• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN KARAKTER BEBRBASIS BUDAYA LOKAL PADA DIMENSI SEKOLAH DASAR

Oleh: Dudu Suhandi Saputra , Yuyu Yuliati Universitas Majalengka/d.suhandi.s@gmail.com

ABSTRACT

The more the erosion of a sense of love and respect the local culture to be one of the central issues in the middle of the swift currents of globalization, modernization and competition between nations. Given that the local culture is the identity of a nation that must constantly be on guard conserve so it will need a strategic move to increase love and care for the local cultural wisdom ranging from early on. In order to realize these objectives, one way to reach them with integrated local cultural values in the learning process and extra-curricular early in school. Character education is integrated in the learning process is a system of cultivation of character values to students, which includes knowledge, awareness, willingness, as well as actions to implement these values so that students can make decisions wisely and apply it in our daily lives.

Keywords: character education, local culture

1. Pendahuluan

Indonesia merupakan bangsa yang memiliki kekayaan budaya terbesar di dunia, hal tersebut dapat dilihat dari sosio kultural maupun geografis yang begitu luas serta beragam. Indonesia memiliki kurang lebih 300 suku serta hampir 200 bahasa yang berbeda.

Derasnya arus globalisasi, modernisasi dan ketatnya persaingan antar bangsa dikhawatirkan dapat mengakibatkan terkikisnya rasa kecintaan terhadap kebudayaan lokal. Sehingga kebudayaan lokal yang merupakan warisan leluhur terinjak-injak oleh budaya asing, tereliminasi di kandangnya sendiri dan terlupakan oleh para pewarisnya, bahkan banyak pemuda yang tidak mengenali budaya daerahnya sendiri. Mereka cenderung lebih bangga dengan karya-karya asing, dan gaya hidup yang kebarat- baratan dibandingkan dengan kebudayaan lokal di daerah mereka sendiri.

Slogan "aku cinta produk lokal. aku cinta buatan Indonesia" sepertinya hanya menjadi ucapan belaka, tanpa ada aplikasi nyata yang mendukung pernyataan tersebut. Tidak ada lagi tradisi yang seharusnya terwariskan dari generasi sebelumnya. Modernisasi mengikis budaya lokal menjadi kebarat-baratan, sedangkan puritanisme sering menganggap budaya sebagai praktik sinkretis yang harus dihindari. Dengan keadaan yang seperti ini perlu ditanamkan nilai-nilai nasionalisme kepada para pemuda untuk meningkatkan kecintaan pemuda terhadap kebudayaan lokal. Maka, sangat diperlukan langkah strategis untuk meningkatkan rasa cinta dan peduli terhadap kearifan budaya lokal kepada para pemuda.

Kebudayaan lokal merupakan kebudayaan yang sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat adat. Namun yang terjadi pada pemuda sangat berbeda dengan apa yang kita pahami tentang kebudayaan lokal, bahkan kebudayaan itu sudah terkikis dan tergantikan oleh budaya asing yang sama sekali tidak kita pahami.

Pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan

143 untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik agar memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah. Tujuan pendidikan dasar menekankan pada dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan atau kreativitas untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

Pendidikan hendaknya mampu berperan aktif dalam menyiapkan sumber daya manusia yang terdidik, serta memiliki daya saing tinggi dalam menghadapi berbagai tantangan zaman. Sumber daya manusia yang tidak hanya menguasai teori-teori saja, akan tetapi harus mampu dalam menerapkan dan mengimplementasikan ilmu yang telah didapatkan pada jenjang pendidikan formal pada kehidupan nyata.

Sumber daya manusia yang memiliki karakter dapat dicapai melalui penyelenggaraan pendidikan yang beorientasi pada pembentukan jati diri bangsa. Guna eksistensi budaya tetap kukuh, maka perlu adanya penanaman rasa cinta akan kebudayaan local khususnya di daerah kepada generasi penerus bangsa. Guna terwujudnya tujuan tersebut, salah satu cara yang dapat ditempuh diantaranya dengan mengintegerasikan nilai-nilai budaya local dalam proses pembelajaran, ekstra kurikuler, serta kegiatan kesiswaan lainnya.

Pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada siswa yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, kemauan, serta tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Mahas Esa, sesama manusia, lingkungan, bangsa, dan diri sendiri yang terwujud dalam pola pikir, sikap perasaan, pebuatan, serta perkataan yang berdasarkan norma yang berlaku di masyarakat, budaya serta adat istiadat. Dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah, hendaknya semua komponen harus dilibatkan. Keterlibatan antar kompenen diantaranya isi kurikulum, proses pembelajaran, penilaian pembelajaran, pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, serta pelaksanaan aktivitas dan kegiatan ko-kurikuler.

Pendidikan karakter dimaknai sebagai upaya guna mendorong siswa agar tumbuh dan berkembang dengan kompetensi berpikir dan berpegang teguh pada prinsip-prinsip moral dalam hidup, serta memiliki keberanian dalam melakukan yang benar meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan.

Budaya lokal merupakan akumulasi dari pengetahuan serta kebijakan yang tumbuh dan berkembang dalam sebuah komunitas dengan mempresentasikan perspektif tologi, kosmologi, dan sosiologi nya. Salah satu upaya membangun karakter berbasis budaya lokal sejak dini melalui pendidikan dianggap sebagai langkah yang tepat. Sekolah sebagai lembaga formal menjadi letak dasar pendidikan. Pendidikan di sekolah merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Melalui pendidikan di sekolah diharapkan akan menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Jika melihat tujuan pendidikan nasional, maka manusia yang berkualitas tidak hanya terbatas pada tataran kognitif, tetapi juga afektif dan psikomotor. Pada praktiknya, mata pelajaran yang berkaitan dengan karakter serta budaya lokal dipandang merupakan pelajaran kelas nomor dua dan hanya dianggap sebagai pelengkap. Sekolah-sekolah menerapkannya sebatas formalitas untuk memenuhi tuntutan kurikulum yang dituangkan dalam berbagai peraturan. Kondisi demikian mengindikasikan aplikasi pendidikan karakter berbasis budaya lokal di sekolah masih mengambang.

Berdasarkan pemaparan di atas, pelaksanaan pendidikan karakter dengan berbasis budaya local perlu di awali sejak usia sekolah dasar. Hal tersebut bertujuan guna menjadikan menciptakan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas.

144 2. Pembahasan

a. Hakikat pendidikan karakter

Pendidikan karakter merupaka upaya dalam menanamkan nilai-nilai karakter kepada siswa dengan meliputi pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan tindakan guna melaksanakan nilai-nilai kebaikan serta kebajikan baik kepada tuhan yang maha esa, diri sendiri, maupun kepada orang lain dengan tujuan guna menjadi manusia yang memiiliki akhlak.

Hal tersebut dikemukakan oleh megawangi (kesuma, dkk. 2011;5) menyatakan bahwa “pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan memperaktikakannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan konstribusi yang positif kepada lingkungannya.” pada dasarnya pendidikan karakter mengajarkan siswa untuk membiasakan dengan cara berpikir dan berperilaku dalam menjalankan hidup sebagai makhluk sosial.

Memahami serta menghargai keragaman perlu membangun karakter siswa sejak dini. Pembentukan karakter siswa perlu dilaksanakan melalui pendidikan, baik pendidiakn formal maupun pendidikan informal. Hal senada diungkapkan oleh Raharjo (Zubaedi, 2011;6) mengemukakan bahwa pendidikan karakter adalah ‘suatu proses pendidikan secara holistis yang menghubungkan dimensi moral dengan ranah social dalam kehidupan perserta didik sebagai pondasi bagi terbentuknya generasi yang berkualitas yang mampu hidup mandiri dan memiliki prinsip suatu kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan

Pendidikan karakter di sekolah tidak semata-mata membelajarkan pengetahuan semata akan tetapi harus adanya penanaman moral, nilai-nilai etika, setetika, dan budi pekerti yang luhur. Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah haru melibatkan semua kompenen pendidikan itu sendiri, diantaranya: isi serta tujuan kurikulum, proses pembelajaran, penilaian pembelajaran, serta palaksanaan aktivitas dan kegiatan ko-kurikuler. Selain pendidikan di sekolah, pendidikan dalam masyarakat pun memiliki peranan penting dalam pembentukan karakter siswa. Lingkungan masyarakat dapat mempengaruhi implementasi penanaman nilai-nilai keragaman dalam pembentukan karakter.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan, bahwa pendidikan karakter merupakan usaha penanaman serta pengembangan nilai-nilai karakter siswa agar dapat mengambil keputusan dengan bijak serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

b. Hakikat budaya lokal

Budaya merupakan usaha guna memanusiakan manusia dengan tujuan untuk memahami makna peradaban itu sendiri. Taylor (liliweri, 2014:4) mengemukakan ‘kebudayaan sebagai kumpulan yang kompleks dari pengetahuan, kepercayaan, seni, hokum, moral, adat istiadat dan setiap kemampuan lain atau kebiasaan yang diperoleh oleh manusia sebagai anggota masyarakat.’

Sementara itu Naritoom (warigan, 2011;2) mengemukakan ‘local wisdom is the knowledge that discovered or acquired by local people through the accumulation of experiences in trials and integrated with the understanding of surrounding nature and culture, local wisdom is dynamic by function of created local wisdom

and connected to the global situation.’ Berdasarkan pemaparan di atas dapat dipahami bahwa budaya local memiliki menyirat konsep diantaranya:

1. Budaya local merupakan sebuah pengalaman panjang, yang diendapkan sebagai petunjuk perilaku sesorang

145 2. Budaya local tidak terlepas dari lingkungan pemilikanya (masyarakat)

3. Budaya local bersifat dinamis, fleksibel, terbuka, dan senantias menyesuaikan dengan perkembangan jaman

4. Kebuyaan local selalu berhubungan degan kehidupan manusia dan lingkungannya

5. Kebudayaan local muncul sebagai penjaga serta filter bagi iklim global yang melanda kehidupan manusia.

Kebudayaan local merupakan proses serta produk dari budaya manusia itu sendiri yang dimanfaatkan guna mempertahankan hidupnya. Jika ditinjau dari segi filososinya, budaya local dapat dikatagorikan kedalam dua aspek daintaranya kebudayaan local merupakan (a) gagasan, pemikiran, dan akal budi yang bersifat abstrak. (b) budaya local merupakan hal-hal konkrit dan dapat dilihat. Jika ditinjau pada dimensi fisik dari kebuayaan local meliputi aspek: upacara adat, cagar budaya, pariwisata alam, transportasi tradisional, permainan tradisional, prasarana budaya, pakaian adat, warisan budaya, museum, lembaga budaya, kesenian, desa budaya, kesenian dan kerajinan, dan cerita rakyat.

Budaya local merupakan modal utama dalam pembentukan karakter bangsa yang merupakan watak serta jati diri bangsa itu sendiri. Budaya local merupakan bagian dari kekayaan bangsa. Budaya local mengacu pada berbagai kekayaan budaya yang tumbuh dan berkembang dalam sebuah masyarakat yang dikenal, dipercaya, dan diakui sebagai elemen-elemen penting yang mampu mempertebal kohesi social diantara warga masyarakat itu sendiri. Budaya local dominan dengan nilai-nilai adat seperti bagaimana suatu kelompok social melakukan prinsip-prinsip konservasi, manajemen dan eksploitasi sumber daya alam. Wujud budaya local yang merupakan cerminan dari system pengetahuan yang bersumber pada nilai budaya pada seluruh daerah di Indonesia.

c. Implementasi pendidikan karakter berbasis budaya lokal

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terjadi dengan sangat pesat yang telah mengakibatkan adanya perubahan pada budaya masyarakat, perubahan budaya tersebut berakibat pada perubahan pendidikan itu sendiri. Baik budaya maupun pendidikan akan selalu berubah mengikuti perkembangan zaman, perkembangan pendidikan yang begitu pesat membawa perubahan pada keghidupan masyarakat. Hal tersrbut dapat dilihat dari perubahan pola serta gaya hidup masyarakat pada masa kini.

Baik budaya maupun pendidikan tidak dapat dipisahkan, karena pada hakekatnya pendidikan adalah proses pembudayaan. Hubungan antara pendidikan dan kebudayaan sangat erat, keduanya saling mempengaruhi satu sama lain. Kehidupan masyarakat tentu tidak dapat terlepas dari budaya yang telah sejak dahulu dijaga, dilestarikan, serta di pertahankan. Kebudayaan seuatu bangsa menjadi tolak ukur pada tata kehidupan masyarakatnya. Tampa kebudayaan yang kokoh suatu bangsa tidak dapat menjadi manusia yang berbudaya, manusia yang beraklah mulia, manusia yang dapat menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsanya.

Guna mempertahankan nilai budaya suatu masyarakat, diperlukan sarana untuk menyalurkan serta menyampaikan budaya beserta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, sarana tersebut salah atunya merupakan pendidikan. Melalui pendidikan, penyampaian dan penyaluran budaya dan nilai-nilai budaya akan mudah dilaksanakan. Pendidikan disekolah, dirumah maupun dimasyarakat harus

146 dapat memberikan pemahaman pada siswa bahwa pentingnya menjaga nilai-nilai luhur budaya.

Guna mewujudkan bangsa yang mimiliki karakter maka harus ditunjang dengan pola kurikulum pendidikan itu sendiri. Tatanan kurikulum sekolah harus memasukan unsur budaya pada mata pelajaran. Pendidikan yang bertujuan menjadikan peserta didik sebagai manusia yang berkualitas, berkarakter serta berahlak mulia tidak akan dapat terwujud jika dalam penyelenggaraan pendidikan mengabaikan nilai budaya. Budaya yang digunakan dalam pendidikan tentunya berasal dari budaya masyarakat itu sendiri. Pendidikan berbasis budaya ini menjadi model baru dalam pembelajaran. Guna mencapai sistem pendidikan yang maju dan berkembang sehingga dapat sesuai dengan standar mutu pendidikan maka haruslah dilandasi dengan nilai-nilai luhur budaya. Nilai luhur budaya yang dimaksud identik dengan pendidikan karakter yang harus ditanamkan pada siswa melalui berbagai strategi.

Masyarakat tanpa budaya tidak akan dapat memiliki tataan hidup yang teratur karna salah satu fungsi budaya adalah mengatur tata hidup masyarakat, tetapi budaya tidak akan berkembang dan tidak dapat terlestarikan jika tidak ada sarana untuk menyalurkannya, oleh sebab itu di perlukan pendidikan karena melalui pendidikanlah para generasi muda dapat mengetahui budaya serta dapat melestarikan budayanya.

Dampak pembentukan karakter yang berbasis budaya lokal sangat penting untuk pembangunan bangsa. Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, siswa akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosional merupakan bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan karena seseorang yang memiliki kecerdasan emosional akan lebih mudah dan lebih berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.

Pengelolaan pendidikan perlu mengupayakan prinsip keadilan, kebermaknaan, dan keramahan pada lingkungan. Pengelolaan pendidikan yang demikian dapat diupayakan melalui pendidikan yang berbasis sekolah dan berbasis masyarakat (sadar nilai) dengan pertimbangan balanced centralization-decentralization yang tetap menempatkan kepentingan daerah. Proses pendidikan dilakukan secara terpadu dengan menjadikan spiritualitas sebagai ruh. Dalam pembelajaran, perlu dilakukan penambahan durasi waktu efektif belajar sebagai konsekuensi logis orientasi keluaran (output) yang unggul. Di samping itu, pengelolaan pendidikan harus dilakukan secara transparan, adil, dan akuntabel. Guna mewujudkan hal tersebut, dalam proses pendidikan perlu dilibatkan orang tua dan masyarakat, baik dalam aspek akademik, maupun aspek nonakademik (terutama aspek moralitas). Dalam membangun karakter dengan berbasis budaya lokal, lingkungan pendidikan harus mengarahkan pada penciptaan lingkungan keluarga yang sarat dengan nilai agama, budaya, dan kebangsaan. Kehidupan di lingkungan fisik dan sosial yang bersih dan menarik. Dalam membangun dan menanamkan budaya lokal pada siswa, pendidikan dan tenaga kependidikan menjdai agen perubahan. Guru tidak hanya kompeten, akan tetapi harus menjadi teladan (baik dari segi sikap, pola pikir, dan perilaku), kreatif, dan professionalitas yang utuh.

Dalam melaksanakan pendidikan berbasis karakter dan budaya bangsa, strategi pengembangan pendidikan perlu mengonseptualisasikan individu sebagai makhluk utuh dengan menekankan pentingnya aspek moral. Proses pendidikan harus diupayakan untuk pendidikan nilai sedini mungkin dan sepanjang hayat. Program pendidikan dan kurikulum harus dikembangkan secara terpadu sesuai dengan latar

147 belakang sosial budaya dengan menempatkan nilai moral menjadi ruhnya. Aktivitas keseharian harus menempatkan pimpinan institusi dan pendidik menjadi model dan bertindak adil, amanah, dan kasih sayang. Pembelajaran hendaknya mampu menciptakan gerakan pendidikan nilai dan mengawalnya secara berkesinambungan, baik dalam konteks pendidikan formal, informal, maupun nonformal. Proses pendidikan hendaknya memberikan orientasi siswa baru dan melepas lulusan setiap jenjang pendidikan dengan materi nilai-nilai yang dapat diterima di masyarakat. Agar siswa tidak tercerabut dari akar budayanya, pendidikan perlu menginternalisasikan nilainilai yang dijunjung tinggi di masyarakat selama dalam proses pembelajaran dan pendidikan dengan mengupayakan lingkungan merupakan suatu strategi pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai sasaran belajar, sumber belajar, dan sarana belajar.

3. Kesimpulan

Pendidikan karakter diperlukan sebagai langkah strategis untuk meningkatkan rasa cinta dan peduli terhadap kearifan budaya lokal. Pendidikan karakter merupakan usaha penanaman serta pengembangan nilai-nilai karakter siswa agar dapat mengambil keputusan dengan bijak serta menerapkannya dalam kehidupan sehari- hari. Salah satu upaya membangun karakter berbasis budaya lokal sejak dini dapat dilakukan melalui proses pendidikan di sekolah dapat dilaksanakan mulai sejak tingkat sekolah dasar.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. (2007). Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses. Jakarta. Dharma kesuma, dkk. (2011). Pendidikan karakter: kajian teori dan praktik di sekolah,

Bandung: remaja rosda karya.

Lickona T. (2012). character matters persoalan karakter. Jakarta; Bumi Aksara Liliweri alo. (2014). Pengantar studi kebudayaan. Bandung; Nusa media

Masita. (2012). Pendidikan karakter berbasis budaya lokal pada masyarakat muslim. Malang; jurnal studi masyarakat islam vol. 15

Nucci P.L., Darcia N. (2016). Handbook pendidikan moral dan karakter. Bandung; Nusa media

Puskurbuk. (2011) Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter (Berdasarkan Pengalaman di Satuan Pendidikan Rintisan). Jakarta: Balitbang, Kemendiknas.

Suyitno imam. (2012). Pengembangan pendidikan karakter danbudaya bangsa berwawasan kearifan lokal. Malang; jurnal pendidikan karakter vol II

Wagiran. (2011). Pengembangan model pendidikan kearifan lokal dalam mendukung visi pembangunan provinsi daerah istimewa Yogyakarta 2020. Yogyakarta; jurnal penelitian dan pengembangan vol III.

Zubaedi, (2011). Desain pendidikan karakter; konsepsi dan aplikasi dalam lembaga pendidikan. Jakarta; kencana prenada media group

148

TREN KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK DALAM DUNIA