• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di Daerah Tingkat Kriminalitas Tinggi Berbagai upaya sudah dilakukan Dinas Pendidikan Kabupaten Rejang Lebong

Kriminalitas Tinggi (Studi di Wilayah Lembak Kabupaten Rejang Lebong)

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di Daerah Tingkat Kriminalitas Tinggi Berbagai upaya sudah dilakukan Dinas Pendidikan Kabupaten Rejang Lebong

untuk meningkatkan mutu pendidikan di wilayah Lembak. Salah satunya pernah disampaikan oleh Kepala Dinas Pendidikan pada acara Hardiknas yakni akan mengusulkan pengadaan Bus khusu untuk para guru. Yang disambut dengan tepukan tangan oleh peserta. Namun pada kenyataannya jelas pemakaian Bus tidak efektif juga karena para guru ini tersebar di berbagai desa di Wilayah lembak ini,bahkan banyak akses jalan jelas susah dilalui Bus. Dan masalah lain adalah Pemerintah Daerah tidak ada anggaran operasional bus tersebut untuk perawatan dan lain-lain.

Penulis adalah salah satu guru yang pernah tinggal diperumahan dinas sekolah, banyak kejadian yang ditemui yakni pernah jemuran hilang bahkan ada perumahan sekolah yang atapnya habis dibongkar oknum warga

Menurut penulis melalui makalah ini sebagai masukan untuk Dinas Pendidikan Kabupaten Rejang Lebong. Salah satu solusi yang boleh coba diterapkan adalah dengan penerapan sistem zonasi guru. Melihat bagaimana GTT yang mengajar khususnya SD di daerah ini lebih dekat dan lebih diterima peserta didik. Mereka lebih sering menggunakan bahasa daerah. Jadi jika seluruh guru PNS yang berasal dari daerah ini dipulangkan untuk membangun daerah mereka sendiri jelas mereka juga memiliki rasa cinta yang tinggi terhadap daerah mereka sehingga diharapkan 10 sampai 20 tahun kedepan generasi yang saat ini SD akan memajukan daerah Lembak, karena jiwa mereka sudah dibangun.

D. Simpulan

Wilayah Lembak Kabupaten Rejang Lebong adalah lingkungan masyarakat dengan tingkat kriminalitas tinggi, banyak kejadian-kejadian kriminal sering terjadi di wilayah ini.

54 Pendidikan yang bermutu dan berkarakter adalah usaha jangka panjang untuk perbaikan moral masyarakat lembak, di mana objeknya adalah peserta didik yang merupakan generasi penerus masyarakat wilayah lembak.

Saran penulis agar Pemerintah Kabupaten melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Rejang Lebong mencoba menerapkan sistem zonasi guru agar penyebaran guru merata dan mutu pendidikan wilayah lembak meningkat karena masyarakat lebih terbuka dan menerima warga lokal daripada guru pendatang.

Daftar Pustaka

Fitriana, M. K. (2017). Perlindungan Hukum Terhadap Pendidik Dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Legalitas, 1, 42.

Indonesia, P. R. (2003). Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Jakarta.

Kristiawan, M. (2016). Telaah Revolusi Mental Dan Pendidikan Karakter Dalam Pembentukkan Sumber Daya Manusia Indonesia Yang Pandai Dan Berakhlak Mulia. Ta'dib, 18, 14.

Mulyasa. (2011). Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Nata, A. (2014). Sosiologi Pendidikan Islam. Jakarta: Grafindo Persada.

Tiratna, A. K. (2005). Visonary Leadership, Menuju Sekolah Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

55

Pembentukan Karakter Kerja Sama Peserta Didik Melalui Metode

Diskusi Kelompok Dalam Pembelajaran Di Kelas

Yugo Rahmadhani, S.Pd

SD Negeri 13 Kepahiang, Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu Yugoramadhani123@gmail.com

Abstrak

Penguatan Pendidikan karakter pada abad ke-21 memang sangat dibutuhkan. Dengan berkembangnya teknologi dan informasi sejalan juga dengan terjadinya pergeseran karakter yang menyebabkan krisis moral yang melanda bangsa Indonesia. Banyak peserta didik yang memiliki karakter individual, egois, kurang toleransi di dalam kehidupan sehari-hari. Tentunya hal ini dapat menghambat masa depan mereka. Oleh karena itu, dibutuhkan pembentukan pendidikan karakter dalam pembelajaran di sekolah. Pembentukan karakter adalah salah satu upaya gerakan revolusi mental nasional untuk memperkuat dan membentuk karakter peserta didik. Sejalan dengan hal ini dibutuhkan cara atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai untuk dapat membentuk karakteristik peserta didik. Salah satunya dengan menggunakan metode diskusi kelompok untuk meningkatkan keaktifan, kerja sama, dan toleransi peserta didik di dalam kelompok. Dalam melaksanakan diskusi kelompok akan terlihat karakter kerja sama yang termasuk dalam Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yaitu nilai religius, nasionalisme, mandiri, gotong royong (kerja sama) dan integritas. Sekolah sebagai wadah yang tepat menanamkan dan membentuk karakter peserta didik untuk mencegah krisis moral dan sosial bangsa. Oleh karena itu, penggunaan metode diskusi kelompok dalam pembelajaran merupakan upaya guru membentuk karakter peserta didik sebagai generasi muda yang terampil, cerdas, dan berkarakter serta dalam rangka mencapai kemajuan pendidikan untuk menyongsong generasi emas 2045. Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui pembentukan karakter kerja sama peserta didik dengan menggunakan metode diskusi kelompok.

Kata Kunci : metode, kerja sama, kemajuan pendidikan

1. Pendahuluan

Pendidikan merupakan pilar terpenting dalam kehidupan suatu bangsa. Pendidikan dapat meningkatkan kualitas suatu bangsa yang diukur dari kemajuan pendidikannya. Suatu negara dapat dikatakan maju apabila pendidikan suatu negara tersebut telah berkembang dan memadai. Hal ini sejalan dengan keyakinan yang telah dianut oleh bangsa Indonesia. Peranan pendidikan yang berkualitas mampu menciptakan manusia yang terdidik, memiliki kemampuan dan keterampilan, serta karakter yang dapat mendukung kemajuan di segala bidang dengan profesional dan integritas. Hal ini didukung dengan sistem pendidikan yang selalu mengalami penyempurnaan, baik dari secara kurikulum maupun dalam pelaksanaan teknisnya.

Saat ini pendidikan di Indonesia tidak hanya menekankan pada aspek pengetahuan dan keterampilan saja tetapi juga lebih mengedepankan pembentukan dan

56 penanaman karakter peserta didik sejak usia dini. Pembentukan dan penanaman karakter peserta didik sangat penting dan dapat dijadikan rujukan pendidikan karakter pada masa mendatang.

Perlunya pendidikan karakter ini tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 3 menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa tujuan pendidikan nasional secara keseluruhan esensinya merupakan pembentukan dan pengembangan karakter siswa.

Penguatan pendidikan karakter pada abad ke-21 memang sangat dibutuhkan. Dengan berkembangnya teknologi dan informasi sejalan juga dengan terjadinya pergeseran karakter yang menyebabkan krisis moral yang melanda bangsa Indonesia. Tentu hal ini membutuhkan dukungan dari masyarakat terutama sekolah sebagai wadah pembentuk dan pengembang proses pendidikan karakter melalui pembelajaran. Pembentukan karakter adalah salah satu upaya gerakan revolusi mental nasional untuk memperkuat dan membentuk karakter peserta didik yang memiliki etika, tanggung jawab, dan kerja sama melalui penekanan karakter yang baik sesuai nilai-nilai universal.

Pembentukan karakter peserta didik tidak lepas dari peran guru melalui pengintegrasian setiap mata pelajaran dalam pembelajaran di kelas. Guru merupakan salah satu tonggak yang memiliki tanggung jawab dalam membentuk dan menghasilkan generasi emas penerus bangsa yang berkarakter, bermoral, dan beretika. Peran seorang guru tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik melainkan harus juga memberikan pemahaman serta pembelajaran mengenai sikap baik sesuai dengan karakter nilai-nilai pancasila.

Sering kali guru memberikan tugas dan pembelajaran kepada peserta didik secara mandiri di sekolah, baik melalui latihan maupun pekerjaan rumah. Masih hanya dalam skala kelompok kecil guru memberikan tugas secara berkelompok di dalam pembelajaran dikarenakan takut terjadinya ketidakcocokan dan keributan di dalam kelompok. Penulis melihat hal ini yang menyebabkan munculnya karakter individual, egois, dan kurang rasa peduli dalam diri peserta didik. Berdasarkan beberapa permasalahan di atas yang penulis angkat dalam tulisan ini.