• Tidak ada hasil yang ditemukan

MDS Ekologi

IV. PROFIL KAWASAN PENELITIAN

4.1. Letak Kawasan dan Aksesibilitas

4.2.4. Klasifikasi Tanah

Jenis tanah di Wilayah Agropolitan Kabupaten Jayapura didasarkan atas deskripsi dan klasifikasi yang dilakukan oleh Wentholt (1939). Tanah diklasifikasikan berdasarkan tiga ciri pembeda utama, yaitu tekstur, warna dan kedalaman tanah. Berdasarkan ketiga ciri tanah tersebut, diperoleh sepuluh satuan peta tanah (SPT) dengan rincian sebagai berikut.

SPT 1: Tanah lempung berliat, kelabu hingga kelabu coklat, dalam SPT 2: Tanah lempung berdebu, kelabu hingga kelabu coklat, dalam SPT 3: Tanah , lempung berliat, coklat kelabu hingga kelabu coklat, dalam SPT 4: Tanah lempung, kelabu coklat hingga kelabu kuning, dalam

SPT 5: Tanah lempung berdebu hingga debu berlempung, kuning kecoklatan, dalam SPT 6: Tanah, lempung, kelabu, dalam

SPT 7: Tanah lempung berdebu hingga lempung berpasir, kelabu kuning, dalam SPT 8: Tanah lateritik berlempung, coklat kekuningan hingga coklat kemerahan, agak dalam

SPT 9: Tanah mergel berlempung, hitam kelabu, agak dalam

SPT 10: Tanah liat berlempung hingga berliat, coklat kemerahan tua, dalam

Apabila ciri kesepuluh jenis tanah ini dipadankan dengan klasifikasi USDA Soil

Taxonomy, maka SPT 1-7 termasuk order inceptisol, sedangkan SPT 8-10 setara

dengan order alfisol.

Schroo (1961) mengkaji kembali nilai tekstur tanah yang dilaporkan Wentholt (1939) dengan menggunakan data dari Razoux Schultz (1958). Ia mendapatkan bahwa kelas tekstur yang dilaporkan Wentholt (1939) lebih ringan daripada Razoux Schultz (1958). Menurutnya tanah SPT 4, 5 dan 6 berturut-turut bertekstur liat berdebu,

lempung liat berdebu dan liat berdebu. Hasil penelitian tim peneliti di lapangan juga mendukung hal ini.

Sebaran kesepuluh jenis tanah tersebut tercantum pada Peta 5.3. Jenis tanah pada SPT 1 dan SPT 2 menduduki teras pertama terendah, tanah SPT 3 pada teras kedua, tanah SPT 4 pada teras ketiga, tanah SPT 5 pada teras keempat, tanah SPT 6 pada teras kelima, dan tanah SPT 8 pada teras keenam. Tanah SPT 9 dijumpai setempat-setempat di tepi selatan dari teras ketiga hingga teras kelima dan pada teras keenam, serta berada pula pada daerah tinggi di tepi selatan dari Dataran Sekori. Jenis tanah pada SPT 1 sampai dengan SPT 4 pada umumnya memiliki kemiripan dalam sifat fisiknya. Dalam keadaan basah struktur tanahnya jelek, volume pori tanah kecil dan kemampuan kapileritasnya besar. Selain itu, tanah pada SPT 1 dan 2 hampir tidak dapat dirembesi air, sedangkan jenis tanah lainnya (SPT 3 dan 4) agak lebih baik, yaitu mempunyai daya perembesan air agak rendah. Sebagai akibatnya, kemampuan menahan udara pada jenis-jenis tanah ini tergolong rendah. Melalui upaya pengeringan jenis-jenis tanah ini dapat diperbaiki sifat fisiknya, yaitu struktur tanah, volume pori dan kemampuan kapileritas meningkat menjadi “sedang”.

Walaupun sifat fisik tanah SPT 1 sampai dengan SPT 4 tidak menguntungkan, namun sifat kimia tanahnya tergolong cukup baik. Kadar unsur hara fosfor (P), kalium (K), dan magnesium (Mg) tergolong sedang hingga tinggi, sedangkan kadar kalsium (Ca) pada umumnya tinggi.

Khususnya tanah pada SPT 5 yang dijumpai di sepanjang sungai-sungai sebagai ”punggung aliran”, mempunyai sifat fisik dan kimia yang tergolong baik. Jenis tanah ini lebih kering dan kandungan unsur hara P, K, Ca dan Mg tergolong cukup, sehingga sesuai untuk tujuan pertanian, khususnya tanaman kakao.

Tanah dari SPT 6 dan 7 yang berada di sebelah timur Kampung Yanim Besar (Braso) memiliki sifat fisik yang lebih menguntungkan. Struktur tanahnya baik, volume tanah dan kemampuan kapileritasnya juga dinilai cukup. Selain itu, lapisan tanah bawahnya mempunyai sifat perembesan yang baik sehingga menyebabkan kapasitas menahan air dan udara memadai. Selain sifat fisiknya yang baik, sifat kimianya juga tergolong baik, yakni kandungan unsur hara P, K, Ca dan Mg relatif cukup.

Tanah SPT 8 dan 9 mempunyai sifat fisik dan kimia yang tidak menguntungkan. Pada umumnya dangkal hingga agak dalam, serta mengandung banyak kerikil dan batu. Tanahnya telah mengalami pencucian hebat sehingga miskin akan unsur hara, terutama K dan P. Tanah SPT 8 dan SPT 9 masih dapat digunakan untuk tujuan pertanian apabila diberikan masukan perbaikan, seperti pemupukan. Selain itu,

penanaman disarankan hanya dilakukan pada daerah-daerah yang kemiringan lahannya <15% atau pada daerah-daerah bergelombang/berbukit dengan menerapkan prinsip konservasi tanah yang ketat atau pencegahan terhadap erosi. Tanah SPT 10 disarankan penggunaannya untuk ladang penggembalaan dengan masukan.perbaikan.

Tanah SPT 10 mempunyai sifat fisik yang agak baik, yakni lebih kering, dan tergolong dalam. Namun, sifat kimianya tidak menguntungkan. Tanah ini dapat dimanfaatkan untuk usaha pertanian setelah sifat kimianya diperbaiki.

Penelitian kemudian yang dilakukan Razoux Schultz (1958), menyimpulkan bahwa tanah SPT 6 sesuai bagi tanaman kakao berbasis perkebunan besar. Tanah SPT 5 dapat digunakan untuk tujuan perkebunan kakao jika drainase permukaan dan drainase dalam diperbaiki. Sebaliknya tanah SPT 8 yang mempunyai sifat fisik yang jelek tergolong tidak sesuai untuk perkebunan besar, namun dapat digunakan untuk perkebunan rakyat.

Penelitian yang dilakukan Wentholt (1939) dan Razoux Schultz (1958) sebagaimana diuraikan di atas, sedangkan penelitian Schroo (1963) menyimpulkan bahwa di sebelah selatan Dataran Sekori pada daerah yang tinggi dan di zone transisi ke arah barat Dataran Grime dijumpai jenis tanah dominan yang disebut “Seri tanah Sekori, kelabu sangat tua, liat berdebu, dalam”. Jenis tanah dengan luasan 3.500 ha ini mempunyai tingkat kesuburan tanah cukup baik serta drainase permukaan yang baik pula, dianggap sesuai untuk tujuan pertanian.

Selain tanah di Dataran Sekori, juga di Dataran Grime dijumpai 2 seri tanah yang dibedakan secara mendalam menurut deskripsi dan cirinya, yaitu tanah SPT 5 yang terletak di daerah yang agak tinggi (punggung aliran) dan SPT 6 yang letaknya di bagian terendah dari dataran tersebut. Tanahnya subur, namun pada lapisan atas bereaksi agak alkalin. Tanah lapisan bawahnya mengandung kapur bebas.dan sangat kahat akan unsur kalium (K). Tanah ini tidak sesuai untuk penggunaan saat sekarang

(present use), namun dianggap sangat menjanjikan jika drainasenya diperbaiki dan