“As a general rule the most successful man in life is the
man who has the best information”. / “Aturan utama untuk menjadi orang yang paling sukses dalam kehidupan adalah orang yang kaya akan sebuah informasi dan pengetahuan”. Benjamin Disraeli (1804 - 1881). Saya terpaku dengan kata-kata
filusuf dari bapak Benjamin Disraeli diatas bahwasannya, kiat untuk menjadi orang yang sukses di dunia adalah kita harus memperkaya diri kita dengan informasi dan pengetahuan yang luas atau dengan kata lain “Orang yang menguasai Informasi
akan menguasai Dunia” (New York Times). Saya memang setuju
akan hal tersebut. Setiap hari kita secara langsung atau tidak langsung memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan yang masuk lewat panca indra kita, baik melalui media elektronik, media cetak, perbincangan antar teman, ataupun melihat dan mengamati sebuah peristiwa. Hal-hal tersebut merupakan bukti nyata bahwa kita selalu diperkaya akan informasi.
85
Saya sangat menyukai cerita history, baik sejarah negara Indonesia, maupun sejarah dunia. (Fir’aun, Adolf Hitler, Mussolini, Soekarno, Alexander Graham Bell, Francis Drake, Oda Nobunaga, Mahatma Gandhi, Albert Einstein, dsb.) adalah tokoh-tokoh sejarah yang hebat serta mampu mempengaruhi dan merubah pandangan dunia. Setiap negara, provinsi, kota, maupun kecamatan mempunyai cerita bersejarah tersendiri. Bahkan, setiap orang mempunyai biografi dan cerita tersendiri, sama halnya dengan menulis. Dalam hal menulis, baik menulis karya ilmiah ataupun karangan bebas semua orang dapat menulis. Karena di dalam benak diri tiap individu, mereka memiliki cerita tersendiri. Guru, Petani, Dokter, Pejabat, Pengusaha, Ibu rumah tangga, Buruh, dsb dapat menulis. Tidak ada batasan stratifikasi sosial dalam hal menulis selama tulisan tersebut mendidik, memberikan informasi dan pengetahuan yang dapat berguna bagi orang lain.
Saya ingin sekali melihat dunia, menjelajahi dunia, dan mempelajari sejarah yang terkait di setiap negara yang ada di dunia. Tak heran, sebuah buku memiliki julukan “buku adalah cakrawala dunia”. Dengan membaca sebuah buku, kita
seolah-86
olah membaca informasi yang ada di dunia ini. Apabila di dunia ini sudah tidak ada lagi orang yang berminat di bidang tulis-menulis. Lalu, siapa yang akan menceritakan sejarah yang mampu merubah dunia kepada generasi muda kita?. Mereka sepatutnya berhak mengetahui cerita bersejarah dibalik dunia ini. Semua orang berhak menulis, sehingga dunia ini selalu dipenuhi oleh ilmu pengetahuan, cerita, dan sejarah tanpa henti. Selanjutnya, kita dapat melihat cakrawala dunia menurut pandangan orang yang berbeda-beda.
Di negara maju, contohnya Negara Jepang. N.E.E.T yang merupakan kepanjangan dari Not in Education, Employment,
nor Training (Tidak sedang dalam menjalani Pendidikan,
Pekerjaan, maupun Pelatihan) dengan kata lain Pengangguran. Adalah aib bagi negara mereka. Para pengangguran disana diperlakukan dengan tidak menyenangkan. Seperti; tidak dihormati, menjadi bahan perbincangan dan dijauhi serta dibenci oleh masyarakat sekitar atau lebih tepatnya “sampah masyarakat / negara”. Mereka beranggapan bahwa N.E.E.T adalah orang yang malas, dan tidak mau berusaha. Sedangkan, “Label” negara mereka adalah Negara yang Maju. Tak heran,
87
istilah atau julukan N.E.E.T sangat melekat bagi para Pengangguran disana. “Mengapa mereka menjadi pengangguran? Mengapa mereka tidak memiliki pendidikan atau pekerjaan?”. Banyak sekali pertanyaan dan jawaban yang terlontar, Apakah hal tersebut masalah pribadi, keluarga ataupun masalah ekonomi. Hal yang kemudian terjadi kepada para pengangguran disana akhirnya memberikan saya sebuah ide. Kenapa para pengangguran disana tidak membuat dan menulis sebuah buku saja?. Jika seseorang pengangguran disana memiliki hobi di bidang teknologi, maka ia bisa menulis “Tips & Trik merawat Komputer”, atau “Menjaga Printer Agar Tidak Rusak”. Jika ada yang memiliki hobi berkebun, maka ia bisa menulis “Merawat Sunflower”, atau “Menanam Tomat Segar”. Sesuai hobi dan kesukaan mereka masing-masing. Dengan demikian, mereka memiliki pekerjaan sebagai penulis buku daripada harus dijauhi masyarakat sekitar.
Menurut saya, menulis adalah sebuah kegiatan tulis yang dimana seseorang mencurahkan isi pikirannya ke dalam sebuah tulisan. Sama halnya dengan pencipta lagu. Mereka, mencurahkan isi hatinya melalui nada dan lirik yang
88
diciptakannya. Sama juga dengan halnya seorang seniman. Mereka mencurahkan isi hatinya melalui lukisan dan aksi teatrikal. Bingung? Ragu? Bimbang? dengan apa yang kita tulis?, sebenarnya sifat-sifat tersebut tidak ada, melainkan rekonstruksi pesan dari pikiran atau otak kita sendiri.
Di dunia ini terdapat dua energy, yaitu; energi positif dan negatif. Bisa dibilang dalam sebuah kompas yaitu arah utara dan selatan yang sangat berlawanan. Tinggal bagaimana kita mengarahkan diri masing-masing? menuju utara atau menuju selatan? energi positif atau negatif?. Dalam contoh sehari-hari, mungkin ada orang yang semasa hidupnya merasa sering gagal. Seperti selalu gagal dalam mencari sebuah pekerjaan atau istilah N.E.E.T tadi. Bisa jadi, orang-orang seperti mereka dikelilingi oleh energi negatif atau keputus-asaan. Mereka bertanya-tanya dalam benak angan dan pikiran mereka, “Kenapa saya selalu gagal? kenapa saya tidak bisa mendapatkan pekerjaan? Apa yang harus saya lakukan demi mendapatkan sebuah pekerjaan?” dan berbagai pertanyaan lain yang terlontar dalam isi pikirannya. Pertanyaan-pertanyaan tak terjawab tersebut menjadi pukulan bagi mereka dan
89
bersarang di otak sebagai energi negatif yang kemudian merasakan trauma dan “Keputus-asaan” yang mendalam, sehingga menjadi pengangguran.
Banyaknya energi negatif yang masuk kedalam otak pun masih dapat dirubah dengan energi positif selama kita mempunyai sikap optimis, dan kita wajib mempunyai sikap itu. Orang-orang yang memiliki sikap optimis merasa bahwa mereka selalu bisa dalam segala hal dan selalu memandang masa depan tanpa menoleh kebelakang serta melihat kegagalan masa lalu. Dalam kamus mereka tidak ada kata “tidak bisa” melainkan “saya harus bisa!”. Meskipun mereka sering gagal, namun tidak mudah menyerah. Pertanyaan-pertanyaan yang bersarang di otaknya bisa dijawab di lain hari ketika mereka sudah menjadi seseorang yang sukses.
Saya terkesan dengan cerita Pak Herman, guru semasa saya sekolah di SMK. Beliau, menceritakan tentang kisah Bapak Honda yang memiliki perusahaan Bermotor merk Honda. Dahulu, awal bapak Honda sebelum sukses memiliki perusahaan motor yang besar. Bapak Honda kesusahan akan
90
mengenalkan atau mempresentasikan produknya kepada perusahaan-perusahaan terkenal. Bapak Honda sering ditolak oleh perusahaan, produk motor asli buatan negaranya sendiri pun ditolak mentah-mentah oleh perusahaan-perusahaan yang ternama. Namun, bapak Honda tidak pernah menyerah. Sudah beribu-ribu kali bapak Honda mengetuk pintu perusahaan, dan sudah beribu-ribu kali dia ditolak demi mensukseskan produknya. Setelah sekian lama dia mengetuk pintu demi pintu perusahaan. Akhirnya, terdapat sebuah perusahaan yang mampu menerima dan mewujudkan impiannya. Mimpinya pun terkabul, Perusahaan Motor Merk Honda kini sukses besar. Tak hanya, di negaranya Jepang. Namun juga di seluruh dunia termasuk di Negara Indonesia. Perusahaan-perusahaan yang merasa pernah menolak Produk Bapak Honda pun merasa menyesal. Tetapi, apa boleh buat. “nasi sudah menjadi bubur” mereka tidak pernah menyangka bahwa produk bapak Honda akan sukses besar serta segalanya berada diluar perhitungan mereka. Cerita ini menanamkan kesan di dalam benak pikiran kita, bahwa kita semua harus memiliki sikap optimis. Sebanyak apapun keputus-asaan yang menggerogoti otak kita, selama
91
kita optimis, kita masih mempunyai sebuah harapan untuk bisa melakukan apa yang ingin kita lakukan.
“Apa sih manfaatnya menulis ? Apa sih untungnya menulis bagi kita ?”. Banyak sekali manfaat serta untungnya dalam hal menulis. Untungnya tidak hanya dirasakan sang penulis, namun pembacanya pun juga mendapatkan ilmu yang diceritakan oleh sang penulis. Jadi, sang penulis disini menjadi “storyteller (pendongeng)” sebuah cerita di dalam karya-karya tulisnya. “Ilmu tidaklah hanya untuk dipendam sendiri, namun juga wajib dibagikan kepada orang lain”.
Setiap orang punya alasan tersendiri di bidang tulis-menulis. Ada yang menulis karena hobi atau cinta, ada yang menulis karena memang pekerjaannya sebagai penulis buku, ada yang menulis karena sebagai curhatan hati. Semua orang bebas dan berhak untuk menulis, tanpa memandang kelas sosial. Umur, pekerjaan, usia, ataupun jenis kelamin semuanya memiliki hak yang sama untuk menulis. Selama isinya dapat bermanfaat kepada orang lain, kenapa tidak ?. Dengan demikian, dunia ini tidak akan pernah kehilangan “warnanya”.
92
Sehingga, kita dapat memandang sebuah“cerita dan cakrawala dunia” yang begitu luas.
93