• Tidak ada hasil yang ditemukan

INSTRUMEN DERIVATIF

Dalam dokumen DPM1 OJK – Beranda VIII.G.17 (Halaman 36-45)

INSTRUMEN KEUANGAN

C. INSTRUMEN DERIVATIF

2.61 Instrumen derivatif adalah suatu instrumen keuangan atau kontrak lain yang mencakup 3 (tiga) karakteristik sebagai berikut:

a. Nilainya berubah sebagai akibat dari perubahan variabel yang telah ditentukan (sering disebut dengan variabel yang mendasari/underlying variable), antara lain: suku bunga, harga instrumen keuangan, harga komoditas, nilai tukar mata uang asing, indeks harga atau indeks suku bunga, peringkat kredit atau indeks kredit, atau variabel lainnya;

b. Tidak memerlukan investasi awal neto atau memerlukan investasi awal neto dalam jumlah yang lebih kecil dibandingkan dengan jumlah yang diperlukan untuk kontrak serupa lainnya yang diharapkan akan menghasilkan dampak yang serupa sebagai akibat perubahan faktor pasar; dan

2.62 Instrumen keuangan derivatif menimbulkan hak dan kewajiban yang mengakibatkan pemindahan diantara Pihak-Pihak yang terkait dengan instrumen keuangan derivatif tersebut, satu atau lebih risiko keuangan yang melekat (inherent) pada instrumen keuangan utama.

2.63 Suatu derivatif biasanya memiliki suatu jumlah nosional berupa sejumlah mata uang, saham, unit bobot, atau volume, atau ukuran lain yang ditetapkan dalam kontrak. Di lain Pihak, suatu derivatif dapat mensyaratkan suatu pembayaran dengan jumlah yang telah ditetapkan atau pembayaran yang jumlahnya dapat berubah (tapi tidak proporsional terhadap perubahan item yang mendasarinya) sebagai akibat dari suatu peristiwa di masa datang yang tidak berkaitan dengan jumlah nosional.

1. Instrumen Keuangan Melekat (Embedded Derivatif)

2.64 Derivatif melekat merupakan komponen dari instrumen campuran

(hybrid instrument) atau instrumen yang digabungkan (combined instrument) dimana

di dalamnya termasuk pula kontrak utama non-derivatif (host contract), yang mengakibatkan sebagian arus kas yang berasal dari instrumen yang digabungkan bervariasi seperti derivatif yang berdiri sendiri.

2.65 Derivatif melekat menyebabkan sebagian atau seluruh kas, yang dipersyaratkan kontrak, dimodifikasi menurut variabel yang telah ditentukan, antara lain: suku bunga, harga instrumen keuangan, harga komoditas, nilai tukar mata uang asing, indeks harga atau indeks suku bunga, peringkat kredit atau indeks kredit, atau variabel lainnya. Untuk variabel non-keuangan, variabel tersebut tidak berkaitan dengan Pihak-Pihak dalam kontrak.

2.66 Derivatif yang melekat pada instrumen keuangan tetapi dalam kontraknya dapat dipindahtangankan secara terpisah dari instrumen keuangannya, atau dimiliki oleh Pihak lawan yang berbeda dari instrumen keuangannya, bukan merupakan derivatif melekat, tetapi merupakan instrumen keuangan terpisah.

2.67 Derivatif melekat harus dipisahkan dari kontrak utamanya dan dicatat sebagai derivatif jika dan hanya jika:

1. Karakteristik ekonomi dan risiko dari derivatif melekat tidak berkaitan erat dengan karakteristik ekonomi dan risiko dari kontrak utamanya;

2. Instrumen terpisah yang memiliki persyaratan yang sama dengan derivatif melekat memenuhi definisi sebagai derivatif; dan

3. Instrumen campuran (instrumen yang digabungkan) tidak diukur pada nilai wajar melalui laba rugi (dengan kata lain derivatif yang melekat pada aset keuangan atau liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi tidak dipisahkan).

2.68 Jika kontrak memiliki satu atau lebih derivatif melekat, maka entitas menetapkan keseluruhan kontrak dari instrumen yang digabungkan atau instrumen campuran sebagai aset keuangan atau liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi, kecuali:

1. Derivatif melekat tersebut tidak memodifikasi secara signifikan arus kas yang dipersyaratkan kontrak; atau

2. Terlihat jelas dengan sedikit atau tanpa analisis ketika instrumen yang digabungkan atau instrumen campuran yang serupa pertama kali

dipertimbangkan bahwa pemisahan derivatif melekat tidak diperkenankan, seperti opsi pelunasan lebih awal yang melekat dalam pinjaman yang memungkinkan pemegangnya untuk melunasi lebih awal pinjamannya sebesar kurang lebih biaya yang diamortisasi.

2.69 Jika derivatif melekat harus dipisahkan dari kontrak utamanya, namun PE tidak dapat mengukur derivatif melekatnya secara terpisah, baik pada saat perolehan ataupun pada tanggal pelaporan keuangan berikutnya, maka entitas memperlakukan keseluruhan kontrak dari instrumen yang digabungkan atau instrumen campuran tersebut sebagai aset keuangan atau liabilitas keuangan DUIR.

2.70 Jika nilai wajar derivatif melekat tidak dapat ditentukan secara andal berdasarkan persyaratan dan kondisi derivatif tersebut (misalnya karena derivatif melekat didasarkan pada instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi), maka nilai wajar derivatif melekat merupakan selisih antara nilai wajar instrumen yang digabungkan atau instrumen campuran dengan nilai wajar dan kontrak utama. D. PENGUKURAN

1. Pengakuan awal

2.71 PE mengakui aset keuangan atau liabilitas keuangan pada laporan posisi keuangan (neraca), jika dan hanya jika, PE tersebut menjadi salah satu Pihak dalam ketentuan pada kontrak instrumen tersebut.

a. Nilai Wajar

2.72 Pada saat pengakuan awal, aset keuangan dan liabilitas keuangan diukur pada nilai wajar.

2.73 Nilai wajar adalah nilai dimana suatu aset dapat dipertukarkan atau suatu liabilitas diselesaikan antara pembeli dan penjual yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arm’s length transaction).

2.74 Bukti terbaik dari nilai wajar adalah harga kuotasi di pasar yang aktif, karena harga tersebut mencerminkan transaksi pasar yang aktual dan terjadi secara reguler dalam suatu transaksi yang wajar.

2.75 Closing price atau harga penutupan merupakan acuan nilai wajar

terbaik bagi instrumen keuangan yang aktif diperdagangkan di Bursa Efek, karena

closing price dan volume transaksi tersedia setiap saat maupun tersedia secara

regular (readily and regularly available) di Bursa Efek dan harga tersebut mencerminkan transaksi pasar yang aktual dan rutin dalam suatu transaksi yang wajar.

2.76 Jika tidak terdapat closing price atau jika closing price tidak mencerminkan transaksi pasar yang aktual dan rutin dalam suatu transaksi yang wajar, maka nilai wajar mengacu kepada harga transaksi terkini, sepanjang kondisi ekonomi tidak mengalami perubahan yang signifikan sejak transaksi tersebut terjadi.

2.77 Jika PE dapat menunjukkan bahwa harga transaksi terkini bukan merupakan nilai wajar (misalnya karena mencerminkan nilai yang akan diterima atau dibayarkan dalam transaksi yang dipaksakan, likuidasi yang dipaksakan, atau

penjualan akibat kesulitan keuangan), maka harga transaksi terkini tersebut harus disesuaikan.

2.78 Jika kuotasi harga yang dipublikasikan di pasar aktif bagi instrumen keuangan untuk keseluruhan nilainya tidak tersedia, namun pasar aktif untuk komponen-komponen instrumen tersebut tersedia, maka nilai wajar instrumen ditentukan menggunakan dasar harga pasar yang relevan untuk komponen-komponen tersebut.

2.79 Jika tidak terdapat pasar aktif, maka PE menentukan nilai wajar menggunakan harga pasar wajar yang ditetapkan oleh Lembaga Penilaian Harga Efek (LPHE). Dalam hal LPHE tidak menetapkan harga pasar wajar untuk instrumen keuangan tersebut, maka PE menentukan harga wajar menggunakan teknik penilaian, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1. Menggabungkan seluruh faktor yang akan digunakan oleh para pelaku pasar dalam menetapkan harga;

2. Menggunakan metodologi ekonomi yang dapat diterima; dan 3. Berdasarkan data pasar yang dapat diobservasi.

b. Biaya Transaksi

2.80 Biaya transaksi adalah biaya tambahan yang dapat diatribusikan secara langsung untuk perolehan, penerbitan, atau pelepasan aset keuangan atau liabilitas keuangan. Biaya tambahan adalah biaya yang tidak akan terjadi apabila PE tidak memperoleh, menerbitkan, atau menjual instrumen keuangan.

2.81 Biaya transaksi meliputi fee dan komisi yang dibayarkan pada para agen (termasuk karyawan yang berperan sebagai agen penjual/selling agent), konsultan, perantara Efek, dan pedagang Efek; pungutan wajib yang dilakukan oleh Pihak regulator dan Bursa Efek, serta pajak dan bea yang dikenakan atas transfer yang dilakukan. Biaya-biaya transaksi tidak termasuk premium atau diskonto utang, biaya pendanaan (financing costs), atau biaya administrasi internal atau biaya penyimpanan (holding costs).

2.82 Untuk aset keuangan dan liabilitas keuangan yang diklasifikasikan sebagai FVTPL, maka biaya transaksi langsung diakui dalam laba rugi pada saat pengakuan awal.

2.83 Untuk aset keuangan dan liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi, maka biaya transaksi termasuk ke dalam perhitungan suku bunga efektif. Biaya transaksi tersebut akan diamortisasi melalui laba rugi selama jangka waktu instrumen tersebut.

2.84 Untuk aset keuangan dengan klasifikasi AFS, dimana:

1. Suku bunga efektif juga diterapkan, biaya transaksi diakui pada saat pengakuan awal sebagai bagian dari nilai tercatat aset keuangan AFS. Biaya transaksi tersebut diamortisasi melalui laba rugi selama jangka waktu aset keuangan tersebut dengan menggunakan metode suku bunga efektif, seperti aset dan liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi.

2. Jika aset keuangan AFS tidak memiliki pembayaran tetap atau memiliki umur yang tidak tentu (indefinite life), maka suku bunga efektif tidak diterapkan. Pada saat pengakuan awal biaya transaksi diakui sebagai bagian dari nilai tercatat aset

keuangan AFS dan diakui pada laba rugi hanya sewaktu terjadi penurunan nilai

(impairment) atau penghentian pengakuan (derecognition).

2.85 Perolehan aset keuangan PE umumnya terjadi karena adanya transaksi di Bursa Efek. Pada saat perolehan aset keuangan tersebut, yaitu pada saat tanggal transaksi (T+0), PE mencatat aset yang diperoleh dan biaya transaksi yang timbul sesuai dengan intensi kepemilikan atas aset keuangan tersebut, serta mengakui liabilitas kepada Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP), serta Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP). Contoh ilustrasi jurnal perolehan aset keuangan sesuai dengan klasifikasinya, dibahas pada Bab 3 mengenai Akuntansi Perantara Pedagang Efek, paragraf 3.79 dan 3.125.

2.86 Sedangkan pada saat penerbitan Efek Bersifat Utang (EBU), seperti halnya pada perolehan aset keuangan, biaya transaksi yang timbul dicatat sesuai dengan penetapan klasifikasi atas EBU tersebut.

2. Pengukuran Setelah Pengakuan Awal a. Aset Keuangan

1) Diukur pada nilai wajar melalui laba rugi (FVTPL)

2.87 Setelah pengakuan awal aset keuangan FVTPL diukur pada nilai wajar. Keuntungan dan kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar diakui pada laba rugi.

2.88 Contoh ilustrasi jurnal penyesuaian aset keuangan FVTPL terhadap nilai wajar, dibahas di Bab 3 mengenai Akuntansi PPE, paragraf 3.81 dan 3.130. 2) Dimiliki hingga jatuh tempo (HTM)

2.89 Setelah pengakuan awal, aset keuangan HTM diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan suku bunga efektif.

 Pencatatan di Buku Besar

Pada saat pengakuan pendapatan bunga dan amortisasi biaya transaksi

Db. Piutang Bunga – L&R xxx

Db. Amortisasi Biaya Transaksi – Efek Bersifat Utang – HTM (P&L) xxx

Kr. Pendapatan Bunga xxx

Kr. Biaya Transaksi Belum Diamortisasi – Efek Bersifat Utang –

HTM (B/S) xxx

 Pencatatan di Buku Pembantu Dana Tidak ada pencatatan

 Pencatatan di Buku Pembantu Efek Tidak ada pencatatan

3) Pinjaman yang diberikan dan piutang (L&R)

2.90 Setelah pengakuan awal aset keuangan L&R juga diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan suku bunga efektif.

 Pencatatan di Buku Besar

Db. Simpanan Giro Bank – L&R xxx Db. Amortisasi Biaya Transaksi – Pinjaman – L&R (P&L) xxx

Kr. Pendapatan Bunga xxx

Kr. Biaya Transaksi Belum Diamortisasi –– L&R (BS) xxx

 Pencatatan di Buku Pembantu Dana Tidak ada pencatatan

 Pencatatan di Buku Pembantu Efek Tidak ada pencatatan

4) Aset keuangan yang tersedia untuk dijual (AFS)

2.91 Setelah pengakuan awal, aset keuangan AFS diukur pada nilai wajar. 2.92 Apabila Efek bersifat ekuitas diklasifikasikan sebagai AFS, maka keuntungan dan kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar diakui pada OCI.

2.93 Contoh ilustrasi jurnal penyesuaian aset keuangan AFS terhadap nilai wajar, dibahas di Bab 3 mengenai Akuntansi PPE, paragraf 3.81 dan 3.130.

2.94 Apabila Efek utang diklasifikasikan sebagai AFS, maka Efek tersebut: 1. Diamortisasi dengan menggunakan suku bunga efektif sebagai pendapatan

bunga; dan

2. Mark to market, dengan setiap perubahan nilai wajar yang terjadi diakui dalam

ekuitas melalui OCI.

 Pencatatan di Buku Besar

a. Pada saat amortisasi biaya transaksi dan pengakuan bunga dengan menggunakan suku bunga efektif

Db. Piutang Bunga – L&R xxx

Db. Amortisasi Biaya Transaksi – Efek Bersifat Utang – AFS

(P&L) xxx

Kr. Pendapatan Bunga xxx

Kr. Biaya Transaksi Belum Diamortisasi –– AFS (B/S) xxx b. Pada saat mark to market EBU

Db. Kenaikan/Penurunan Efek bersifat Utang yang tercatat di

Bursa Efek –AFS* xxx

Kr. Ekuitas – Pendapatan Komprehensif Lainnya –

Perubahan Nilai Efek – AFS* xxx

* Dicatat dalam akun terpisah, tetapi dikelompokkan dan disajikan pada EBU

 Pencatatan di Buku Pembantu Dana Tidak ada pencatatan

 Pencatatan di Buku Pembantu Efek Tidak ada pencatatan

2.95 Perubahan nilai wajar akibat perubahan nilai tukar mata uang asing aset keuangan dalam klasifikasi AFS, diakui pada laba rugi.

2.96 Dividen untuk saham dalam klasifikasi AFS diakui pada laba rugi ketika hak PE untuk menerima pembayaran dividen telah ditetapkan.

2.97 Dividen dapat berupa dividen tunai atau dividen saham.

2.98 Terdapat tiga tanggal yang penting dalam pencatatan terkait dividen, yaitu:

1. Tanggal deklarasi (declaration date/cum date), merupakan tanggal disetujuinya pembayaran dividen oleh Dewan Direksi.

2. Tanggal pencatatan, merupakan tanggal dimana pendaftaran penerima dividen ditutup. Hanya pemegang saham yang terdaftar pada tanggal ini yang berhak untuk menerima dividen.

3. Tanggal pembayaran, merupakan tanggal dimana dividen yang telah dideklarasikan akan dibayarkan.

2.99 Untuk kepentingan akuntansi, dividen diakui pada saat cum date. 2.100 Contoh ilustrasi jurnal pengakuan dan penerimaan dividen tunai, dibahas di Bab 3 mengenai Akuntansi PPE, paragraf 3.103 dan 3.104.

2.101 Dividen saham dapat berupa saham yang sama atau berbeda dari saham awal yang telah dimiliki.

2.102 Dividen saham, baik merupakan saham yang sama, maupun berbeda dengan saham awal yang telah dimiliki sebelumnya, bukan merupakan pendapatan. Hal tersebut dikarenakan tidak ada distribusi aset dari perusahaan penerbit saham.

2.103 Pemegang saham menerima tambahan saham, namun masih memiliki proporsi kepemilikan yang sama. Pemegang saham mungkin memiliki jumlah lembar saham lebih banyak, tetapi dengan nilai pasar yang berkurang.

2.104 Dividen saham yang diterima tidak mempengaruhi jumlah total biaya investasi, tetapi mengurangi biaya investasi per lembar saham. Biaya awal investasi setelah penerimaan dividen saham, akan berlaku untuk jumlah saham yang lebih banyak, yaitu saham awal ditambah dengan saham yang diterima dari dividen saham.

2.105 Ketika hak untuk menerima dividen telah timbul tetapi saham belum diterima (cum date), maka PE mengakui adanya tambahan jumlah lembar portofolio akibat adanya aksi korporasi Penerbit Efek di Buku Pembantu Efek.

2.106 Contoh ilustrasi jurnal pengakuan dan distribusi dividen saham, dibahas pada Bab 3 mengenai Akuntansi PPE, paragraf 3.109 dan 3.110.

2.107 Jika terdapat bukti objektif penurunan nilai aset keuangan AFS, maka pengaturannya mengikuti paragraf 2.142 – 2.143.

2.108 Ketika suatu aset keuangan dalam klasifikasi AFS dijual, maka kumulatif keuntungan dan kerugian yang sebelumnya diakui di OCI akan diakui pada laba rugi.

b. Instrumen Ekuitas yang Tidak Memiliki Kuotasi

1) Investasi dalam instrumen ekuitas dimana ukuran yang andal atas nilai wajar menjadi tidak lagi tersedia

2.109 Suatu instrumen ekuitas yang ukuran andal atas nilai wajarnya tidak lagi tersedia, maka instrumen keuangan tersebut diukur pada harga perolehan (at cost). Nilai tercatat aset pada tanggal tersebut akan menjadi biaya perolehan baru.

2.110 Semua keuntungan dan kerugian yang sebelumnya diakui pada laba rugi tidak perlu dibalik; dan yang sebelumnya diakui pada OCI akan tetap pada OCI sampai dengan aset tersebut dijual atau dilepaskan. Pada saat penjualan, keuntungan dan kerugian diakui pada laba rugi.

2.111 Meskipun aset keuangan diukur pada harga perolehan, harus tetap dilakukan evaluasi penurunan nilai atas aset keuangan tersebut.

2) Investasi dalam instrumen ekuitas dimana nilai wajar menjadi dapat ditentukan secara andal

2.112 Ketika kemudian suatu instrumen ekuitas yang sebelumnya diukur pada harga perolehan (at cost), nilai wajarnya menjadi dapat diukur secara andal, maka aset tersebut harus diukur kembali pada nilai wajar.

2.113 Perbedaan antara nilai tercatat aset keuangan dan nilai wajar yang baru diakui pada laba rugi untuk aset keuangan FVTPL dan diakui pada OCI untuk aset keuangan AFS.

c. Liabilitas Keuangan

2.114 Setelah pengakuan awal, liabilitas keuangan FVTPL diukur pada nilai wajar, dimana keuntungan dan kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar diakui pada laba rugi. Sedangkan untuk liabilitas keuangan FLAC diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. 3. Biaya Perolehan Diamortisasi

2.115 Biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau liabilitas keuangan adalah jumlah pada pengakuan awal aset keuangan atau liabilitas keuangan dikurangi pembayaran pokok, ditambah atau dikurangi dengan akumulasi amortisasi berdasarkan metode suku bunga efektif dan dikurangi penurunan nilai atau nilai yang tidak dapat ditagih.

a. Metode suku bunga efektif

2.116 Metode suku bunga efektif adalah metode yang digunakan untuk menghitung biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau liabilitas keuangan (atau kelompok aset keuangan atau liabilitas keuangan) dan metode untuk mengalokasikan pendapatan bunga atau beban bunga selama periode yang relevan.

2.117 Suku bunga efektif (effective interest rate – EIR) adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan arus kas masa depan selama perkiraan umur dari instrumen keuangan pada nilai tercatat bersih awal aset keuangan atau liabilitas keuangan.

b. Arus kas

2.118 Pada saat menghitung EIR, entitas mengestimasi arus kas dengan mempertimbangkan seluruh persyaratan kontraktual dalam instrumen keuangan tersebut (seperti pelunasan yang dipercepat, opsi beli, dan opsi serupa lainnya), namun tidak mempertimbangkan kerugian kredit di masa depan. Hal ini sesuai dengan fakta bahwa metode penurunan nilai yang diadopsi mewajibkan kerugian penurunan nilai diakui pada saat terjadinya (incurred), bukan pada saat kerugian penurunan nilai tersebut diharapkan akan terjadi (expected).

2.119 Dalam beberapa kasus, aset keuangan mungkin diperoleh dengan diskon yang sangat besar, yang mencerminkan kerugian kredit yang telah terjadi. Maka, kerugian kredit tersebut harus diperhitungkan dalam mengestimasi arus kas untuk menghitung EIR.

c. Perubahan dalam Arus Kas

2.120 Untuk aset keuangan dan liabilitas keuangan dengan suku bunga mengambang, jika estimasi ulang arus kas dilakukan untuk mencerminkan pergerakan suku bunga pasar, EIR diperbaharui. Perubahan estimasi arus kas masa depan untuk aset keuangan dan liabilitas keuangan dengan suku bunga mengambang, umumnya tidak mengubah nilai tercatat aset keuangan dan liabilitas keuangan.

2.121 Ketika estimasi ulang arus kas dilakukan dengan alasan selain dari yang disebutkan dalam paragraf di atas, maka PE menghitung ulang nilai tercatat aset keuangan dan liabilitas keuangan, dengan mendiskontokan arus kas masa depan yang direvisi menggunakan EIR pada saat pengakuan awal. Selisih yang terjadi atas penyesuaian ini diakui sebagai pendapatan atau beban pada laba rugi. d. Periode Amortisasi

2.122 Apabila PE menerapkan metode EIR, maka PE tersebut mengamortisasi setiap fee, poin yang dibayarkan atau diterima, biaya transaksi, dan premium atau diskonto lainnya yang termasuk dalam perhitungan EIR selama perkiraan umur instrumen tersebut. Namun periode yang lebih singkat dapat digunakan jika lebih tepat.

2.123 Jika suatu aset keuangan diperoleh di antara tanggal pembayaran bunga, maka pendapatan bunga yang akan diakui dihitung dari tanggal perolehan aset keuangan, sampai dengan pembayaran bunga berikutnya.

2.124 Jika premium atau diskonto dari instrumen dengan suku bunga mengambang mencerminkan bunga yang terutang atas instrumen tersebut sejak pembayaran bunga terakhir dilaksanakan, atau mencerminkan perubahan suku bunga pasar sejak suku bunga mengambang tersebut terakhir kali disesuaikan dengan suku bunga pasar, maka premium atau diskonto tersebut diamortisasi hingga tanggal dimana suku bunga mengambang tersebut disesuaikan dengan suku bunga pasar. Hal ini dikarenakan premium atau diskonto dimaksud terkait dengan periode sampai dengan tanggal penyesuaian bunga berikutnya, karena pada tanggal tersebut, variabel yang mempengaruhi besarnya premium atau diskonto tersebut (yaitu suku bunga) akan disesuaikan dengan suku bunga pasar.

2.125 Namun jika premium atau diskonto disebabkan perubahan selisih suku bunga kredit dan suku bunga mengambang sebagaimana yang dinyatakan dalam instrumen tersebut, atau disebabkan variabel-variabel yang tidak dapat disesuaikan terhadap suku bunga pasar, maka premium atau diskonto tersebut diamortisasi selama perkiraan umur instrumen tersebut.

2.126 Contoh ilustrasi jurnal amortisasi diskon dan premium EBU, dibahas pada Bab 3 mengenai Akuntansi PPE, paragraf 3.129.

Dalam dokumen DPM1 OJK – Beranda VIII.G.17 (Halaman 36-45)