• Tidak ada hasil yang ditemukan

Solusi Mengatasi Permasalahan Generani Futuristik : Bullying di Sekolah Dasar

DI SEKOLAH DASAR”

4. Solusi Mengatasi Permasalahan Generani Futuristik : Bullying di Sekolah Dasar

Bullying berasal dari kata Bully, yaitu suatu kata yang mengacu pada pengertian adanya “ancaman” yang dilakukan seseorang terhadap orang lain (yang umumnya lebih lemah atau “rendah” dari pelaku), yang menimbulkan gangguan psikis bagi korbannya (korban disebut

bully boy atau bully girl) berupa stres (yang muncul dalam bentuk gangguan fisik atau psikis, atau keduanya; misalnya susah makan, sakit fisik, ketakutan, rendah diri, depresi, cemas, dan lainnya).

Bully biasanya berlangsung dalam waktu yang lama (tahunan) sehingga sangat mungkin mempengaruhi korban secara psikis. Seorang korban Bully juga merasa marah dan kesal dengan kejadian yang menimpa mereka. Munculnya perasaan marah, malu dan kecewa pada diri sendiri karenanya “membiarkan” kejadian tersebut. Namun, mereka tak kuasa “menyelesesaikan” hal tersebut, termasuk tidak berani untuk melaporkan pelaku pada orang dewasa karena takut dicap penakut, tukang ngadu, atau bahkan disalahkan. Munculnya penekanan bahwa bully dilakukan oleh anak usia sekolah, dimana salah satu karakteristik anak usia sekolah adalah egosentrisme (terpusat pada dirinya) yang paling dominan. Bullying terbagi menjadi 3 bentuk :

a. Fisik (memukul, menampar, memalak atau meminta paksa yang bukan miliknya, pengeroyokan menjadi eksekutor perintah senior).

b. Verbal (memaki, mengejek, menggosip, membodohkan dan mengkerdilkan). c. Psikologis (mengintimdasi, mengecilkan, mengabaikan, mendiskriminasikan).

Karakteristik korban bully adalah mereka yang tidak mampu melawan atau mempertahankan dirinya dari tindakan tersebut. Bully biasanya muncul di usia sekolah. Pelaku

Bully memiliki karakteristik tertentu. Umumnya mereka adalah anak-anak yang berani, tidak mudah takut, dan memiliki motif dasar tertentu. Motif utama yang biasanya ditenggarai terdapat pada pelaku Bully adalah adanya agresifitas. Padahal, ada motif lain yang juga bisa dimiliki pelaku Bully, yaitu rasa rendah diri dan kecemasan. Bully menjadi bentuk pertahanan diri (defence mechanism) yang digunakan pelaku untuk menutupi perasaan rendah diri dan kecemasannya tersebut. “Keberhasilan” pelaku melakukan tindakan bully bukan tak mungkin berlanjut ke bentuk kekerasan lainnya, bahkan yang lebih dramatis.

Ada yang menarik dari karakteristik pelaku dan korban Bully. Korban Bully mungkin memiliki karakteristik yang bukan pemberani, memiliki rasa cemas, rasa takut, rendah diri, yang kesemuanya itu (masing- masing atau sekaligus) membuat si anak menjadi korban Bully. Akibat mendapat perlakuan ini, korban pun mungkin sekali menyimpan dendam atas perlakuan yang ia alami.

48 Selanjutnya, bukan tak mungkin, korban Bully, menjadi pelaku Bully pada anak lain yang ia pandang sesuai dengan tujuannya, yaitu untuk mendapat kepuasan dan membalaskan dendam. Ada proses belajar yang sudah ia jalani dan ada dendam yang tak terselesaikan. Kasus di sekolah-sekolah, dimana kakak kelas melakukan Bully pada adik kelas, dan kemudian Bully

berlanjut ketika si adik kelas sudah menjadi kakak kelas dan ia kemudian melakukan Bully

pada adik kelasnya yang baru, adalah contoh dari pola Bully yang dijelaskan di atas.

Tindakan Bullying bisa terjadi dimana saja, terutama tempat-tempat yang tidak diawasi oleh guru atau orang dewasa lainnya. Pelaku akan memanfaatkan tempat yang sepi untuk menunjukkan “kekuasaannya” atas anak lain, agar tujuannya tercapai. Sekitar toilet sekolah, pekarangan sekolah, tempat menunggu kendaraan umum, lapangan parkir, bahkan mobil jemputan dapat menjadi tempat terjadinya Bullying.

Sebagai orang tua, kita wajib waspada akan adanya perilaku bullying pada anak, baik anak sebagai korban atau sebagai pelaku. Tanda-tanda :

a. Munculnya keluhan atau perubahan perilaku atau emosi anak akibat stres yang ia hadapi karena mengalami perilaku bullying (anak sebagai korban).

b. Laporan dari guru atau teman atau pengasuh anak mengenai tindakan bullying yang terjadi pada anak.

Agar Anak Tidak Pernah Terlibat dalam Bullying :

1) Tumbuhkan pada anak-anak kita sebagai pribadi yang kuat dan tegar dengan soko gan moral dan pasokan kepercayaan diri yang cukup.

2) Berilah mereka respek agar anak bisa menghargai dirinya dan menghargai orang lain. 3) Kenalilah kekuatan dan bakat anak, lalu pupuklah dan beri semangat pada anak untuk

mencetak prestasi sebanyak mungkin tapi bukan juga sebuah paksaan

4) Ajarkan bahwa kekerasan tidak bisa dibalas dengan kekerasan juga, melainkan dengan sikap yang sopan dan peduli.

Efek Bullying : a. Prestasi menurun

b. Tampak depresi, kesepian dan gelisah

c. Memiliki kepercayaan diri yang rendah atau jika tadinya ia baik – baik saja, prestasinya akan menurun

d. Sering absen dari sekolah, baik membolos atau berpura – pura sakit e. Sering merasa tidak enak badan, sakit secara fisik

f. Memikirkan tentang bunuh diri.

Tindakan yang Perlu Diambil untuk Mengantisipasi Terjadinya Kekerasan di Sekolah 1. Pembelajaran dapat dilakukan membacakan cerita atau mainkan pertunjukkan boneka di

depan anak-anak tentang bagaimana berteman, kemudian mendiskusikan cerita tersebut. Diskusi itu berisi tentang perilaku-perilaku yang nyaman dan tidak nyaman bagi teman ketika bermain, misalnya ada gambar anak merebut mainan. Kemudian guru mengajak murid-murid mendiskusikan bagaimana pendapat mereka tentang hal tersebut, jika hal ini terjadi pada mereka, apa yang harus mereka lakukan.

2. Guru juga mendramatisasikan tema-tema yang terkait dengan bullying atau kekerasan, misalnya dalam dramatisasi itu diceritakan tentang anak yang sering memamerkan mainan dan mengejek teman lain yang tidak memiliki mainan yang sama, setelah itu guru membahas bersama anak-anak di kelas, bagaimana seharusnya bermain yang membuat teman lain merasa nyaman.

3. Pihak sekolah juga mengadakan kegiatan bermain bersama kakak kelas dan adik kelas untuk mengajarkan anak sedini mungkin bagaimana menghargai sesama.

49 4. Guru mengajarkan murid untuk membuat yel-yel tentang sayang teman, karena cara ini jika

diucapkan setiap hari tanpa disadari akan terekam di memori anak.

5. Anak-anak juga diajarkan jika mendapat perlakuan tidak menyenangkan mereka bisa bicara kepada guru kelas atau orangtua, dan jika ada teman yang melakukan kekerasan pada mereka, pihak guru sudah mengajarkan untuk dapat mengatakan kepada si pelaku bahwa mereka tidak suka/tidak nyaman dengan perlakuan si pelaku

6. Jika sudah terjadi kekerasan/ bullying, guru akan memanggil si pembully/ pelaku dan anak yang dibully/ korban. Lalu guru terkait akan mengajak bicara (tentunya dengan nada suara yang wajar, bukan menghakimi), intinya si pelaku diberi pemahaman bahwa tindakannya membuat teman lain merasa tidak nyaman. Orangtua yang bersangkutan juga akan dipanggil dan akan diinformasikan hal yang terjadi pada anak mereka,tentunya dengan pendekatan yang persuasif. Guru menggandeng dan mengajak orangtua bersama-sama agar membantu mengatasi permasalahan anak mereka.

Penaggulangan Bullying : 1) Dengarkan secara seksama penjelasan anak.

2) Usahakan bantu anak untuk mengatasi ketidaknyamanan yang ia rasakan, jelaskan apa yang terjadi dan mengapa hal itu terjadi. Pastikan menerangkan dalam bahasa sederhana dan mudah dimengerti anak. JANGAN PERNAH MENYALAHKAN ANAK atas tindakan

bullying yang ia alami.

3) Meminta bantuan pihak ketiga untuk membantu mengembalikan anak ke kondisi norma, bukalah mata kita sebagai orang tua. Jangan tabu untuk mendengarkan masukan pihak lain. 4) Amati perilaku dan emosi anak, bahkan ketika kejadian bully yang ia alami sudah lama berlalu (biasanya korban menyimpan dendam dan potensial menjadi pelaku di kemudian waktu). Bekerja samalah dengan pihak sekolah (guru). Mintalah mereka membantu dan mengamati bila ada perubahan emosi atau fisik anak anda. Waspadai perbedaan ekspresi agresi yang berbeda yang ditunjukkan anak anda di rumah dan di sekolah (ada atau tidak ada orang tua / guru / pengasuh).

5) Rangkailah kedekatan dengan teman-teman anak kita. Cermati cerita mereka tentang anak kita. Waspadai perubahan atau perilaku yang tidak biasa.

SIMPULAN

Kasus bullying di tingkat sekolah dasar semakin membudaya, anak kelas II SD sudah berani memukul secara fisik teman sendiri, dengan mengatasnamakan meniru salah satu acara yang tayang di media elektronik. Kemudian pelecehan secara verbal yang muncul, sampai berujung pada penghinaan tingkat sosial dan sebagainya. Kecenderungan yang terjadi itulah maka perubahan tindakan generasi muda bisa berakibat patal dikemudian hari. Untuk menjawab permasalah tersebut, salah satunya adalah tindakan yang dilakukan di sekolah yaitu kita sebagai pendidik harus memahami akan ilmu mendidik anak dengan melihat pada tahap perkembangan usia anak SD. Bukan hanya berbicara seputar transfer ilmu saja, tapi kita sebagai orang dewasa (pendidik) harus memiliki kemampuan untuk medidik, melatih bahkan membimbing anak didik menuju hal yang lebih membangun. Kemudian melihat pada tatanan karakter usia SD, mereka memerlukan sentuhan yang luar biasa dari gurunya baik berupa kasih sayang ataupun perhatian lebih dengan sistem bimbingan konseling.

DAFTAR PUSTAKA