• Tidak ada hasil yang ditemukan

RPJM Keempat (2023 2028)

PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG PROPINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2008

4. RPJM Keempat (2023 2028)

Pro gram prioritas pada tahapan pembangunan ini adalah pro gram-pro gram yang memanfaatkan mo men tum pembangunan yang berhasil dipicu pada 3 (tiga) ta - hapan pembangunan sebelumnya dan pro gram-pro gram untuk menyempurna kan dan atau mengisi celah kebutuhan pembangunan yang tidak sempat dirampungkan pa da tahapan-tahapan pembangunan yang lalu, sehingga visi Sulsel 2028 dapat di - wu judkan. Di samping itu, pada tahapan ini,terutama pada paruh terakhir, pro - gram- pro gram yang bersifat evaluatif dan inisiatif mulai dila ku kan un tuk mem per - siapkan landasan yang kokoh bagi tahapan pem ba ngun an jangka panjang selan jut - nya.

Pada tahapan pembangunan ini, peningkatan kualitas kelembagaan pemerin - tah masih perlu digalakkan untuk menghasilkan kelembagaan pemerintah yang tang gap terhadap tantangan yang semakin beragam dan semakin kompleks. Tan - tang an dimaksud terutama dipicu oleh keberadaan lembaga-lembaga kemasya rakat - an yang semakin mandiri dalam menciptakan dan menawarkan ber bagai pilihan (choice) di semua bidang kehidupan kemasya ra kat an serta mampu meningkatkan ke - mam puan masyarakat untuk memilih (voice) berbagai pilihan yang tersedia. Kondisi seperti ini melahirkan dinamika in ter nal yang sangat intens yang mem butuhkan ke - ha diran pemerintah yang berwibawa. Pada tahapan pembangunan ini peran pe me - rin tah terkesan semakin para doksial, karena pada satu sisi harus terus berupaya men - cip takan lingkungan yang kondusif atau bahkan mendorong tumbuh kembang nya lem baga-lembaga kemasyarakatan yang menjadi sumber dari dinamika itu, se dang - kan pada sisi lain harus menjaga sedemikian rupa agar dinamika dimaksud te tap ter -

kendali. Dengan kata lain, pemerintah harus mampu berperan sebagai peng arah (steer ing) tanpa terjebak menjadi reg u la tor yang menghambat kreativitas dan ino vasi. Pengarah yang memelihara dinamika masyarakat agar senantiasa berada di ambang chaos (the edge of chaos) tanpa terjerumus ke dalam kondisi chaos yang sebe nar mya.

Di bidang sosial-ekonomi misalnya, posisi swasta yang semakin kuat dapat saja me micu terjadinya tatanan ekonomi predatorik. Oleh karena itu, diperlukan pemi - hak an kepada kelompok UMKM tanpa membuat mereka men jadi semakin ter gan - tung dan tanpa memojokkan kelompok swasta. Dengan kata lain, pengembangan ke - lem bagaan sosial-ekonomi masih tetap perlu diberi perhatian khusus, karena po ten - si nya menjadi semakin semakin besar untuk bertiwikrama menjadi tatanan pre da to - rik. Kecenderungan yang sama cukup potensial terjadi di bidang sosi al- politik. Ke - lem bagaan ma syarakat dapat berkembang ke arah model indivi dual is me yang me - nge depankan kompetisi bebas dan atau model lain nya yang tidak sejalan de ngan ni - lai- nilai budaya Sulawesi Selatan. Sejatinya, kecen de rungan ini bukanlah suatu an - cam an, sepanjang tatanan sosial-politik yang di ha sil kan se ma kin mampu mereflek si - kan ke terwakilan dan atau partisipasi masya rakat dalam peng ambilan ke pu tusan pub lik, menghasilkan pemerintahan yang baik dan bersih (clean and good gov ern ment) dan lebih penting lagi tidak menimbulkan distorsi atau pengko tak- kotakan ideologi da lam masyarakat yang akan menghambat mewu jud nya dae rah kabupaten dan kota, terutama desa, menjadi komunitas yang kompak dan man diri.

Potensi konflik, atau bahkan chaos, yang disebutkan di atas membuat upaya re - in terpretasi, revitaslisasi dan reaktualisasi nilai-nilai budaya lokal, yang diinisiasi se - jak awal RPJP, tetap relevan untuk dilakukan pada tahapan pembangunan ini. Di ha - rapkan nilai- ni lai utama (core val ues) yang dihasilkan oleh pro gram itu dapat menjadi acuan dalam pengembangan kelembagaan masyarakat di bidang lainnya, sehingga po tensi konflik dapat dicegah sedini mungkin. Di samping itu, nilai-nilai dasar yang ter aktualisasi itu merupakan bahan baku utama dalam proses pendidikan untuk meng hasilkan gene rasi muda yang berkarakter, sekaligus merupakan masukan pada proses pe ngem bang an budaya nasional.

Pada tahapan pembangunan ini, pro gram penyediaan fasilitas pe la yanan, khu - sus nya yang ber kait an dengan pemenuhan hak dasar masyarakat, tetap harus men - jadi perhatian pemerintah, malah dengan standar pelayanan min i mal yang diupa - yakan semakin tinggi, demi untuk mengikuti tahap perkembangan sosial-eko no mi masyarakat yang semakin maju yang melahirkan tuntutan kebu tuh an yang semakin meningkat pula.

Senyatanya, kewajiban pemerintah untuk menyediakan fasilitas pelayanan se - ma kin diperingan oleh maraknya lembaga-lembaga masyarakat yang tu rut serta da - lam pembangunan fasilitas dimaksud, khususnya yang berkaitan dengan pendi dik an dan kesehatan, baik yang berbasis pada pertimbangan sosial dan pertim bangan bis - nis. Oleh karena itu, upaya pemerintah perlu difokuskan kepada pening katan kua li -

tas serta pemerataan kesempatan atau akses kepada fasilitas tersebut. Un tuk bidang pen didikan, upaya dimaksud dapat berupa penyediaan akses yang sema kin baik ke - pa da sumber-sumber pengetahuan yang berada di mana saja, yaitu de ngan menye - dia kan fasilitas internet untuk mendukung e-learn ing. Fasilitas ini juga dapat digu na - kan sebagai kiat pemerintah untuk mendorong pening katan dan pemerataan kualitas pendidikan pada tataran pendidikan tinggi, khususnya untuk lembaga-lembaga pen - di dikan tinggi yang diasuh masya rakat yang berdomisili di daerah kabupaten.

Upaya peningkatan kualitas pelayanan di bidang kesehatan, seperti kebijakan pa da tahapan pembangunan sebelumnya, tetap diintegrasikan dengan pro gram pem bangunan desa. Kualitas pelayanan kesehatan, secara langsung maupun secara tidak langsung berupa perbaikan lingkungan perumahan dan peningkatan gizi, di - lak sanakan sebagai bagian dari pro gram untuk mewujudkan desa sebagai komunitas yang maju dan mandiri. Dengan kata lain, upaya pemerintah tetap difokuskan kepa - da pengembangan kelembagaan masyarakat desa agar semakin mampu mene mu - kenali dan menyelesaikan masalahnya secara mandiri, di samping mengupaya kan pem bangunan sarana dan prasarana desa yang belum dapat dilakukan oleh masya - rakat secara swadaya. Perlu digarisbawahi bahwa pro gram pemerintah perlu difo - kus kan pada upaya-upaya untuk menuntaskan masalah keter pencilan desa (se cara spasial dan terutama secara sosial-ekonomi), agar semua desa di Sulawesi Selatan da - pat terajut dalam struktur tata ruang Sulawesi Selatan.

Pembangunan kawasan andalan perlu terus didorong sehingga semakin mam - pu menghasilkan produk-produk yang memiliki keunggulan serta tetap berbasis pa - da keterlibatan masyarakat serta mampu mendukung keberhasilan pro gram pem ba - ngunan nasional, seperti peningkatan kedaulatan pangan, bio-energi dan lainnya tan - pa memberikan dampak kepada lingkungan hidup dan lingkungan sosial ka was an. Untuk maksud tersebut pemerintah berkewajiban untuk mendorong keter libatan ke - lompok usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam proses pe man faatan sum - berdaya kawasan. Dengan kondisi seperti itu, maka ka was an andal an dapat semakin berperan sebagai sentra-sentra per tum buhan eko nomi yang semakin berkualitas, da - lam arti pertumbuhan yang menge de pankan pe me rataan kesejahteraan dan tanpa me ngurangi daya dukung lingkungan hidup.

Struktur tata ruang perlu terus diperdalam sehingga tidak hanya menjangkau ka was an-kawasan andalan yang relatif besar, tetapi juga untuk mendukung hirarki per kotaan yang menjamin semakin meratanya aksesibilitas di seluruh wila yah Sulsel, sehingga Sulawesi Selatan dapat mewujud sebagai suatu entitas sosial-ekonomi yang so lid.

Percepatan perwujudan daerah kabupaten dan kota sebagai komunitas yang so lid perlu terus digalakkan. Untuk maksud itu, pemerintah daerah perlu terus me - nata diri sehingga mampu berperan sebagai dirigen pembangunan daerah yang meng arah kan dinamika in ter nal kabupaten yang semakin intens akibat semakin

man dirinya lembaga-lembaga masyarakat pada berbagai bidang kehidupan. Peme - rintah daerah diharapkan mampu memberi warna spesifik kepada proses pelem ba - gaan di dae rah nya masing-masing. Untuk itu, penemukenalan yang diikuti dengan reaktualisasi dan revitalisasi pengetahuan dan kearifan lokal (indigeneous knowl edge) , yang diinisi asi sejak awal RPJP, perlu terus dilanjutkan. Keberhasilan upaya ini akan bermuara pada terbentuk nya ke lem bagaan sosial-politik yang mengedepankan ke - pen tingan daerah (sebagai komu nitas) sehingga melahirkan kondisi lingkungan so - sial- politik yang kondusif yang pada gilirannya mampu mendorong lahirnya pe me - rintahan daerah yang kuat, bersih dan berwibawa. Demikian pula halnya dengan ke - lem ba gaan sosial-ekonomi yang sesuai dan sepadan dengan potensi sum ber daya yang dimiliki se hingga mam pu mentrasfor masi kannya menjadi keunggulan lokal.

Keterkaitan fungsional antarkawasan andalan serta pembangunan industri- industri strategis pada tahapan pembangunan sebe lum nya melahirkan dampak po si - tif, yaitu terbangunnya aglomerasi industri di Sula wesi Selatan yang membuat proses industri di propinsi ini menjadi semakin efisien yang pada gilirannya akan mening - katkan daya tarik Sulsel sebagai daerah tujuan investasi. Untuk memelihara mo men - tum itu, diperlukan upaya berkesinambungan untuk meningkatkan ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana wilayah, antara lain berupa ketersediaan energi (lis - trik), aksesiblitas dan pelayanan yang semakin baik di bandara dan di pelabuhan, ser - ta ketersediaan tenaga kerja yang berkualitas. Upaya lain berupa tawaran insentif dan sejenisnya perlu ditingkatkan.

Aglomerasi industri yang dimaksudkan di atas akan memperkuat dan seka - ligus diperkuat oleh kehadiran fasilitas pelayanan re gional yang telah berkembang sejak tahap-tahap pembangunan sebelumnya. Oleh karena itu, pemerintah perlu men dorong upaya-upaya ma sya rakat (swasta) untuk terus melakukan diversivitas je nis pelayanan yang tentu saja tanpa melupakan kualitasnya. Kesemuanya akan le - bih memperkuat posisi Makassar sebagai pusat pelayanan dan main-hubs dalam arti sebenarnya, yaitu tidak saja diakui secara institusional tetapi juga diakui dan didu - kung oleh para pemangku kepentingan.

Uraian di atas menunjukkan bahwa pada tahapan terakhir RPJP ini, mo tor per - tum buhan Sulsel akan lebih ber tum pu pada pengembangan industri strategis dan fa - si litas pelayanan re gional yang didukung oleh aktivitas inter dan antarkawasan an - dal an yang telah semakin ber kem bang. Perkembangan dimaksud jelas tidak dapat di - le paskan dari peran pemerintah pro pinsi dan pemerintah daerah yang berhasil me - me lihara lingkungan kondusif bagi tumbuhkembangnya kelembagaan masyarakat di berbagai bidang yang kemudian menjelma menjadi pemicu berkembangnya in - dus tri dan fasilitas pelayan dimaksud.

Di samping itu, upaya revitalisasi dan reak tua li sasi nilai-nilai tradisional yang diinisiasi sejak awal tahapan permbangunan per ta ma telah mulai mengkristal dalam wujud seperangkat core val ues yang menjadi acuan pengembangan kelembagaan ma -

syarakat di semua bidang kehidupan yang ber mua ra pada mewujudnya Sulsel se - bagai komunitas pembelajar (evo lu tion ary learn ing com mu nity) yang mampu untuk terus mengembangkan diri secara mandiri sehingga dapat meningkatkan kualitas dan pemerataaan kesejahteraan dalam arti luas bagi se luruh lapisan masyarakat dan di semua daerah kabupaten/kota.

Singkatnya, visi pembangunan Sulsel 2028, yaitu sebagai wilayah terkemuka di In do ne sia melalui pendekatan keman di ri an lo kal yang bernafaskan keagamaan telah dapat di - wu judkan. Jika menggunakan jar gon RPJP nasional, Sulawesi Selatan telah berhasil memosisikan diri dalam kelompok propinsi yang mandiri, maju, adil dan makmur yang indikatornya telah dijelaskan pada bab 3.

BAB V