• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MEMBANGUN KARAKTER ANAK BANGSA

B. Mengenal Generasi “Z”

Generasi Z bisa disebut juga dengan generasi hening (silent generation), i-generation, generasi net, atau generasi internet yang mana pada generasi ini hidup di era digital atau dapat dikatakan mereka yang hidup dengan serba kemudahan dalam mengakses segala sesuatu dengan menggunakan kecanggihan teknologi.

117 Pratama (2012, hlm 35) menjelaskan bahwa generasi Z atau yang kemudian banyak dikenal dengan generasi digital merupakan generasi muda yang tumbuh dan berkembang dengan sebuah ketergantungan yang besar pada teknologi digital.

Berkaitan dengan hal di atas, generasi Z mempunyai karakteristik yang khas dimana mereka hidup sejalan bersama media-media berbasis digital semakin berkembang serta teknologi-teknologi semakin canggih dengan kemudahan untuk mengakses internet tanpa batas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa generasi Z tumbuh dan dibesarkan dengan bermaca-macam aplikasi-aplikasi berbasis internet atau pun tanpa berbasis internet yang dapat menunjang kehidupannya.

Orang - orang yang termasuk dalam Generasi Z sejak dini sudah mengenal atau mungkin bisa juga diperkenalkan dan terbiasa dengan berbagai macam dan bentuk gadgets serta aplikasi yang canggih tersebut. Hal ini baik secara langsung atau tidak langsung sangat berpengaruh terhadap perkembangan perilaku, kepribadian, bahkan pada pendidikan dan hasil belajarnya pula bagi mereka yang masih berstatus sebagai peserta didik. Disamping keunggulan anak - anak generasi Z terdapat kelemahan, misalnya mereka kurang terampil dalam melakukan komunikasi verbal, selain itu juga generasi Z kurang menyukai proses, mereka pada umumnya cenderung kurang sabar dan menyukai hal - hal yang serba instan. C. Karakteristik Generasi Z

Generasi Z memiliki karakteristik prilaku dan kepribadian diantaranya. 1. Fasih teknologi

Salahsatu karakteristik yang ada pada generasi Z adalah mereka yang termasuk orang- orang yang mahir dan terbiasa dengan menggunakan teknologi informasi termasuk berbagai fasilitas dan aplikasi computer. Segala informasi yang dibutuhkan dapat dengan mudah dan cepat diakses demi kepentingan hidup sehari-hari maupun kepentingan dalam pembelajarannya.

2. Multitasking

Karakteristik generasi Z lainnya adalah multitasking atau bisa dikatakan orang-orang yang biasa melakukan berbagai kegiatan dalam sebuah aplikasi secara bersamaan. Mereka bisa membaca, menonton, ataupun mendengarkan musik secara bersamaan. Mereka pun lebih menginginkan segala sesuatu dapat dilakukan dengan cepat, dan menghidari segala sesuatu yang membutuhkan waktu yang cukup lama.

3. Bermentanl Instan

Karakteristik generasi Z lainnya adalah bermental instan atau bisa dikatakan mereka tidak mau mendapatkan hasil tanpa melalui perjuangan atau sebuah proses yang membutuhkan pengorbanan dan perjuangan. Mereka pun lebih cenderung mengambil jalan pintas dalam mendapatkan sesuatu seperti menyelesaikan tugas sekolah dengan mencari di internet dan meng-copy tanpa adanya proses elaborasi dari pemikirannya.

4. Anti Sosial

Karakteristik generasi Z lainnya adalah anti sosial atau bisa dikatakan mereka lebih cenderung asik dengan dunianya sendiri atau lebih terjerat dalam kecanggihan teknologi walaupun mereka dapat berkomunikasi dengan orang-orang melalui aplikasi-aplikasi sosial tetapi ruang gerak aktifitasnya hanya dalam bentuk virtual dan tidak menyentuh ranah afektif dan pskimotoriknya.

5. Apatis

Karakteristik generasi Z lainnya adalah apatis atau bisa dikatakan mereka tidak peduli terhadap perubahan lingkungan disekitarnya dan lebih cenderung menutup diri terhadap perubahan yang terjadi pada lingkungan disekitarnya.

118 D. Indikator Generasi Z

Santosa (2015, hlm 20) menjelaskan beberapa indikator anak - anak yang termasuk ke dalam Generasi Z atau Generasi Net:

1. Memiliki ambisi besar untuk sukses

Anak zaman sekarang cenderung memiliki karakter yang positif dan optimis dalam menggapai mimpi mereka.

2. Cenderung praktis dan berperilaku instan (speed)

Anak-anak di era generasi Z menyukai pemecahan masalah yang praktis. Mereka tidak menyukai berlama-lama meluangkan proses panjang mencermati suatu masalah. Hal ini disebabkan anak-anak ini lahir dalam dunia yang serba instan.

3. Cinta kebebasan dan memiliki percaya diri tinggi

Generasi ini sangat menyukai kebebasan. Kebebasan berpendapat, kebebasan berkreasi, kebebasan berekspresi, dan lain sebagainya. Mereka lahir di dunia yang modern, dimana sebagian besar dari mereka tidak menyukai pelajaran yang bersifat menghafal. Mereka lebih menyukai pelajaran yang bersifat eksplorasi. Anak-anak pada generasi ini mayoritas memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Mereka memiliki sikap optimis dalam banyak hal.

4. Cenderung menyukai hal yang detail

Generasi ini termasuk dalam generasi yang kritis dalam berpikir, dan detail dalam mencermati suatu permasalahan atau fenomena. Hal ini disebabkan karena mudahnya mencari informasi semudah mengklik tombol search engine.

5. Berkeinginan besar untuk mendapatkan pengakuan

Setiap orang pada dasarnya memiliki keinginan agar diakui atas kerja keras, usaha, kompetensi yang telah didedikasikannya. Terlebih generasi ini cenderung ingin diberikan pengakuan dalam bentuk reward (pujian, hadiah, sertifikat, atau penghargaan), karena kemampuan dan eksistensinya sebagai individu yang unik.

6. Digital dan teknologi informasi

Sesuai dengan namanya, generasi Z atau generasi Net lahir saat dunia digital mulai merambah dan berkembang pesat di dunia. Generasi ini sangat mahir dalam menggunakan segala macam gadget yang ada, dan menggunakan teknologi dalam keseluruhan aspek serta fungsi sehari-hari. Anak-anak pada generasi ini lebih memilih berkomunikasi melalui dunia maya, media sosial daripada menghabiskan waktu bertatap muka dengan orang lain. E. Pendidikan dan Kebudayaan

Lahirnya kebudayaan merupakan peran dari pendidikan dan adanya pendidikan tidak terlepas dari kebudayaan yang berlaku. Pilihan-pilihan dalam mendidik tidak lepas dari norma dan etika yang berlaku dari kebudayaan tertentu, sedangkan keberlangsungan budaya beserta perkembangannya juga merupakan campur tangan dari proses mendidik. Intinya keduanya menjadi bagian penting dalam keberadaan manusia sehingga menjadi kebutuhan dasar bagi manusia.

Berkaitan dengan hal di atas, Simanjuntak (Simanjuntak 2014, hlm 4) menjelaskan bahwa pendidikan adalah bagian dari kebudayaan, sedangkan kebudayaan adalah suatu kebiasaan yang harus dipelajari. Dengan demikian bahwa pendidikan dapat mentransferkan nilai-nilai atau norma-norma kebudayaan melalui pendidikan dengan cara mempelajari kebiasaan-kebiasaan dari kebudayaan tersebut.

Pendidikan secara praktis tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai budaya. Dalam menjaga dan melestarikan kebudayaan itu sendiri, secara proses mewariskan nilai-nilai kebudayaan yang paling efektif adalah dengan melalui proses pendidikan. Keduanya sangat erat sekali hubungannya karena saling melengkapi dan mendukung antara satu sama lainnya yang diibaratkan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan.

119 Tujuan pendidikan pun adalah melestarikan dan selalu meningkatkan kebudayaan itu sendiri, dengan adanya peran pendidikan kita dapat mewariskan nilai-nilai kebudayaan itu sendiri dari satu generasi ke generasi lainnya. Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup (living organisme). Dengan demikian kepribadian seseorang dapat dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan.

Terlepas dari hal di atas, Tilaar (2007, hlm 34) menjelaskan bahwa selain jalur informal di dalam membangkitkan identitas Indonesia tidak kurang pentingnya pula melalui jalur informal. Pergaulan di dalam keluarga, di dalam masyarakat lokal sangat menentukan timbulnya rasa penghargaan terhadap budaya sendiri serta sekaligus membina identitas bangsa Indonesia.

Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa lingkungan sekolah yang merupakan jalur formal adalah tempat dimana nilai-nilai kebudayaan dapat diserap oleh peserta didik melalui proses pembelajaran. Di samping itu pula bahwa hubungan pendidikan dan kebudayaan yang dikemas dalam sebuah proses pembelajaran pula merupakan salahsatu pelestarian jati diri bangsa Indonesia yang saat ini telah terkikis dan menjelang kehancuran oleh budaya asing yang dikonsumsi oleh generasi muda Indonesia.