antar lembaga pendidikan. Besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk mendongkrak kompetensi para guru dipandang sebagai investasi SDM yang menjanjikan di samping terus juga melengkapi sekolah dengan sarana pendukung pembelajaran yang memadai.

Keempat, terciptanya komunikasi dan sinergi yang baik antara organisasi profesi guru dengan pihak – pihak lainnya. Terselenggaranya berbagai kegiatan sebagaimana dijelaskan oleh penulis di atas tentunya tidak akan terwujud apabila tidak didukung oleh pihak –pihak terkait. Dalam hal ini kualitas kepemimpinan organisasi profesi guru di daerah akan sangat menentukan keberhasilan organisasi tersebut dalam menjalankan visi misinya. Adapun sinergi yang baik dengan pemerintah daerah setempat menjadi faktor pendukung keberhasilan organisasi profesi guru dalam melaksanakan program – program strategisnya. Pemerintah daerah biasanya juga memiliki program – program yang berorientasi pada peningkatan kompetensi guru yang dapat disinergikan dengan pihak lain seperti organisasi profesi guru. Kebijakan alih kelola yang diberlakukan sejak beberapa tahun lalu memang mendorong pemerintah daerah untuk mengelola bidang pendidikan sesuai dengan jenjangnya dengan sebaik – baiknya.

Besarnya peran organisasi profesi guru tersebut pada akhirnya menyadarkan kita tentang besarnya kontribusi yang diberikan dalam rangka memajukan bangsa. Dalam hal ini peningkatan kompetensi guru menjadi salah satu program strategis organisasi profesi untuk meningkatkan mutu pendidikan di tanah air. Berbagai kegiatan yang diselenggarakan sejatinya merupakan ikhtiar bersama yang senantiasa perlu dijaga keberlanjutannya. Oleh karenanya,berbagai pihak terkait hendaknya bersinergi untuk menyukseskan berbagai program yang dilaksanakan. Sumbangsih berupa tenaga, pikiran maupun sarana dan adana akan sangat berarti dan merupakan investasi jangka panjang yang hasilnya akan dinikmati oleh anak cucu kita.

131

Adapun mereka yang berprofesi sebagai pendidik hendaknya dapat berpartisipasi aktif dalam mengembangkan organisasi profesi dimana mereka bernaung tersebut. Hal tersebut diperlukan agar berbagai permasalahan yang dihadapi oleh dunia pendidikan dapat dipecahkan secara bersama – sama. Tak hanya itu, hal – hal yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan para guru pun dapat diperjuangkan secara bersama – sama. Hal ini tentunya akan sangat membantu para guru dalam menjalankan tugas – tugasnya agar lebih fokus. Dengan demikian, diharapkan di masa yang akan datang Indonesia pun akan mampu menjadi negara yang disegani di dunia sehingga kejayaan yang pernah diraih oleh bangsa ini pun dapat direbut kembali.

Simpulan

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh mereka yang berprofesi sebagai seorang pendidik. Adapun perbedaan karakteristik peserta didik dari waktu ke waktu merupakan fenomena yang juga tak dapat dihindari. Kedua tantangan tersebut tentunya hanya dapat dihadapi oleh para guru dengan cara senantiasa meningkatkan kompetensinya dari waktu ke waktu. Sebagai seorang guru hendaknya kita dituntut untuk terus belajar sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Tanpa adanya kemauan untuk terus mengembangkan kompetesi diri, mustahil bagi kita untuk mampu mengejar ketertinggalan dari bangsa lainnya.

Adapun organisasi guru merupakan salah satu wadah atau sarana yang dapat dimanfaatkan oleh para guru untuk dapat meningkatkan kompetensinya. Berbagai jenis pelatihan, seminar maupun workshop biasa digelar oleh organisasi profesi guru di berbagai daerah. Berbagai kegiatan tersebut sengaja digelar untuk membantu pemerintah dalam menyukseskan program – programnya di bidang pendidikan. Program– program tersebut dilaksanakan dalam bentuk seminar, workshop maupun pelatihan – pelatihan lainnya sesuai dengan jenjangnya. Berbagai kegiatan tersebut sejatinya diselenggarakan sebagai bentuk kontribusi organisasi profesi untuk mendukung kemajuan dunia pendidikan.

Untuk melaksanakan tugas yang sangat berat tersebut, organisasi profesi guru tentunya tidak bias berjuang sendiri, melainkan diperlukan sinergi dengan pihak – pihak lainnya yang memiliki kepentingan yang sama untuk memajukan dunia pendidikan. Dalam hal ini, pimpinan PGRI di setiap daerah hendaknya mampu bersinergi dengan pemerintah daerah setempat maupun pihak – pihak lainnya dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan. Dukungan moril, tenaga, pikiran serta sumber dana akan sangat membantu wadah para guru tersebut.

132 Daftar Pustaka

Daryanto. Guru Profesional. Gava Media, Yogyakarta 2013.

E, Mulyasa. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Rosda Karya, Bandung 2011. http://www.sarjanaku.com/2011/03/tugas-dan-fungsi-guru.html

Oemar, Hamalik. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Bumi Aksara, Jakarta 2006.

Rosalin, Elin. Bagaimana Menjadi Guru Inspiratif. Karsa Mandiri Persada, Bandung 2008.

133