• Tidak ada hasil yang ditemukan

Testimoni Pak Ajan

4.1.4 Konsolidasi Lahan

Proses konsolidasi lahan yang seharusnya dilakukan tidak dapat dijalankan karena terkendala dengan belum adanya kejelasan tentang ganti rugi tanah. Konsolidasi lahan juga menyebabkan adanya penataan kembali dan penyesuaian atas kondisi terakhir dari luasan, batas dan letak bidang tanah yang tercantum dalam surat-surat yang dimiliki masyarakat berupa sertifi kat hak milik, akta, girik, SKT, SPPT dan bukti kepemilikan.29

Pada saat yang sama, dilakukan juga pertemuan dengan tiga orang perwakilan masyarakat dari Desa Pagar Bukit untuk mendapatkan keadilan yang seadil-adilnya dan manusiawi (point II.2) terkait dengan ganti rugi tanah masyarakat. Kemudian, ditetapkanlah harga ganti rugi tanah sebesar Rp 25/m2 dan harga tanam tumbuh masyarakat dengan berpedoman pada peraturan dan hasil penelitian tim Wasdal yang dibentuk pemerintah bukan berdasarkan musyawarah seperti yang dijanjikan diawal.30

Untuk mempercepat proses penyerahan lahan, Bupati menerbitkan surat yang menyatakan bahwa untuk tahap pertama pembangunan kebun kelapa sawit seluas 4000 hektar diprioritaskan kepada petani calon plasma yang menyerahkan lahan lebih dari 4 hektar.31

Bupati juga menetapkan bahwa 17 desa di Kecamatan Pesisir Selatan dengan luasan 25.000 ha ditetapkan dengan pola 40:60. Akan tetapi, pola ini tidak berlaku untuk tanah bekas HPT.32 Proses ini diikuti dengan Surat Pernyataan dari aparat Desa dan Dusun.33

Surat tersebut menyetujui pola 40:60 dan meminta untuk segera melakukan pekerjaan pembuatan jalan, blok, serta penanaman kelapa sawit tanpa adanya ganti rugi dalam bentuk apapapun.34

Gambar 4.2 Peta Wilayah Kampung & Adat area vs. wilayah PT. KCMU

Surat pernyataan ini diikuti juga dengan pernyataan kepala desa untuk melancarkan proses ganti rugi yang sudah disepakati sebelumnya, memberikan penjelasan kepada masyarakat serta berjanji tidak akan memotong biaya kompensasi tersebut. Surat tersebut juga memuat pernyataan dari PT. KCMU untuk menganti biaya tanam tumbuh dan untuk tidak menggusur kebun damar masyarakat yang belum terdaftar.35 Sedangkan kelompok tani

damar (diwakili 5 kelompok) berjanji tidak akan memotong atau merusak tanaman sawit yang telah ditanam dan mendukung program pemerintah daerah Kabupaten Lampung Barat.36 Setelah itu diterbitkan pula SK Biaya Rekognisi disetorkan kepada kas Pemda.

Biaya ini berlaku bagi lahan inti yang telah ditanami seluas 2400 hektar yakni Rp 20.000 per hektar, sehingga terkumpul uang sebesar Rp 48 juta.37

Dalam proses konsolidasi lahan tersebut, diterbitkan juga pemberian ijin lokasi kepada PT KCMU oleh kantor BPN kabupaten (merupakan perpanjangan yang ketiga) dengan menambahkan klausul bahwa pola 40:60 tidak dapat dipaksakan (point 10), dan juga

melimpahkan resiko dari kegiatan kepada PT KCMU (diktum ketiga) serta lampiran peta yang tidak mencantumkan lagi wilayah plasma dan intinya.38

Pada kenyataanya, wilayah seluas 25.000 hektar telah dialokasikan untuk berbagai kegiatan antara lain tambak udang, pengembangan sawah irigasi, dan pemukiman translok seluas 3683 hektar. Dari wilayah tersebut, masih terdapat pemukiman penduduk, kebun produktif (damar, kopi, lada dsb), sawah irigasi, serta tanah yang tidak layak tanam. Perkembangan penggunaan tanah di wilayah tersebut lihat tabel berikut.

Tabel I. Penggunaan Tanah di Wilayah Kerja PT KCMU39

Penggunaan Tanah Luasan (h) Keterangan

Transmigrasi & Program pemerintah lainnya

3683 Sawah irigasi, Trans SP II-VI

Kampung 1887 Non Trans

Kebun Produktif 3345 Damar Kopi Lada

Rawa/Sawah tadah hujan 1109

Tidak layak tanam 462 Terjal

Lahan Potensial Sawit tetapi bermasalah

6578 Penolakan masyarakat atas wilayah belukar

Lahan Potensial yang bisa dibuka

2000

Lahan yang telah dibuka KCMU

5936 Sudah tanam 5088, siap tanam 848 dengan melibatkan 843 pekerja lepas

Total 25000

Dari tabel ini, disimpulkan oleh Kanwil BPN Lampung bahwa luas perkebunan inti adalah 5.806 hektar dan plasma 8.708 hektar (yaitu dengan menambahkan lahan potensial sehingga luasannya menjadi 14.514 hektar). Kanwil PBN juga menetapkan lahan inti dan plasma menjadi tidak berkelompok.40 Oleh karena itu, Bupati menerbitkan SK penetapan lokasi

inti dan plasma menjadi seluas 14.514 hektar dan penyebaran inti dan plasma berubah seperti dalam Gambar 4.3.41

Gambar 4.3 Peta Wilayah Plasma & Inti dari PT KCMU

Hasil studi Analisa Dampak Lingkungan (ANDAL) untuk PT. KCMU pada tahun 1996 juga menunjukkan bahwa terdapat jumlah prosentase yang cukup besar dari masyarakat lokal yang khawatir akan proyek perkebunan kelapa sawit. Kekhawatiran ini disebabkan oleh pandangan bahwa kebun sawit akan berpotensi merusak kebun damar yang telah dimiliki masyarakat, harga jual akan ditentukan perusahaan, dan kegiatan perkebunan kelapa sawit akan merubah pola usaha tani kopi, lada serta damar yang mereka lakukan. Di lain pihak, bagi mayarakat yang tidak memiliki tanah dan selama ini menjadi penggarap, mereka juga khawatir akan kehilangan kesempatan menjadi penggarap setelah adanya kebun kelapa sawit. Hasil studi ini juga menyatakan bahwa masyarakat merasa resah dengan pengalihan dan konsolidasi lahan yang menyebabkan kekurangan lahan di masa mendatang.

Dari masyarakat yang resah akan keberadaan perkebunan tersebut, terdapat juga masyarakat yang tegas menolak kehadiran perkebunan. Jumlah masyarakat yang menolak tersebut dapat bertambah terus dan akan mengganggu jalannya perusahaan. Masalah ini dinilai sebagai dampak negatif yang cukup penting. Menurut masyarakat, langkah yang diambil

untuk mengantisipasi hal ini adalah dengan memberi informasi yang benar dan bijaksana kepada masyarakat tentang maksud dan tujuan proyek, meng-enclave tanah masyarakat yang tidak ikut proyek dan memberi harga yang memadai bagi hasil dari kebun plasma.42

Program plasma tersebut terus berlangsung. Pada tanggal 11 April 1995, Gubernur Lampung menerbitkan surat yang mendukung pola kerjasama PT KCMU dan KUD Karya Mandiri, menetapkan besarnya kredit sebesar Rp 6.619537 per hektar serta membenarkan petani melakukan tumpang sari.43 Pada 8 Mei 1995, ditandatangani kerjasama antara

PT KCMU dengan KUD Karya Mandiri serta PT BDN dalam rangka pembangunan dan pengelolaan proyek perkebunan kelapa sawit dengan pola inti rakyat (PIR) di lokasi Kecamatan Pesisir Selatan atau Kecamatan Pembantu Bengkunat. Landasan kerja sama ini menggunakan ijin lokasi yang diterbitkan oleh BPN tahun 1993 dan diperpanjang kembali pada tahun 1995, Ijin Prinsip dari Dirjen Perkebunan, Surat Pengumuman Bupati Lampung Barat mengenai penyuluhan, pengukuran keliling batas tahun 1994, serta Surat Keputusan Bupati pada tahun 1993 tentang perkebunan kelapa sawit seluas 10.000 hektar untuk plasma dan 15.000 hektar untuk inti. 44