• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kompetensi teknis berdasarkan sistem pemeliharaan secara ekstensifekstensif

MDS Ekologi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2. Analisa Potensi Pengembangan Ternak Sapi Potong dan Karakteristik Peternak di Kabupaten Jayapura Peternak di Kabupaten Jayapura

5.2.4. Kompetensi teknis berdasarkan sistem pemeliharaan secara ekstensifekstensif

Dari seluruh komponen pada sistem ekstensif berada pada kategori rendah, kecuali kompetensi teknis pemberian pakan dan minum berada pada kategori tinggi, efesiensi waktu kerja dan tenaga kerja tergolong sedang, dan kemudahan dalarn proses pemasaran tergolong sedang (masing-masing dengan skor 4,6, 3 dan 3,4). Teknis pemberian pakan dan minum memperoleh nilai rataan skor 4,6 tergolong kategori tinggi. Teknis pemberian pakan dan minum bagi ternak membutuhkan waktu sangat panjang dari pagi sampai sore hari,

teknis yang dilakukan dalam sistem pemeliharaan ekstensif dibagi dalam dua pola, yakni:

(1) Pola ikat secara berpindah-pindah tempat (2) Pola lepas

Pola pertama, teknisnya adalah ternak diigiring oleh peternak ke lahan perkebunan yang terdapat potensi hijauan makanan ternak (HMT) atau pada padang penggembalaan kemudian ternak diikat untuk merumput, selang 1-2 jam ternak dipindahkan merumput pada areal lain, namun masih tetap pada lokasi padang penggembalaan yang sama. Kegiatan ini dilakukan secara rotasi untuk melihat areal mana yang banyak tumbuh hijauan, ada kalanya ternak diikat dari pagi sampai siang hari, kemudian dipindahkan lagi sampai sore hari. Teknis seperti ini cukup membutuhkan waktu yang lama, artinya peternak harus menunggu berjam-jam untuk memindahkan ternak agar dapat merumput pada areal yang kaya potensi rumput atau leguminosa. Kemudian untuk minum biasanya peternak menggiring ternaknya ke sungai atau pada sumber-sumber air yang berdekatan dengan lokasi penggembalaan. Setelah sore hari ternak digembalakan untuk beristirahat di hutan atau di biarkan saja beristirahat pada malam hari di lokasi pekarangan rumah.

Curahan waktu kerja yang dibutuhkan oleh peternak kurang lebih 8 jam, namun waktu luang cukup besar dan terbuang begitu saja karena mencurahkan perhatian sepenuhnya bagi ternak dengan teknis seperti ini, sehingga kurang efisien. Peternak harus menunggu selama berjam-jam hanya untuk memindahkan ternak sambil mengontrolnya pada saat ternak merumput. Tetapi ada pula peternak yang hanya mengikat ternaknya secara berpindah-pindah 1-2 kali dan antara selang waktu ikat dapat digunakan untuk mengelola usaha lain, misalnya; mengelola kebun atau mengerjakan kegiatan usaha lainnya. Dengan cara seperti ini peternak tidak dapat mengontrol ternaknya pada waktu makan, karena konsentrasi kerjanya terbagi-bagi untuk mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus dalam sehari.

Pola kedua ini ada terbagi dalam dua mekanisme, yakni: (1) ternak digembalakan oleh peternak, dan (2) ternak dilepas begitu saja untuk merumput sendiri. Mekanisme pertama, teknisnya adalah ternak digembalakan oleh peternak untuk merumput sambil diawasi oleh peternak. Mekanisme ini cukup membutuhkan waktu kerja lama dan peternak hanya berkonsentrasi untuk penggembalaan saja, seiring dengan waktu ternak beristirahat merumput pada

siang hari peternak juga beristirahat, kemudian dilanjutkan sampai sore hari. Mekanisme kedua, setelah ternak digembalakan pada lahan perkebunan atau areal padang rumput, kemudian ternak dilepaskan sendiri untuk merumput selama seharian, yakni dari pagi sampai sore hari tanpa kontrol atau pengawasan dari peternak. Pada pola pertama dan kedua pemberian makanan penguat atau konsentrat jarang diberikan bagi ternak sapi, bahkan tidak diberikan. Peternak hanya mengandalkan hijauan makanan ternak (HMT) berupa rumput dan leguminosa dalam pemberian makan.

Efisiensi waktu kerja dan tenaga kerja memperlihatkan nilai rataan skor 3 berada pada kategori sedang. Waktu pemberian makan dengan pola ikat secara berpindah-pindah membutuhkan curahan waktu kerja yang lama, yakni berkisar antara 7-8 jam dan cukup menyita waktu kerja, karena peternak harus memindahkan ternak ke beberapa areal padang penggembalaan, misalnya pada lahan perkebunan kelapa, lapangan rumput umum atau dipinggir jalan. Selang waktu yang dibutuhkan kurang lebih 1-2 jam untuk memindahkan ternak sapi. Sedangkan pola lepas peternak membiarkan ternaknya merumput sendiri seharian di lokasi padang rumput, pada waktu sore hari ternak dimasukan ke hutan untuk istirahat. Dengan pola ini, kurang membutuhkan waktu kerja dan tenaga kerja sedikit, namun ternak tidak dikontrol oleh peternak dan bisa saja terjadi hal-hal yang negatif, misalnya ternak dapat merusak kebun orang.

Perawatan ternak memperlihatkan nilai rataan skor 1,8 berada pada kategori rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa perawatan bagi ternak kurang memadai, karena ternak dibiarkan pada padang penggembalaan seharian. Kemudian pada waktu sore hari ternak sudah berada di hutan untuk beristirahat pada malam hari. Penanganan kesehatan ternak memperlihatkan nilai rataan skor 2 berada pada kategori rendah. Ini berarti penanganan kesehatan ternak kurang dilakukan oleh peternak, bila terdapat ternak yang sakit barulah dilakukan pengobatan sedangkan kegiatan vaksinasi jarang dilakukan oleh peternak, pengontrolan terhadap ternak yang sakit tidak dilakukan.

Pengontrolan dan pengawasan ternak memperlihatkan nilai rataan skor 1,8 berada pada kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa pengontrolan dan pengawasan ternak kurang dilakukan oleh peternak, Hal ini sangat berakibat buruk bagi pengembangan usaha, kurangnya pengontrolan dan pengawasan memudahkan terjadi hal-hal yang negatif. Perlunya pengontrolan bagi ternak yang sakit, sehingga pengendalian atau pencegahan penyakit mudah dilakukan.

Karena lemahnya pengontrolan dapat menimbulkan beberapa hal, yakni: (I) sering ternak memakan dan merusak tanaman perkebunan milik orang lain, (2) kualitas hijauan (rumput) rendah, dan (3) mudah terserang penyakit.

Kemudahan dalam proses pemasaran memperlihatkan nilai rataan skor 3,4 berada pada kategori sedang. Bila ternak akan dipasarkan prosesnya agak sulit karena ternaknya berada pada lokasi atau padang penggembalaan yang jauh dari jalan umum, sehingga pedagang yang datang harus ke lokasi dan cukup menyita waktu dengan jarak tempuh yang jauh, angkutan sulit untuk menembus lokasi penggembalaan, membutuhkan beberapa kali negosiasi karena ternaknya harus dibawa ke rumah peternak baru dilakukan proses negosiasi.

Proses penampungan kotoran ternak dan penggunaannya sebagai pupuk memperlihatkan nilai rataan skor 2 berada pada kategori rendah. Artinya lokasi penggembalan cukup luas dan ternak berpindah-pindah lokasi, sehingga mempersulit dalam pengumpulan kotoran ternak sebagai pupuk, peternak juga tidak membuat bak penampungan kotoran. Menurut peternak bahwa hanya sewaktu-waktu bila diperlukan sebagai pupuk bagi tanaman barulah dikumpulkan.

Acaman dari gangguan luar/keamanan ternak dengan nilai rataan skor 2,4 berada pada kategori rendah. Dengan tidak menggunakan kandang, maka ternak dengan mudah mengalami ancaman dari gangguan luar serta keamanan ternak kurang terjamin. Peluang untuk terjadinya hal-hal yang negatif sangat besar karena perawatan ternak rendah, pengontrolan dan pengawasan ternak rendah, penanganan kesehatan rendah. Kandang bagi ternak sapi merupakan sarana yang diperlukan. Kandang berfungsi tidak hanya sekedar sebagai tempat berteduh atau berlindung dari hujan dan panas, melainkan bagi ternak sapi sebagai tempat istirahat yang nyaman.