Saat aku duduk dibangku SMP, aku tinggal dirumah yang bersebelahan dengan rumah saudara-saudara dari ayahku. Waktu itu aku senang sekali bermain dengan tanteku yang saat itu masih duduk dibangku SMA. Tanteku suka sekali menulis dibuku yang menurutku buku itu lucu dan sangat menarik, ada gemboknya pula. “te, itu buku apa sih?” tanya aku, Jawab tante “oh ini namanya buku diary”. Keesokan harinya aku rela tidak membeli snack waktu disekolah, uangnya aku tabung untuk membeli buku diary seperti punya tante. Selama semingu itulah yang aku lakukan disekolah. Setelah aku rasa uangku cukup untuk membeli buku diary, aku pergi ke toko buku menggunakan sepeda miniku. Sesampai disana aku melihat buku diary seperti punya tante tapi harganya sangat mahal. Aku memilih buku diary kecil dan sederhana yang harganya sesuai dengan isi dompetku.
Menulis buku diary adalah suatu pengalaman yang aneh bagiku, karena aku belum pernah menulis secara kreatif
170
sebelumnya. Namun, hal itu tidak menurunkan semangatku untuk menulis, yang terpenting adalah aku perlu mengeluarkan
uneg-uneg yang membebani otakku kedalam diary ini. Setiap
kali aku tertekan, di rumah bosan tanpa kegiatan. Aku lebih memilih untuk diam dan merenung, meluapkan isi hatiku kedalam tulisan, karena aku merasa lebih aman menulis pada diary dari pada harus bercerita kepada seseorang yang tidak menjamin kerahasiaannya dan aku takkan membiarkan seorangpun membaca isi diaryku. Alasan pertama yang mendorongku untuk menulis diary adalah karena aku tak memiliki seorang teman yang bisa diajak untuk bertukar pendapat dan dapat dipercaya atau biasa disebut sahabat sejati. Aku ingin diary ini menjadi sahabatku, oleh sebab itu aku memanggilnya dengan nama “kitty”.
Awal masuk SMP tulisan pada diary ku sangat menyedihkan. Pada saat itu aku banyak dimusuhi oleh kakak kelasku, pastinya yang tidak suka denganku yaitu perempuan karena kekasih mereka banyak yang memberikan perhatian kepadaku. Aku sering di datangi dikelasku dan dimaki-maki, sampai sampai ban sepedaku di tusuk menggunakan paku.
171
Setiap hari seperti itu dan terkadang keranjang sepedaku sering dirusak. Aku tidak tahan bersekolah dengan situasi yang setiap harinya membuat aku down. Aku ingin sekali pindah sekolah saat itu, tapi aku tidak tega untuk menyusahkan orang tuaku. Aku mencoba bersabar dan berdo’a, hanya dengan menulis aku bisa meluapkan rasa kesal, jengkel dan amarahku. Menginjak kelas tiga SMP, aku mulai jarang membuka kitty, mulai malas menulis karena tidak ada cerita yang membuatku bersemangat untuk ditulis. Aku mulai lega karena tidak ada lagi kakak kelas yang memusuhiku. Prestasi ku mulai meningkat karena tidak ada lagi yang membuat beban fikiranku. Aku fokus belajar, UAS sudah mendekati dan Kitty pun mulai terabaikan. Aku lulus SMP dengan nilai yang cukup bagus, tapi aku tidak berminat untuk masuk ke SMA Negeri. Aku langsung daftar di SMA Swasta favorit di kotaku. Suasana yang berbeda dari waktu SMP, masa-masa SMA adalah masa-masa yang indah menurutku. Ternyata benar persepsi banyak orang tentang kehidupan masa SMA. Begitu banyak kebahagiaan yang aku dapatkan.
Kitty pun aku buka kembali dan mulai menulis lagi kisah kehidupanku yang penuh warna. Disitulah aku mulai mengenal
172
“CINTA”, yang tak lain adalah kakak kelasku sendiri. Kebetulan kita satu ruangan tapi dia kelas pagi dan aku kelas sore. Dia mengetahuiku saat aku menunggu kelas pagi usai, dari situlah dia mengaggumiku dan sering mengirim surat untuku yang diletakan dikolom mejaku. Suatu saat dia meninggalkan buku puisinya dikolom mejaku dan disitu ada nama dan nomor
Handphone nya, entah itu sengaja atau tidak. Aku membawa
buku itu pulang karena aku sangat menyukai puisi, sesampai dirumah aku membaca puisi-puisinya. Indah sekali tulisan puisinya, dan aku ingin tahu seperti apa orang-nya. Aku memberanikan diri untuk menelponnya, dan itulah awal kedekatan kita.
Hari berganti hari kita semakin dekat dan aku semakin salah tingkah karena aku tidak pernah merasakan yang seperti ini. Setiap hari dia mengantarkanku pulang dan selalu memberikan bunga mawar merah kepadaku. Bunga itu aku letakkan di vas bunga kamarku, setelah mengering aku taruh di dalam kitty dan di vas bunga aku ganti dengan mawar yang masih segar. Bunga itu masih aku simpan sampai sekarang, kering dan warnanya coklat kehitaman. Kitty pun selalu aku
173
tulis dengan cerita yang sangat membahagiakan. Mungkin kalau kitty manusia dia bisa merasakan kegembiraan yang aku rasakan. Puisi-puisi dari bukunya ada yang sebagian aku pindahkan ke kitty. Aku menulis prinsipku pada kitty, yaitu :
Cinta mengajarkan kita untuk hidup berdua.. Bukan untuk mendua.
Cinta mengajarkan kita secara utuh.. Bukan untuk selingkuh.
Cinta mengajarkan kita untuk saling berbagi.. Bukan untuk saling menyakiti.
Kedekatan kita mulai menjauh sehari sebelum hari ulang tahunku, entah mengapa dia seperti itu. Bukan kado atau kejutan yang aku harapkan tetapi kedatanganya hadir di acara bertambahnya usiaku. Aku pasrah jika dia menjauh dariku, dan aku pun menulis kata mutiara pada kitty yang aku kutip dari google, yaitu :
“Ada saatnya seseorang berhenti mengharapkan apa yang dia inginkan, bukan karena dia telah mendapatkan yang lain,, tapi karena dia sadar, orang yang dia inginkan tidak mengharapkannya!”
Aku bersyukur mempunyai kitty walaupun hanya sekedar buku diary tapi sangat bermakna buat aku. Aku sangat berhati-hati
174
menaruh kitty karena aku mempunyai dua adik yang sangat aktif. Aku tidak takut buku itu dibaca oleh adikku karena pada saat itu adikku masih belum lancar membaca, yang aku takutkan kitty akan dicoret-coret dan dirobek-robek olehnya.
Aku mulai malas menulis semenjak membuat akun
facebook, semua yang aku rasakan, alami, aku update di facebook. Namun, aku tidak seleluasa menulis pada kitty
karena aku takut statusku menyinggung perasaan orang lain. Komentar-komentar distatusku banyak yang menyimpang, aku sangat kesal melihatnya, aku putuskan untuk menutup akun
facebook tersebut dan kembali bercerita pada sahabatku
“kitty”. Kitty lah yang mengerti aku tanpa mengeluh. Siapapun yang ingin jadi penulis ia bukan hanya harus menguasai teori tekhnik menulis yang baik. Lebih dari itu, ia mesti mampu mengusir segala pikiran negatif yang menghambat energinya untuk menulis. Menulis tentang trauma, menuliskan hal-hal yang sangat pribadi akan membantu melepaskan beban dan keresahan yang ada di hati. Menulis hal pribadi membantu menggali sisi paling intim dan emosional seseorang. Semakin dalam akan semakin membantu menjernihkan pikiran dan
175
bahkan menyelesaikan masalah. Karena itu menulis catatan pribadi menjadi sangat penting dilakukan bagi siapa saja. Terutama bagi mereka yang sering berada pada situasi bertekanan tinggi.
Tidak usah terlalu memikirkan tata bahasa, ejaan, atau struktur kalimat. Tulis saja se-alami mungkin. Ini akan sangat membantu meringankan beban yang dialami. Akibatnya pikiran akan lebih sehat. Badanpun ikut sehat. Maka yakinilah sedalam-dalamnya bahwa menulis menyehatkan dan buktikanlah. Menurut saya menulis buku diary itu bebas mengekspesikan diri melalui tulisan tanpa ada rasa takut disalahkan dan dikecam orang lain. Melegakan hati, membuat pikiran fresh jika mendapatkan sebuah masalah. Menulis juga melatih otak kanan untuk bekerja.
177