• Tidak ada hasil yang ditemukan

BOARDING SCHOOL CONCEPT OF VALUE-BASED SOCIETY IN 21 ST CENTURY

10 Konsep Sekuler (memisahkan

agama dan ilmu pengtahuan, dan penerapan dalam kehidupan sehari- hari).

Islam Integrated (hal ini berdasar konsep ajaran agama islam yang meliputi bidang sosial, budaya, politik, science).

188 11 Nuansa

religious

Hampir tidak tampak.

Sangat kental, terlihat dari segi berpakaian dan kebiasaan yang diterapkan di sekolah (seperti puasa sunnah, shalat berjamaah, tutur kata,

attitude). 12 Pembagian

kelas

Putra/putri satu kela Putra/putri masing-masing dalam kelas terpisah, untuk meminimalisir ikhtilath (campur baur laki-laki dan perempuan),

sesuai yang dianjurkan ajaran Islam. 13 Fungsi

masjid

Hanya untuk shalat

dan acara

keagamaan pada hari-hari besar.

Aktif untuk shalat berjamah setiap hari, sebagai tempat belajar dan diskusi, seperti tahfiz, dan mentoring, serta sangat aktif untuk acara keagamaan.

Keunggulan Boarding School

Banyak keunggulan yang terdapat dalam sistem pemondokan atau boarding school ini. Dengan sistem mesantren atau mondok, seorang siswa atau santri tidak hanya belajar secara kognitif, melainkan juga afektif dan psikomotor. Untuk menghadapi era modernisme seperti sekarang ini, otak siswa tidak lagi cukup dengan dipenuhi ilmu pengetahuan, melainkan perlu keterampilan dan kecerdasan dan berhati nurani. Sebab, pada kenyataannya, dalam menghadapi kehidupan, manusia menyelesaikan masalah tidak cukup dengan kecerdasan intelektual, melainkan perlu kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ). Mengajarkan kecerdasan emosional dan spiritual tidak cukup dilakukan secara kognitif, sebagaimana mengajarkan kecerdasan intelektual. Dalam hal ini diperlukan proses internalisasi dari berbagai pengertian yang ada dalam rasio ke dalam hati sanubari.

Salah satu cara terbaik mengajarkan dunia afektif adalah pemberian teladan dan contoh dari para pemimpin dan orang-orang yang berpengaruh di sekitar anak. Dengan mengasramakan anak didik sepanjang 24 jam, anak didik tidak hanya mendapatkan pelajaran secara kognitif, melainkan dapat menyaksikan langsung bagaimana perilaku ustadz, guru, dan orang-orang yang mengajarkan mereka. Para siswa bisa menyaksikan langsung, bahkan mengikuti imam, bagaimana cara salat yang khusuk, misalnya. Ini sangat berbeda dengan pelajaran salat, misalnya, yang tanpa disertai contoh dan pengalaman makmum kepada imam yang salatnya khusuk.

Di samping itu, dengan sistem boarding school, para pimpinan pesantren dapat melatih psikomotorik anak lebih optimal. Dengan otoritas dan wibawa yang dimiliki, para guru mampu mengoptimalkan psikomotorik siswa, baik sekadar mempraktikkan berbagai mata pelajaran dalam bentuk gerakan-gerakan motorik kasar maupun motorik lembut, maupun berbagai gerakan demi kesehatan jiwa dan psikis anak.

Karena sistem boarding school mampu mengoptimalkan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor siswa, maka sistem mesantren ini memiliki prasyarat agar para guru dan pengelola sekolah siap mewakafkan dirinya selama 24 jam. Selama siang dan malam ini, mereka melakukan proses pendidikan, baik ilmu pengetahuan, maupun memberikan contoh bagaimana mengamalkan berbagai ilmu yang diajarkan tersebut.

Kelebihan-kelebihan lain dari sistem ini adalah sistem boarding lebih menekankan pendidikan kemandirian. Berusaha menghindari dikotomi keilmuan (ilmu agama dan ilmu umum). Dengan pembelajaran yang mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu umum diharapkan akan membentuk kepribadian yang utuh setiap siswanya.

189 Selain itu, ada juga beberapa keunggulan Boarding School jika dibandingkan dengan sekolah regular, yaitu: 1). Program Pendidikan Paripurna dimana dapat merancang program pendidikan yang komprehensif-holistic dari program pendidikan keagamaan, academic development, life skill (soft skill dan hard skill) sampai membangun wawasan global. Bahkan pembelajaran tidak hanya sampai pada tataran teoritis, tapi juga implementasi baik dalam konteks belajar ilmu ataupun belajar hidup. 2) Fasilitas Lengkap. 3) Guru yang Berkualitas dimana sekolah boarding school menentukan persyaratan kualitas guru yang lebih jika dibandingkan dengan sekolah konvensional. Kecerdasan intellectual, social, spiritual, dan kemampuan paedagogis-metodologis serta adanya ruh mudarris pada setiap guru di sekolah berasrama. Ditambah lagi kemampuan bahasa asing: Inggris, Arab bahkan Mandarin. 4) Lingkungan yang Kondusip dalam artian semua elemen yang ada dalam komplek sekolah terlibat dalam proses pendidikan. 5) Siswa yang heterogen, mampu menampung siswa dari berbagai latar belakang yang tingkat heteroginitasnya tinggi. Siswa berasal dari berbagai daerah yang mempunyai latar belakang social, budaya, tingkat kecerdasan, kemampuan akademik yang sangat beragam. 6) Jaminan Keamanan, sekolah berasrama berupaya secara total untuk menjaga keamanan siswa-siswinya. 7) Jaminan Kualitas, sekolah Boarding school dengan program yang komprehensif-holistik, fasilitas yang lengkap, guru yang berkualitas, dan lingkungan yang kondusif dan terkontrol, dapat memberikan jaminan kualitas jika dibandingkan dengan sekolah konvensional.

Konsep Boarding school berbasis nilai sosial masyarakat

Seperti yang telah kita ketahui bahwa boarding school merupakan perpaduan antara pendidikan pesanten dan sekolah, dimana output yang dihasilkan siswa mempunyai kepribadian yang islami, kemandirian, dan kepedulian terhadap sesama. Dengan adanya pengimplementasian di masyarakat dalam artian siswa diberikan sebuah tugas untuk mengamalkan ilmu yang telah diperoleh di boarding school, dengan contoh siswa ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembimbing mengaji di kampung halamannya. Selain itu, dengan adanya pembelajaran multikulturalisme di boarding school siswa akan lebih menghargai perbedaan-perbedaan baik dari suku, budaya bahkan bahasa termasuk agama. Multikulturalisme di Indonesia merupakan pengakuan akan kebinekaan bangsa Indonesia yang terdiri dari ratusan suku bangsa dengan kebudayaannya masing-masing yang telah merupakan Weltanschauung bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang hidup di dalam masyarakat nusantara yang bineka perlu dipertahankan dan dikembangkan menghadapi perubahan abad 21. Kompetensi yang dapat dikembangkan oleh pelaksanaan nilai-nilai multikulturalisme yaitu : kompetensi Komunikasi, kolaborasi, kreativitas, inovasi, kemampuan berfikir kritis. (Tilaar, 2012). Selanjutnya boarding school mempersiapkan generasi yang terampil dan siap hidup terutama dalam memasuki persaingan ketat di masa depan khususnya dalam kehidupan internasional yang semakin mengglobal, dengan berbekal kemampuan menjadi: 1) Seorang pembelajar, 2) Seorang wirausahawan yang mandiri, 3) Seorang pemimpin mulai dari lingkungannya (Abdurrahman wahid, 1999 hal 13). SIMPULAN

system boarding school adalah himpunan komponen yang saling berkaitan dalam suatu lembaga yang didalamnya tidak hanya memberikan pengajaran akan tetapi menyatukan tempat tinggal dengan sekolah. Kurikulum dan penanaman karakter peserta didik di boarding school

dirancang dengan tujuan membentuk pribadi siswa berkarakter. Karakter yang dimaksud yakni kepribadian yang islami, kemandirian, dan kepedulian terhadap sesama. Boarding school

memadukan pendidikan agama dengan pendidikan umum yang diharapkan siswa dapat menyeimbangkan antara pengetahuan dengan praktik di lingkungan. Perbedaan sekolah formal dan boarding school sangatlah signifikan baik dari fasilitas, system pendidikan, proses pendidikan, pembagian kelas, nuansa religious bahkan kurikulum pun berbeda. Banyak keunggulan ataupun kelebihan dari boarding school itu sendiri, diantaranya mengajarkan

190 kecerdasan emosional dan spiritual, melatih psikomotorik lebih optimal, menekankan pendidikan kemandirian, program pendidikan paripurna, lingkungan yang kondusif, dan yang terpenting output yang dihasilkan siswa mempunyai kepribadian yang islami, kemandirian, dam kepedulian terhadap sesama. Selain itu, dengan adanya pengamalan dimasyarakat dan adanya pembelajaran multikulturalisme akan menjadikan sekolah boarding school dimata masyarakat sangat baik dan akan menjadi pilihan alternative ditengah permasalahan degradasi moral peserta didik. Selain itu, kompetensi yang dapat dikembangkan oleh pelaksanaan nilai- nilai multikulturalisme yaitu : kompetensi Komunikasi, kolaborasi, kreativitas, inovasi, kemampuan berfikir kritis, sehingga siswa diharapkan dapat menyesuaikan dirinya terhadap situasi dan kondisi yang terjadi di abad 21.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Wahid, Pondok Pesantren Masa Depan Dalam Pesantren Masa Depan, ( Jakarta : bumi aksara 1999 )

Arif Rohman, Kebijakan Pendidikan Analisis Dinamika formulasi dan Implementasi, (Yogyakarta: Aswaja Presindo, 2012), 137

Maskudin, Pendidikan Islam Alternatif: Membangun Karakter Melalui System Boarding School, (yogyakarta Unypress, 2010)

Fa’uti Subhan, Membangun sekolah Unggulan Dalam Sistem Pesantren, ( Surabaya : Alpha 2006 ), 39

Sutrisno, Problem dan Solusi Pendidikan Sekolah Berasrama (Boarding School), 8 september 2008, dalam http://sutris02.wordpress.com/author/sutris02/. Di akses pada 5 Desember 2016 Tilaar, H. A. R. 2004. Multikulturalisme. Tantangan-tantangan global Masa Depan dalam Transformasi Pendidikan Nasional. Gasindo, Jakarta

http://yani-blogspot.blogspot.co.id/2012/07/v-behaviorurldefaultvmlo.html. diakses pada 5 Desember 2016

(http://www.slideshare.net/srijadi/uu-no-20-2003-sistem-pendidikan-nasional. Diakses pada 5 Desember 2016

191

KEKERASAN SIMBOLIK DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI: