• Tidak ada hasil yang ditemukan

INOVASI TEKNOLOGI BUDIDAYA VARIETAS UNGGUL BARU KEDELA

Dalam dokumen Prosiding Seminar Nasional UGM Hasil Has (Halaman 60-65)

(Glycine max) DI DAERAH KLUNGKUNG-BALI

I Gusti Komang Dana Arsana, Ni Putu Suratmini dan Ni Ketut Kasih Sukraeni

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian-Bali

Jl. By. Pass Ngurah Rai Pesanggaran Denpasar selatan, Bali 80222 Email: igkomangdana@yahoo.com

ABSTRAK

Di Provinsi Bali tanaman kedelai pada sawah irigasi merupakan tanaman kedua setelah padi, berfungsi untuk menyuburkan tanah, setelah mengalami kelelahan dan perlu di lakukan pengeringan agar terjadi proses penyuburan kembali. Inovasi teknologi budidaya varietas unggul baru (VUB) kedelai bertujuan mendiseminasikan inovasi budidaya kedelai agar terjadi penanaman secara berkelanjutan dan menguntungkan. Lokasi pengkajian dilaksanakan di Desa Dawan kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung-Bali. Menggunakan model denfarm. Kajian dilaksanakan MT 2013, benih kedelai Argomulyo, Gerobogan dan Anjasmoro, teknologi budidaya sistim tanam: sebar, cekol dan tugal masing masing ditanam seluas 2 ha. Analisis data dilakukan terhadap variabel agronomi dan untuk mengetahui kelayakan usahatani dilakukan analisis B/C dan R/C ratio, sebagai data pendukung dilakukan analisis tanah. Hasil pengkajian menunjukkan kedelai varietas varietas Anjasmoro menghasilkan 801,60 Kg ha-1, varietas Grobogan menghasilkan 800,44 Kg ha-1 dan varietas Argomulyo menghasilkan 800.44 Kg ha-1 ditanam dengan sistim tugal menghasilkan BC 1.62, RC 2.62. Kesimpulan dari penelitian dari hasil pengkajian denfarm ketiga varietas yang digunakan dapat diterima oleh petani.Dari sistim tanam nampk sistim tugal menghasilkan kedelai tertinggi.Hasil pengkajian dapat digunakan untuk perbenihan kedelai untuk musim tanam berikutnya.

Kata Kunci: VUB, Cara tanam, Sawah irigasi dan Keberlanjutan

Pengantar

Propinsi Bali memiliki luas 5.632,86 km2 atau 0,29 % dari luas wilayah Indonesia. Jumlah penduduk yang menempati pulau ini sebanyak 2,9 juta jiwa dan dari jumlah tersebut  49,4 % bermata pencaharian sebagai petani atau bekerja di sektor pertanian (Anonim.,2004). Di Propinsi Bali tanaman kedelai dapat ditanam dilahan sawah irigasi dan lahan kering. Pada sawah irigasi kedelai merupakan tanaman kedua setelah padi-padi. Pertanaman kedelai di Bali banyak mengalami kendala yaitu petani kesulitan mendapatkan benih, air irigasi terbatas dan setelah panen tidak mendapatkan harga yang layak. Peluang untuk mendapatkan keuntungan menanam kedelai adalah dari segi musim tanam yang berbeda dari setiap subak sehingga ada peluang untuk menanam kedelai untuk perbenihan. Disisi lain secara nasional perkembangan permintaan kedelai selama 15 tahun terakhir cukup tinggi, namun tidak mampu diimbangi oleh produksi dalam negeri, sehingga harus dilakukan impor dalam jumlah yang cukup besar (www.litbang.deptan.go.id).

Ketertinggalan tersebut bukannya tidak disadari Pemerintah, yang sudah sejak tahunan lalu telah mengupayakan untuk meningkatkan produksi kedelai melalui berbagai program pendekatan seperti Program Pengapuran, Supra Insus, Opsus Kedelai, dan terakhir Program Gema Palagung (Gerakan Mandiri Padi Kedelai Jagung) yaitu melalui salah satu cara dengan Peningkatan Index Pertanaman (IP) 300 Menuju Swasembada Kedelai tahun 2001 (Pedoman umum PTT Kedelai). Kedelai merupakan tanaman yang kedua setelah padi untuk daerah sawah irigasi, tanaman kedelai dapat digunakan untuk menyuburkan

tanah setelah ditanami padi sawah, tanah mengalami kelelahan dan perlu di lakukan pengeringan agar terjadi proses penyuburan kembali, tanaman kacang- kacangan khususnya kedelai dapat melakukan proses ini (Reintjes et al. 1992). Kedelai merupakan tanaman dibudidayakan oleh petani di Bali.Produktivitas kedelai yang dibudidayakan masih rendah karena benih tidak jelas asal usulnya. Peningkatan produktivitas kedelai dapat ditingkatkan dengan penerapan inovasi teknologi pengairan dan pengendalian hama dan penyakit dan memperhatikan pemasarannya (PTT kdelai 2011). Lokasi Demplot/denfarm pengembangan kedelai di Bali tahun 2013 dilaksanakan di Desa Dawan kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung-Bali. Dilaksanakan bulan Januari 2013 – Agusus 2013.

Pelaksanaan pada tahap ini dilakukan inovasi teknis maupun kelembagaan untuk meningkatkan keterampilan petani dalam penerapan teknologi budidaya kedelai khususnya untuk proses perbenihan. Pelaksanaan kegiatan diharapkan dapat mencerminkan pola tanam secara utuh selama setahun. Inovasi teknis dilakukan langsung bersama-sama petani dan petugas lapang sesuai dengan materi yang telah disiapkan, sedangkan untuk meningkatkan keterampilan petani pemberian materi akan dipadukan dengan pelaksanaan sekolah lapang sesuai dengan materi demplot. Adapun inovasi teknologi (paket/komponen) yang dilaksanakan dalam pelaksanaan demplot yaitu:

Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman kedelai dengan menggunakan air yang sangat efisien yaitudengan penggenangan dalam parit.Mengingingat gelar teknologi dilaksanakan pada musim hujan maka saluran atau parit akan lebih berguna sebagai saluran drainase. Inovasi teknologi yang diperkenalkan yaitu pengairan dan penggunaan varietas unggul. Sistim tanam menggunakan 3 cara yaitu sistim tugal, sistim cekol (menempatkan benih diatas tanah) dan sebar.

Bahan-bahan yang digunakan dalam pelaksanaan demplot kedelai di Kabupaten Klungkung dan Tabanan meliputi bahan sarana pendukung demplot yaitu bahan sarana usahatani produksi budidaya tanaman (benih,pupuk dan obat-obatan), Analisis data dilakukan terhadap variabel yang diamati. Untuk mengetahui kelayakan usahatani yang dilakukan analisis dengan pendekatan R/C dan B/C ratio.Tujuanmendiseminasikan inovasi sistem usahatani kedelai agar terjadi,penanaman kedelai secara berkelanjutan dan menguntungkan.

Hasil dan Pembahasan

Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman kedelai.Petani menginginkan kedelai yang berbiji besar karena pasar lebih menyukainya untuk bahanbaku tempe. Mengingat gelar teknologi dilaksanakan pada musim hujan maka saluran atau parit lebih berguna sebagai saluran drainase. Inovasi teknologi yang diperkenalkan yaitu cara tanam (sistim tugal, sebar, dan cekol) varieras unggul baru yaitu varietas Argomulyo, varietasGrobogan dan varietasAnjasmoro. Sistim tanam menggunakan 3 cara yaitu sistim tugal, sistim sebar dan sistim cekol. Hasil pengamatan tinggi tanaman dan jumlah cabang menunjukkan antar varietas tidak berbeda, tanaman Nampak tumbuh merata, data disajikan paga Gambar 1.Umur berbunga nampak tanaman berbunga serentak, data pada tabel 1.

Gambar 1. Rata-ratra tinggi tanaman kedelai (Cm) menjelang berbunga Tabel 1.Rata-ratra Umur Berbunga (HST) Kedelai

Sistim tanam Varietas

Argomulyo Gerobogan Anjasmoro

Tugal 40,33 35,33 40,33

sebar 40,33 35,33 40,33

Cekol 40,33 35,33 40,33

A. Pembahasan Hasil Analisa Tanah

Hasil analisis tanah menunjukkan pH tanah Inceptisols memiliki pH tanah netral (6,85 – 6,98). Hal biasa terjadi pada lahan pertanian yang biasa digunakan untuk penanaman padi dan palawija, karena sering mengalami penggenangan dan pengeringan terus menerus sehingga reaksi tanahnya (pH tanah) dari yang mula-mula bersifat agak masam menjadi netral. Sedangkan kadar C-organik tergolong rendah karena nilai rata-ratanya hanya 1,74 %. Bahan organik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesuburan tanah.

Penentuan jumlah bahan organik dalam tanah perlu dilakukan agar jumlah bahan organik tersebut dapat diketahui dengan pasti.Untuk mengetahui jumlah bahan organik tanah dilakukan dengan mengalikan faktor konversi 1,724 dengan C-organiknya. Jadi kadar bahan organik tanah Inceptisols di desa Dawan adalah 3,00 %. Faktor konversi tersebut didapat dengan mengasumsikan C-organik di dalam bahan organik sebesar 58 persen.Jumlah bahan organik dan C-organik tanah dipengaruhi oleh tingkat dekomposisi bahan organik, jenis penggunaan lahan dan juga karakteristik tanah sehingga jumlahnya berbeda pada setiap jenis tanah.Hasil analisa N total rata –rata adalah 0,25 % dimana nilai ini tergolong kategori sedang. Pada tanah-tanah jenis Inceptisols yang ditanami kedelai akan menunjukkan peningkatan kadar N total tanah, karena adanya pengikatan N bebas dari udara oleh bintil-bintil akar tanaman kedelai tsb.

Sedangkan kadar P-potensial dalam tanah tergolong tinggi (rata-rata 56,99 mg/100 gr tanah dengan ekstraks HCl 25%), namun kadar P-tersedia rata-rata hanya 16,11 mg/100 gr tanah, dimana nilai ini tergolong rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam larutan koloid tanah sawah ini banyak

unsur P yang terikat kuat dalam kompleks jerapan organo-lempung yang cukup kuat, sehingga yang tersedia bagi akar tanaman adalah rendah.

Mengatasinya adalah dengan aplikasi mikroba pelarut phosphat yang diharapkan dapat melepaskan ikatan P dari jerapan kompleks organo- lempung dan menambang unsur P yang masih tertimbun dalam koloid tanah sawah. Kadar K2O potensial tergolong tinggi (hasil analisa rata-rata 33,86

mg/100 gr tanah), sehingga pemberian pupuk anorganik KCl yang disarankan adalah sebanyak 50 kg KCl /ha karena dalam tanah sudah banyak unsur- unsur K yang terakumulasi dalam tanah dan belum banyak dimanfaatkan tanaman padi.

Hasil analisis KTK tanah menunjukkan status tergolong tinggi dengan nilai dari 41,3 – 48,7 me/100 gr tanah, nilai ini mengindikasikan bahwa kesuburan tanah sawah di desa Dawan, kec. Dawan – Klungkung tergolong cukup baik dan produktivitas tanahnya sedang.

Hasil analisa unsur-unsur alkali tanah yaitu Ca, Mg, Na, dan K dapat ditukar adalah sebagai berikut : unsur Ca dd tergolong rendah ( 4,11 me/100 gr tanah) dan Mg dd tergolong sedang dengan nilai rata-rata 1,88 me/100 gr tanah. Hal ini disebabkan bahan induk dari tanah sawah ini bukan berasal dari batuan kapur (formasi geologi napalan) yang pada umumnya mengandung kadar Ca dan Mg tinggi. Sedangkan hasil analisis K dd (rata-rata) adalah 0,71 me/100 gr dan Na dd (rata-rata) adalah 0,29, yang mana masing-masing tergolong tinggi dan rendah. Hal ini menunjukkan bahwa bahan induk dari tanah Inceptisols tsb banyak tersusun dari mineral primer feldspar yang kaya akan unsur K, dan rendahnya kadar Na dd mengindikasikan bahwa tanah ini tidak mudah terdispers (terpisahkan) antar agregat tanah karena adanya kandungan mineral sekunder lempung yang cukup tinggi dan tekstur tanahnya tergolong klas lempung berliat (clay loam).

Hasil denfarm menunjukkan bertanam kedelai cukup menguntungkan walaupun hanya dengan teknologi yang paling sederhana yaitu sistim sebar saja dapat menghasilkan keuntungan rata-rata 2.7 juta per ha. Kalau mau lebih capek sedikit yaitu dengan menaruh biji pada bekas bekas tunggul padi (Cekol) bisa mendapatkan keuntungan rata rata 3.4 juta per ha. Dengan sistim biji dibenamkan atau disebut sistim tugal dapat mencapai keuntungan rata rata 3.7 juta per ha ini dengan harga rata rata Rp.7.500 per kg Tabel 3. Tabel 3. Hasil analisis usahatani bercocok tanam kedelai di Klungkung 2013 Varietas Cara tanam Produksi (Kg ha-1) Biaya per ha (Rp) Untung ha-1 BC RC Anjasmoro Cekol 767,10 2.290.000,00 3.463.285,00 1,51 1,51 Anjasmoro Tugal 801,60 2.290.000,00 3.713.285,07 1,62 2,62 Anjasmoro Sebar 672,72 2.190.000,00 2.855.368,40 1,30 2,30 Grobogan Cekol 767.10 2.290.000,00 3.463.285,00 1,51 2,51 Grobogan Tugal 800,44 2.290.000,00 3.713.285,07 1,62 2,62 Grobogan Sebar 644,88 2.190.000,00 2.646.618,40 1,21 2,21 Argomulyo Cekol 767,10 2.290.000,00 3.463.285,07 1,51 2,51 Argomulyo Tugal 800,44 2.290.000,00 3.713.285,07 1,62 2,62 Argomulyo Sebar 644,88 2.190.000,00 2.646.618,40 1,21 2,21

Apabila seluruh sawah di Bali ± 60.000 ha di tanami kedelai satu tahun satu kali musim tanam maka akan tersedia kedelai sepanjang waktu karena musim tanam padi yang berbeda beda. Tidak terlalu sulit kalau diperaktekkan, dukungan perbenihan sudah ada misalnya UPBS Balitkabi sebagai penyedia

benih dasar lalu dikembangkan pada unit unit perbenihan Dinas Pertanian Provinsi maupun Kabupaten. Lalu dikembangkan ke masing masing Subak. B. Temu lapang

Untuk menyampaikan hasil kajian secara sederhana dilakukan sesuai kearifan lokal yaitu pertemuan anggota (kerama) subak (Sudaratmaja, et al

204).Temu lapang dilaksanakan pada akhir kegiatan dengan melibatkan petani pelaksana, petani non koperator, pemuka/tokoh masyarakat serta Pemda Buleleng (Dinas Pertanian dan Peternakan).

Di samping itu juga untuk menjadikan ushatani kedelai berkelanjutan maka diusahakan nanam kedelai dengan mengintegrasika dengan ternak (Widodoet al, 2008)dilibatkan perwakilan dari kelompok tani - kelompok tani dari Kecamatan Dawan. Pelaksanaan temu lapang diharapkan mampu memberikan wawasan kepada petani dan stakeholders untuk pengembangan sistem integrasi tanaman – kedelai di daerah lain, serta bagi penentu kebijakan untuk program pengembangan ke depan.

Kesimpulan

1. Dari hasil pengkajian denfarm ketiga varietas yang digunakan dapat diterima oleh petani.

2. Dari sistim tanam nampk sistimtugal menghasilkan kedelai tertinggi.

3. Hasil pengkajian dapat digunakan untuk perbebnihan kedelai untuk musim tanam berikutnya.

Daftar Pustaka

Anonim. 2004. Data Bali Membangun. Pemerintah Provinsi Bali. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.

repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/49890/H11dfs.

Reijntjes, C., Haverkort, B., and Bayer, A.W. 1992. Farming for the Future, An Introduction to Low-External-Input and Sustainable Agriculture. The Macmillan Press Ltd.

www.litbang.deptan.go.id)/special/komoditas/files/00-KEDELAI..

Sudaratmaja, I.G.A.K., I.N. Suyasa dan I.G.K.D. Arsana. 2004. Isyarat Weda dan Kearifan Lokal dalam Sistem Intergrasi Tanaman – Ternak di Bali. Prosiding Seminar Sistem dan Kelembagaan Usahatani Tanaman – Ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Purwasasmita, M. 2009. Mikroorganisme Lokal Sebagai Pemicu Siklus Kehidupan dalam Bioreaktor Tanaman. Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia – SNTKI 2009. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung.

http://www.che.itb.ac.id/sntki2009/daftar/prosiding/TPM22.pdf www.susukedelai.net

Widodo, T.W., A. Asari, A.Nurhasanah dan T. Alihamsyah. 2008. Teknologi Pemanfaatan Limbah Ternak untuk Biogas. Sistem Integrasi Tanaman Pangan – Ternak Bebas Limbah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

EFISIENSI PEMANFAATAN LAHAN MARGINAL PASANG SURUT MELALUI

Dalam dokumen Prosiding Seminar Nasional UGM Hasil Has (Halaman 60-65)

Dokumen terkait