• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEDIA TANAM DAN PENAMBAHAN ZPT

Dalam dokumen Prosiding Seminar Nasional UGM Hasil Has (Halaman 145-149)

Sri Hartatik1, Ulil A.P.Y2.danUmmi S.3

1 dan 3

Dosen PS Agroteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Jember

2

Mahasiswa PS Agroteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Jember srihartatik1@yahoo.com

ABSTRAK

Penyediaan bibit tebu berkualitas melalui Single Bud Planting (SBP) merupakan upaya awal dari peningkatan produksi gula nasional. Namun demikian, permasalahan teknik budidaya SBP antara lain komposisi media tanam yang dipergunakan sering muncul selama proses pembibitan. Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui komposisi media tanam dan penambahan ZPT dalam upaya menghasilkan bibit tebu berkualitas.Percobaan dilaksanakan di Agroteckno Park Universitas Jember dengan ketinggian 100 m dpl, suhu harian 29.61 oC dan kelembapan bulanan 78.23%.Percobaan menggunakan Rancangan Faktorial dengan Rancangan Dasar Acak Kelompok dengan 3 ulangan. Faktor pertama yaitu komposisi media tanam yang terdiri dari 4 taraf yaitu campuran kotoran ayam : tanah : pasir masing-masing dengan perbandingan 1:1:1(K0), 2:1:1 (K1), 1:2:1 (K2) dan 1:1:2(K3). Faktor kedua yaitu konsentrasi ZPT dengan 3 taraf yaitu tanpa ZPT (Z0), 500 ppm (Z1), dan 1000 ppm (Z2). Bibit SBP berkualitas dinilai dari parameter jumah daun, tinggi bibit, jumlah akar, panjang akar dan ratio pucuk akar. Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya interaksi yang nyata antara komposisi media tanam dan konsentrasi ZPT pada parameter jumlah daun danpanjang akar. Perlakuan media memberikan pengaruh nyata terhadap semua parameter kecuali jumlah daun dan kekokohan bibit.Media tanam dengan komposisi campuran kotoran ayam: tanah: pasir dengan perbandingan (2:1:1) dan 1000 ppm ZPT merupakan komposisi media dan konsentrasi ZPT terbaik untuk pertumbuhan bibit SBP.

Kata kunci: teknikbudidaya, Single Bud Planting, komposisi media tanam, konsentrasi ZPT

Pendahuluan

Penyediaan bibit tebu unggul dan bermutu merupakan langkah awal untuk peningkatan produksi gula nasional, yang kebutuhannya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada umumnya, budidaya tebu menggunakan bibit rayungan satu mata, bibit rayungan dua mata, bibit bagal, bibit lonjoran, bibit dederan, dan pucuk (Sutardjo, 2000).

Terkait dengan peningkatan luas areal penanaman tebu, kebutuhan bibit pada tahun 2013 diperkirakan mencapai 500 juta mata tunas yang diperoleh dari bibit bagal, rayungan atau bibit lainnya. Sementara itu, ketersediaan bibit tebu di lapang yang mampu terpenuhi hanya mencapai 150 juta mata tunas, jauh dari target 500 juta mata tunas (Dirjenbun, 2012).

Pengembangan teknik pembibitan melalui kultur jaringan dan Single Bud Planting (SBP) untuk meningkatkan efisiensi penanaman telah memberi harapan baru dalam penyediaan bibit unggul dan bermutu. Single Bud Planting (SBP) merupakan teknik pembibitan yang diadopsi dari Kolumbia. Pada metode ini, pembibitan terdiri dari dua tahapan persemaian yaitu persemaian mata tunas pada bedengan selama 10-14 hari (persemaian I) dan persemaian II (penanaman bibit ke pot tray) selama 60-75 hari.

Pemilihan media pembibitan selama persemaian I dan II sangat diperlukan untuk memberikan kondisi lingkungan perakaran yang baik, air dan hara tercukupi sehingga membuat tanaman dapat berkembang dengan baik. Media pembibitan tebu biasanya berupa campuran bahan organik, tanah dan pasir. Media pembibitan ini haruslah mengandung banyak bahan organik sehingga media memiliki aerasi dan kualitas yang baik (Hanum et al., 2009; dan Hogdson, 1981). Bahan organik yang dipergunakan dapat berasal dari kotoran sapi, kotoran kambing atau kotoran ternak lainnya.

Penggunaan bahan organik dari kotoran ayam memberikan keuntungan yang tinggi.Pupuk kotoran ayam memiliki kandungan hara yang relatif lebih tinggi jika dibanding dengan pupuk kotoran lainya (Pinus lingga, 1991). Kandungan hara yang tinggi ini dipengaruhi oleh kosentrat yang diberikan serta kemungkinan tercampurnya kotoran ayam dengan sekam sehingga yang menyumbangkan tambahan hara pada pupuk kotoran ayam.Selain itu, pupuk kotoran ayam relatif lebih cepat terdekomposisi dibandingkan dengan pupuk kotoran lainnya (Widowati et al, 2005).

Permasalahan yang terjadi pada bibit tebu SBP adalah tidak seimbangnya pucuk dan akar sehingga tanaman menjadi mudah roboh. Upaya untuk memacu pertumbuhan akar pada bibit SBP dapat dilakukan dengan penambahan hormon atau ZPT(Hendaryono dan Wijayani, 1994).Dengan demikian, dalam rangka mengembangkan teknik budidaya pembibitan tebu SBP, beberapa percobaan yang berkaitan dengan permasalah budidaya bibit SBP perlu dilakukan.

OptimasiKomposisi Media TanamdanPenambahan ZPT merupakan bagian dari serangkaian percobaan untuk memperoleh teknik budidaya baku pembibitan metode SBP. Percobaan dilakukan di lahan Percobaan Agro Techno Park Universitas Jember mulai bulan Februari hingga Juni 2014.

Pada percobaan ini dipergunakan tebu varietas PS 881. Media tanam mempergunakan kotoran ayam, tanah dan pasir masing-masing dengan komposisi kotoran ayam:tanah:pasirdengan perbandingan 1:1:1(K0), 2:1:1 (K1), 1:2:1 (K2) dan 1:1:2(K3). Sementara itu, ZPT yang dipergunakan adalah Rootone F. Rootone-F merupakan hormon sintesis yang digunakan untuk memacu pertumbuhan akar. Hormon ini terdiri dari berbagai senyawa yaitu 1- naphtalene - acetamide (NAD) 0,067 %, 2 - methyl- 1- aphtalene acetic acid (MNAA) 0,333 %, 3- methyl- 1- naphtalene - acetamide (MNAD) 0,013 %, indole-3-butiric acid (IBA) 0,051 % serta tetramethyl - thiuram disulfide (Thiram) 4 % (Rismunandar, 1992).

Percobaan disusun secara faktorial dengan pola dasar rancangan acak kelompok (Steel dan Torrie, 1981). Percobaan terdiri dari dua faktor. Faktor pertama yaitu komposisi media tanam yang terdiri dari 4 taraf (K0; K1; K2 dan K3) sebagaimana disebutkan di alinea sebelumnya. Sementara itu, faktor kedua adalah konsentrasi ZPT Rootone-F yang terdiri dari tiga level yaitu tanpa ZPT (Z0); 500 ppm ZPT (Z1) dan 1000 ppm (Z2). Bibit SBP berkualitasdinilaidari parameter jumahdaun, tinggibibit, jumlahakar, panjangakardan ratio pucukakar.

Hasil dan Pembahasan

Penilaian kualitas bibit didasarkan pada sifat morfologi tanaman. Sifat morfologi ini dapat menggambarkan potensi pertumbuhan dan perkembangan bibit di lapang. Binotto, et al., (2004) mengemukakan bahwa penilaian kualitas bibit dapat didasarkan pada sifat tinggi bibit, diameter batang, kekokohan, rasio pucuk akar (RPA), berat kering total (BKT), dan indeks mutu bibit (IMB). A. Pengaruh Kombinasi Komposisi Media Tanam dan Konsentrasi ZPT

Kombinasi perlakuan yang dicobakan tidak memberikan pengaruh yang nyata pada semua parameter percobaan kecuali pada sifat jumlah daun dan panjang akar. Kombinasi perlakuan K1Z2 menghasilkan jumlah daun terbanyak. Sementara itu, K3Z2 merupakan kombinasi perlakuan terbaik untuk perpanjangan akar. Kotoran ayam merupakan bahan organik dengan kandungan N yang tinggi sehingga akan mendorong pertumbuhan tanaman, sementara itu, media tanam yang porous memberikan ruang untuk perpanjangan sel-sel akar (Karnedi, 1998). Di sisi lain, aplikasi ZPT yang tepat diharapkan mampu mendorong elongasi sel termasuk sel-sel akar.

B. Pengaruh Komposisi Media Tanam terhadap Pertumbuhan Bibit SBP

Secara umum penggunaan komposisi media tanam yang berbeda berpengaruh nyata terhadap parameter pertumbuhan kecuali jumlah daun dan kekokohan bibit. Namun demikian, secara keseluruhan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa media tanam dengan campuran bahan organik yang tinggi cenderung menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik. Tabel berikut menunjukkan penampilan sifat morfologi bibit SBP yang ditanam pada berbagai komposisi media tanam.

Tabel 1. Penampilan sifat morfologi bibit SBP pada beberapa komposisi media tanam

Parameter morfologi

Komposisi Media Tanam (Kotoran ayam:Tanah:Pasir) K0 (1:1:1) K1 (2:1:1) K2 (1:2:1) K3 (1:1:2) Tinggi Bibit (cm) 82,9c 88,2d 82,27b 79,57a Diameter batang (mm) 9,94b 10,31c 9,91b 9,72a Jumlah daun 9,11a 9,33a 9,28a 9,19a Jumlah akar 13,05b 13,31c 14,44d 12,64a Panjang akar (cm) 14,19a 14,28a 14,08a 15,64b Laju pertumbuhan (g/hr) 1,23a 1,54b 1,32ab 1,41ab Kekokohan Bibit 8,35a 8,40a 8,30a 8,19a

Ratio Pucuk Akar 5,52b 5,38a 6,07c 5,35b

Indeks Mutu Bibit 1,49b 1,47b 1,32a 1,48b

Keterangan: huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan nilai yang berbeda tidak nyata pada taraf kepercayaan 95 persen.

42.58 a 42.83 a 42.25 a 46.92 b

Komposisi media tanam dengan campuran kotoran ayam yang tinggi memberikan pengaruh yang nyata pada pertumbuhan bibit SBP. Sahari (2005) mengemukakan bahwa kotoran ayam merupakan bahan pupuk organik yang baik untuk pertumbuhan tanaman karena mengandung N yang tinggi. Berdasarkan tabel diatas, parameter performa bibit tebu SBP yang dinilai dari laju pertumbuhan, kekokohan bibit, ratio pucuk akar dan indeks mutu bibit menunjukkan bibit yang berkualitas (Wijaya, 2008; Adman, 2011 dan Kalyubi, 2011). Secara umum media tanam dengan komposisi K1 dengan perbandingan kotoran ayam: tanah: pasir berbanding 2:1:1 merupakan komposisi terbaik untuk media pembibitan SBP.

C. Pengaruh Konsentrasi ZPT terhadap Pertumbuhan Bibit SBP

Pemberian ZPT berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit tebu SBP. Secara nyata, ZPT yang diberikan dalam bentuk Rootone-F berpengaruh terhadap panjang akar bibit SBP. Rootone-F merupakan salah satu ZPT yang mengandung auksin yang berfungsi merangsang pertumbuhan tanaman terutama elongasi sel (Rismunandar, 1992).

Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa organik bukan hara yang dalam jumlah kecil aktif merangsang pertumbuhan tanaman, dan jika berlebih akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pemberian ZPT Rootone-F hingga konsentrasi 1000 ppm belum menunjukkan perbedaan hasil yang nyata. Namun demikian, penambahan ZPT dalam konsentrasi yang lebih tinggi cenderung meningkatkan pertumbuhan bibit.

Kesimpulan

1. Interaksi yang nyata antara komposisi media tanam dan konsentrasi ZPT yang dipergunakan hanya terjadi pada parameter jumlah daun dan panjang akar.

2. Perlakuan media memberikan pengaruh nyata terhadap semua parameter kecuali jumlah daun dan kekokohan bibit.

3. Media tanam dengan komposisi campuran kotoran ayam: tanah: pasir dengan perbandingan (2:1:1) dan 1000 ppm ZPT merupakan komposisi media dan konsentrasi ZPT terbaik untuk pertumbuhan bibit SBP.

Daftar Pustaka

Adman, B. 2011. Pertumbuhan Tiga Kelas Mutu Bibit Meranti Merah pada Tiga IUPHHK di Kalimantan. Jurnal Dipterokarpa. 5 (2) : 47-60

Binotto, A.F., Lucio, A.D., and Lopes, S.J. 2010. Correlations Betwen Growth Variable And The Dickson Quality Index In Forest Seedling. Jurnal Lavras. 16 (4) : 457- 474

Dirjen Perkebunan Kementrian Pertanian. 2012. Kegiatan 2013 Untuk Terwujudnya Swasembada Gula Tahun 2014. Jakarta

Hendaryono dan Wijayani. 1994. Teknik Kultur, Pengenalan Dan Petunjuk Perbanyakan Secara Vegetatip. Kanisius. Yogyakarta

Hogdson, T. J. 1981. Growing media for container nurseries. An interim statement. South African Forestry Journal117: 34-36

Kalyubi, M. 2011. Pengaruh Pupuk Hijau Calopogonium mucunoides dan Fosfor terhadap Sifat Agronomis dan Komponen Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt). Skripsi. Universitas Brawijaya, Malang

Karnedi. 1998. Pengaruh Konsentrasi Urine Sapi Terhadap Pertumbuhan Bibit Panili (Vanila planifora Andrew). [Skripsi]. Padang. Fakultas Pertanian Universitas Andalas. 54 hal.

Rismunandar. 1992. Hormon Tanaman dan Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta. 58 hal.

Sahari, Panut. 2005. Pengaruh Jenis Dan Dosis Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman krokot Landa (Talinum Triangulare Willd.). Penelitian Pertanian Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Steel, R.G.D., and J.H. Torrie. 1981. Principles and Procedure of Statistics. New York,

Toronto, London: McGraw-Hill Book Company, Inc.

Sutarjdo, E. R. M. 2000. Budidaya Tanaman Tebu. Jakarta:Bumi Aksara

Widowati, L.R., Sri Widati, U. Jaenudin, dan W. Hartatik. 2005.Pengaruh Kompos Pupuk Organik Yang Diperkaya Dengan Bahan Mineral Dan Pupuk Hayati Terhadap Sifat-Sifat Tanah, Serapan Hara Dan Produksi SayuranOrganik. Laporan Proyek Penelitian ProgramPengembangan Agribisnis, Balai Penelitian Tanah, TA2005 Wijaya, A. K., 2008. Nutrisi Tanaman Sebagai Penentu KualitasHasil dan Resistensi

METODE GEOLISTRIK DALAM PENENTUAN SEBARAN AKAR KELAPA

Dalam dokumen Prosiding Seminar Nasional UGM Hasil Has (Halaman 145-149)

Dokumen terkait