• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERAGAAN PRODUKTIVITAS PADI INPARI 18, INPARI 19 DAN INPARI 20 DI KABUPATEN BOYOLAL

Dalam dokumen Prosiding Seminar Nasional UGM Hasil Has (Halaman 192-197)

Meinarti Norma setiapermas*, Tri Reni Prastui* dan Dyah Haskarini*

*Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah

ABSTRAK

Program SL-PTT merupakan salah satu program strategis Kementerian Pertanian sejak tahun 2010. Dalam rangka mendukung P2BN melalui kegiatan pendampingan SL PTT Dinas Pertanian Kabupaten Boyolali merencanakan melaksanakan SL-PTT padi inbrida SL PTT di 10 Kawasan pemantapan seluas 10.000 Ha yang tersebar di 15 Kecamatan. Kegiatan pendampingan antara lain adalah melaksanakan uji adaptasi terhadap 3 (tga) VUB padi di kawasan pemantapan, menyediakan rekomendasi teknologi spesifik lokasi. Data yang diamati dan dikumpulkan adalah sebagai berikut : keragaan hasil dari uji adaptasi (keragaan agronomis, komponen hasil, parameter sosial (persepsi dan respon pengguna) data dianalisis secara deskriptif, sedangkan persepsi, respon terhadap PTT, dan VUB dianalisis dengan uji para-meter proporsi. Hasil uji adaptasi Inpari 18, Inpari 19 dan Inpari 20 di Desa Metuk Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali adalah 8.04 ton GKG / ha, 6.94 ton GKG / ha dan 6.61 ton GKG / ha. Persepsi petani Desa Metuk Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali cukup bagus karena petani memilih Inpari 18 untuk dapat ditanam kembali di Kabupaten Boyolali.

Kata kunci : keragaan produktivitas, Kabupaten Boyolai.

Pendahuluan

Komoditas padi merupakan komoditas pangan utama dan merupakan salah satu komoditas unggulan termasuk dalam 4 sukses program kementrian pertanian dalam mendukung swasembada pangan. Kabupaten Boyolali merupakan salah sentra produksi lain padi di Jawa Tengah. Pada tahun 2012 Kabupaten Boyolali mendapat alokasi SLPTT seluas 11.300 Ha. Yang yang terdiri dari 8.000 Ha SL PTT Padi Non Hibrida dan 3.300 Ha SL PTT Lahan Kering. Hal ini berarti kegiatan SL PTT 2012 dapat memberikan kontribusi 23,91 % dari sasaran indikatif tanaman padi tahun 2012 seluas 47.255 Ha. Dari hasil laporan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan kabupaten Boyolali tahun 2012 pada kegiatan SL PTT di kabupaten Boyolali dengan realisasi luas panen 8000 ha padi non hibrida dengan produksi 564. 347 ton dengan rata-rata produktivitas 7,05 ton/ha (Distanbunhut Kabupaten Boyolali, 2012). Kegiatan Uji adaptasi varietas unggul baru padi merupakan salah kegiatan pendampingan untuk mendapatkan keragaan produkstivitas dan respon petani terhadap VUB padi yang telah direkomendasikan Badan Litbang Kemtan.

Metode Kegiatan

Kegiatan pendampingan P2BN melalui kegiatan SL-PTT Padi dilaksanakan dengan pendekatan partisipatif. Dengan pengambilan data permasalahan teknologi inovasi teknologi di kecamatan sentra produksi padi lahan sawah maupun lahan kering. Melakukan uji adaptasi varietas padi Inpari 18, Inpari 19 dan Inpari 20 dengan luasan sekitar 3 ha. Di Desa Metuk Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali dari bulan April sampai dengan Agustus 2013.

Data yang diamati dan dikumpulkan adalah sebagai berikut : keragaan hasil dari uji adaptasi (keragaan agronomis, komponen hasil, parameter sosial (persepsi dan respon pengguna) data dianalisis secara deskriptif, sedangkan

persepsi, respon terhadap PTT, dan VUB dianalisis dengan uji para-meter proporsi.

Hasil dan Pembahasan

Lokasi kegiatan uji adaptasi adalah strategi untuk mencapai kembali swasembada pangan dapat ditempuh melalui Penguatan Teknologi, seperti penggunaan benih unggul, penguatan manajemen serta pemberdayaan petani (Apriantono, 2009 dalam Antara, diakses tanggal 21 Januari 2009).

Peningkatan produktivitas padi ditentukan oleh beberapa faktor antara lain varietas dan sistem tanam. Dalam rangka pendampingan program SL PTT di Kabupaten Boyolali, BPTP Jawa Tengah telah mengintroduksikan Varietas Unggul Baru (VUB) padi sawah, introduksi varietas ini bertujuan disamping untuk melakukan uji adaptasi dan melihat keragaan hasil pada kondisi lingkungan spesifik, juga sebagai wahana pembelajaran dan pengenalan VUB kepada petani. Karena pada umumnya, petani akan mengadopsi varietas baru jika telah melihat secara langsung keragaan pertumbuhan dan hasil di lapangan.

Kegiatan pendampingan SL PTT melalui uji adapatasi varietas unggul baru (VUB) padi inbrida di Kabupaten Boyolali dilaksanakan di Desa Metuk, Kecamatan Mojosongo, dengan luasan 3 ha. Varietas Unggul Baru yang di introduksikan meliputi Inpari 18, Inpari 19 dan Inpari 20, dengan luasan masing- masing 1 Ha dan jumlah benih 25 kg/ha. Ketiga Varietas Unggul Baru yang ditanaman baik Inpari 18, Inpari 19 dan Inpari 20 umur tanam rata-rata 20 hari dan umur panen antara 87 – 93 Hst. Berdasarkan keragaan hasil yang dicapai

dari uji adaptasi VUB di Desa Metuk yang dilaksanakan Kelompok Tani ― Tani Mulyo‖ terlihat bahwa introduksi VUB menggunakan pendekatan PTT mampu

meningkatkan produktivitas bila dibandingkan dengan produktivitas eksisting.Produktivitas masing masing varietas sangat beragam, hal ini terlihat bahwa produktivitas tertinggi adalah varietas Inpari 18 sedangkan terendah adalah Inpari 20. Dengan demikian, masing-masing mengalami peningkatan produktivitas dengan rata-rata sebesar 17,0 % dan 4,8 % dari produktivitas eksisting di Kabupaten Boyolali.

Tabel 1. Hasil kegiatan Uji Adaptasi Padi VUB di Desa Metuk, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali 2013 (pertanaman bulan Mei – September 2013)

Varietas Lokasi Luas (ha) Umur Produktivitas

GKG (Ton/Ha) Tanam Panen

Inpari 18 Desa. Metuk, Kec. Mojosongo

1 20 hst 87-93 hst 8,04 Inpari 19 Desa. Metuk, Kec.

Mojosongo

1 20 hst 87-93 hst 6,94 Inpari 20 Desa. Metuk, Kec.

Mojosongo

1 20 hst 87-93 hst 6,61 Sumber Data : data diolah 2013

Gambar 1. Pendampingan Tanam VUB Padi Impari 20 di Desa Metuk, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali

Varietas unggul merupakan salah satu teknologi inovatif yang handal untuk meningkatkan produktivitas padi, baik melalui peningkatan potensi atau daya hasil tanaman maupun toleransi dan /atau ketahanannya terhadap cekaman biotik dan abiotik (Sembiring, 2008). Namung demikian berdasarkan hasil wawancara dan diskusi dengan petani, terdapat beberapa kendala dalam pengembangan varietas unggul baru yaitu: a) kurangnya sosialisasi varietas- varietas baru tersebut sehingga petani tidak mengetahui adanya varietas baru, b) keterbatasan ketersediaan benih padi varietas unggul baru, baik dalam mutu, jumlah maupun varietas/jenis dan c) adanya kesenjangan antara jenis maupun mutu benih yang beredar di pasaran dengan preferensi petani.

Gambar 2 . Keragaan pertanaman uji adaptasi VUB padi Inpari 18 dan 19 di Kab. Boyolali 2013

Hasil pengamatan terhadap keragaan pertumbuhan tanaman menunjukkan bahwa rata rata tinggi tanaman tertinggi pada varietas Inpari 19 yaitu 94,66 cm, sedangkan keragaan tinggi tanaman terendah adalah Inpari 20 yaitu 83,60 cm dibandingkan varietas lain yang diuji adaptasikan. Secara keseluruhan tinggi tanaman VUB yang diintroduksikan memiliki rata rata lebih tinggi dari varietas yang biasa di tanam petani (Tabel 6). Keragaan tinggi tanaman yang berbeda disamping merupakan ekspresi faktor genetis,dapat juga disebabkan karena tingkat pengelolaan usahatani yang berbeda. Berdasarkan deskripsi tinggi tanaman VUB Inpari berkisar antara 100 – 120 cm (BPTP Jateng, 2010).

Tabel 2. Data Agronomis Kegiatan Uji Adaptasi Padi VUB di Kabupaten Boyolali Tahun 2013

No Varietas Tinggi tanaman saat panen (cm) Persentase gabah isi (%) Berat 1000 biji (gr) Panjang malai (cm) Kadar air (%) 1 Inpari 18 88.06 61.5 34,8 25.4 22.3 2 Inpari 19 94.66 84.3 26.3 27.2 20.26 3 Inpari 20 83.60 71.9 27 24 25.4

Sementarapersentase gabah isi berkisar 61,50 – 84,30 %, terendah pada Inpari 18 dan persentase gabah isi tertinggi pada Inpari 19. Hal ini dapat disebabkan belum terpenuhinya secara optimal berbagai faktor tumbuh yang dikehendaki varietas tersebut untuk mengekspresikan kemampuan genetisnya dalam bentuk hasil gabah dan juga faktor pengelolaan usahatani yang berbeda.

Pada Tabel 3 terlihat bahwa jenis beberapa jenis OPT seperti penggerek batang, WBC dan ulat grayak pada VUB Impari 18 dan Inpari 19 masih dalam tingkat serangan ringan sedangkan untuk Impari 20 tingkat serangan sedang dan dilakukan pengendalian sehingga tidak mengganggu pertumbuhan tanaman. Tabel 3. Jenis dan tingkat Serangan OPT

Varietas Jenis OPT Tingkat Serangan

(Ringan, Sedang, Berat, Puso)

Inpari 18 Penggerek batang, belalang, WBC, Ulat grayak

Ringan

Inpari 19 WBC, Penggerek batang, Belalang Ringan Inpari 20 Penggerek batang, Ulat grayak, WBC Sedang

Sumber Data : Data diolah 2013

Untuk mengetahui efektivitas kegiatan pendampingan SLPTT di Kabupaten Boyolali tahun 2013 khususnya pada Kegiatan uji adaptasi Varietas Unggul Baru (VUB), maka dilakukan survey tentang tanggapan / persepsi dari petani tentang Varietas Unggul baru pada kegiatan Uji Adaptasi. Responden kegiatan pengkajian diambil dari Petani pelaksana kegiatan Uji Adaptasi.

Pada Tabel 4 terlihat bahwa preferensi petani pada tinggi tananam dan jumlah anakan untuk 3 varietas yang diintroduksikan menyatakan suka (3), sedangkan terhadap komponen lain seperti daun bendera, panjang malai, bentuk dan warna gabah, dan umur tanaman beragam dengan kisaran suka dan biasa. Disisi lain terhadap hasil / produksi dinyatakan Impari 18 dan Impari 19 lebih disukai dari pada Impari 20. Rasa nasi paling disuka Impari 19. Secara keseluruhan berdasarkan rangking varietas Inpari 18 menempati rangking I, rangking II adalah Inpari 19 dan rangking ke III Inpari 20, secara keseluruhan varietas yang akan ditanam untuk musim berukutnya adalah Inpari 19, dimana alasan pemilihan varietas antara lain produktivitasnya tingg dan rasa nasi pulen. Tabel 4 : Preferensi Petani terhadap varietas VUB yang di Uji Adaptasikan

Parameter Inpari 18 Inpari 19 Inpari 20 Lainnya (eksisting) IR 64

Tinggi tanaman* 3 3 3 -

Jumlah anakan* 3 3 3 -

Daun bendera* 2 3 2 -

Panjang malai* 3 3 2 -

Bentuk dan warna gabah* 3 3 2 -

Umur tanaman* 3 3 2 -

Hasil/Produksi* 3 3 2 -

Rasa nasi* 2 3 2 3

Secara keseluruhan** I II III -

pada musim berikutnya**

Alasan pemilihan varietas Produktivitasnya tinggi, rasa nasi pulen Permasalahan varietas Ketersediaan benih tidak dapat mencukupi Sumber data : data diolah 2013

Keterangan : 3 = Suka 2= Biasa 1= Tidak suka

Kesimpulan

1. Uji Adaptasi dengan Luas 3 Ha dilaksanakan di Desa Metuk, Kecamatan Mojosongo dengan rata rata hasil untuk Impari 18 8,04 ton/ha, Impari 19 6,94 ton/ha dan Impari 20 6,61 ton/ha

2. Keragaan hasil yang dicapai pada program SL-PTT 2012/2013 di Kabupaten Boyolali rerata provitas (GKG) LL 75,26 Kw/ha , SL PTT 70, 54 Kw/ha dan Non SL 66,85 Kw/ha

Daftar Pustaka

Badan Litbang Pertanian. 2007. Petunjuk Teknis Lapang. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi. Badan Penelitian dan Pengembangan. Jakarta

BPTP Jateng. 2010. Deskripsi Padi Sawah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.Jawa Tengah

Badan Litbang Pertanian. 2009. Pedoman Umum PTT Padi Sawah. Badan Litbang Pertanian. Jakarta

Dirjentan. 2011. Pedoman Pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) Padi, Jagung, Kedelai dan Kacang Tanah. Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Jakarta

Peraturan Menteri Pertanian R.I. Nomor 45/ Permenttan/O.T.140/8/2001 Tentang Tata Hubungan Kerja Antar Kelembagaan Teknis, Penelitian dan Pengembangan dan Penyuluhan Pertanian dalam Mendukung Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN)

Sembiring, H. 2008. Kebijakan Penelitian dan Rangkuman Hasil Penelitian BB Padi Dalam Mendukung P2BN. Prosiding Seminar Apresiasi Hasil Penelitian Padi Menunjang P2BN. Buku 2. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Balitbangtan.

Dalam dokumen Prosiding Seminar Nasional UGM Hasil Has (Halaman 192-197)

Dokumen terkait